Mencium Anak adalah Sunnah Nabi SAW

Oleh Bahron Ansori, Wartawan MINA

Sebagian orang tua kadang merasa mencium anak adalah hal yang tidak perlu dilakukan. Entah karena alasan apa. Padahal, Islam melalui Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sudah memberikan contoh bagaimana mengasihi anak-anak. Salah satu ekspresi mengasihi anak-anak adalah dengan mencium mereka.

Adalah Abu Hurairah radiallahu ‘anhu menceritakan, โ€œNabi Shallallahu โ€˜Alaihi Wasallam mencium Hasan bin โ€˜Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqroโ€™ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqroโ€™ berkata, โ€œAku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium.โ€ Maka Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi Wasallampun melihat kepada Al-โ€˜Aqroโ€™ lalu bersabda, โ€œBarangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan dirahmati.โ€ (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Perhatikan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam di atas, begitu dalam teguran Nabi kepada orang yang tidak pernah mencium anak-anaknya. Mencium anak, adalah ekspresi dari kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Tanda rasa cinta, kepedulian, simpati, empati dan tanggung jawab dari orang tua. Bahkan, siapa saja yang tidak pernah mencium anak-anaknya itu artinya dipertanyakan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada anak.

Dalam hadis lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, โ€œPerbanyaklah kamu mencium anak cucumu karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga.โ€ (HR. Bukhari). Masya Allah, rupanya penuh perhatian kepada anak dengan cara mencium, mengusap kepala dan pipinya, menggendong bukan sekedar bentuk dari kasih sayang, tapi akan mendapat balasan pahala yang besar berupa surga.

Dalam kisah yang sama dari ‘Aisyah โ€“semoga Allah meridhoinya- ia berkata :

ุฌูŽุงุกูŽ ุฃูŽุนู’ุฑูŽุงุจูู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจูู‰ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ : ุชูู‚ูŽุจูู‘ู„ููˆู†ูŽ ุงู„ุตูู‘ุจู’ูŠูŽุงู†ูŽ ุŒ ููŽู…ูŽุง ู†ูู‚ูŽุจูู‘ู„ูู‡ูู…ู’ ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจูู‰ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃูŽูˆูŽุฃูŽู…ู’ู„ููƒู ู„ูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ู†ูŽุฒูŽุนูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจููƒูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉูŽ

“Datang seorang Arab Badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, Kami tidak mencium mereka.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu.” (HR. Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)

Ibnu Batthool rahimahullah berkata,ย “Menyayangi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhoi oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh Allah.

Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Barangsiapa yang tidak merahmati maka tidak dirahmati,” yaitu siapa yang tidak merahmati manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla โ€“kita berlindung kepada Allah akan hal ini-, serta Allah tidak memberi taufiq kepadanya untuk merahmati.

Hadis ini menunjukkan bahwa bolehnya mencium anak-anak kecil karena rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka anak-anakmu ataukah cucu-cucumu dari putra dan putrimu atau anak-anak orang lain. Karena hal ini akan mendatangkan rahmat Allah dan menjadikan engkau memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang rahmat/sayang kepada hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan Allah mengampuni seorang wanita pezina tatkala wanita pezina tersebut merahmati seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling sabar dalam memberikan rasa kasih sayang kepada anak-anak meskipun itu bukan anak-anak atau cucunya sendiri. Anas Bin Malik โ€“semoga Allah meridhoinya- berkata :

ยซู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ุฃูŽุญูŽุฏู‹ุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุจูุงู„ู’ุนููŠูŽุงู„ู ู…ูู†ู’ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽยปุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซูƒูŽุงู†ูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู…ู ู…ูุณู’ุชูŽุฑู’ุถูุนู‹ุง ู„ูŽู‡ู ูููŠ ุนูŽูˆูŽุงู„ููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุฏููŠู†ูŽุฉูุŒ ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽู†ู’ุทูŽู„ูู‚ู ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ู…ูŽุนูŽู‡ู ููŽูŠูŽุฏู’ุฎูู„ู ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชูŽ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽูŠูุฏูŽู‘ุฎูŽู†ูุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุธูุฆู’ุฑูู‡ู ู‚ูŽูŠู’ู†ู‹ุงุŒ ููŽูŠูŽุฃู’ุฎูุฐูู‡ู ููŽูŠูู‚ูŽุจูู‘ู„ูู‡ูุŒ ุซูู…ูŽู‘ ูŠูŽุฑู’ุฌูุนูยป

“Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak dari pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Putra Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali di kota Madinah. Maka Nabipun berangkat (ke rumah ibu susuan tersebut) dan kami bersama beliau. Lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi.ย Nabipun mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali.” (HR. Muslim no. 2316).

Empat Bagian Tubuh

Melahirkan rasa kasih dan sayang kepada anak-anak adalah kewajiban setiap orang tua. Tanda cinta dan kasih kepada anak tidak selamanya selalu diwujudkan dengan membelikannya mainan yang mahal atau memenuhi setiap permintaan anak.

Dalam Islam, melahirkan rasa kasih sayang itu mudah, yakni melalui sifat orang tua yang kasih dan sayang kepada anak-anaknya. Setidaknya, ada empat bagian tubuh anak yang bisa dan biasa diciumi oleh orang tua agar rasa kasih sayang itu tumbuh hangat.

Menurut seorang psikolog muslim empat tempat itu antara lain; pertama, di ubun-ubun. Ciuman orang tua kepada ubun-ubun anaknya menunjukkan rasa kebanggaan orang tua terhadap anak, sembari mendoakan agar anaknya menjadi anak-anak yang sholeh sholehah.

Kedua, di dahi. Ciuman di dahi ini mengisyaratkan keridhaan orang tua atasย  keberadaan anak-anaknya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mencium Fatimah di dahinya.

Ketiga, di kedua pipi. Mencium pipi anak adalah bukti rasa rindu dan sayang yang membuncah dari orang tua terhadap anak. Dari sinilah anak-anak akan merasakan betapa besar kasih sayang orang tuanya. Dan dari situlah pula rasa kasih sayang anak-anak akan tumbuh.

Keempat, di tangan anak. Tanda kasih sayang yang lain adalah orang tua mencium tangan anak seraya mengucapkan, “barakallah..” seperti yang telah dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang selalu mencium tangan putri tercintanya, Fatimah radhiallahu’anha.

Sejatinya, sebagai orang tua yang beriman, sudah sepatutnya kita berusaha untuk terus bersabar dalam mendidik anggota keluarga terutama anak-anak kita. Yakinilah, perputaran waktu itu tidak lama. Hanya berbilang tahun, anak-anak itu akan memasuki usia remaja dan dewasa. Karena itu, curahkanlah rasa kasih sayang dengan sebesar-besarnya pada anak-anak dengan harapan kelak saat kita tua, merekalah yang akan membalas semua kasih sayang yang dulu telah kita tanamkan kepada mereka, wallahua’lam. (A/RS3/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)