Mendapat Pahala Tanpa Batas

Ilustrasi: . (Gambar: dok. hmass.co)

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj News Agency (MINA)

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّڪَوٰةَ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 277).

Setiap amal ibadah yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala tuntunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak lepas dari iming-iming ganjaran pahala sebagai bentuk penghargaan dari rahmat Allah kepada ketaatan hamba-Nya.

Berbeda jenis ibadah yang dilakukan, maka berbeda-beda pula banyak dan kemuliaan pahala yang hamba akan terima dari Allah. Sistem perpahalaan memang diajarkan langsung oleh Allah dan bukan sesuatu yang mengada-ada.

Maka wajar sudah jika ada seorang Muslim yang beribadah menggunakan rumus “Sistem Kejar Pahala”. Ini adalah cara penghitungan yang paling adil. Seseorang akan diberikan penghargaan sesuai dengan usahanya. Nantinya, kesemuanya akan dihitung ulang dan diaudit di Hari Akhir.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri yang memperkenalkan sistem pahala. Di dalam Al-Quran atau As-Sunnah diterminologikan dengan beberapa sebutan antara lain: ajr, jazaa’, dan tsawab. Dalam terjemahan sering ditulis sebagai “pahala” saja. Di dalam Al-Quran, ketiga kata tersebut disebutkan puluhan kali.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ فَيُوَفِّيهِمۡ أُجُورَهُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna (ajuura) pahala amalan-amalan mereka dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran [3] ayat 57).

Contoh bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan pahala yang berbeda pada setiap amalan dapat dilihat dari dua hadits berikut.

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

Artinya, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.” Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya. (HSR. Bukhari, no. 4998 dan 5659).

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Artinya, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Zaid bin Kholid Al Juhani radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini hasan shahih).

Dari dua amalan yang disebut dari kedua hadits di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan ganjaran pahala yang berbeda.

Orang yang menanggung hidup seorang anak yatim diberi pahala berupa kedudukan mulia di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di surga kelak. Sementara orang yang memberi makan berbuka bagi orang yang berpuasa, mendapat pahala sebesar pahala yang diraih orang yang berpuasa tersebut. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya, masing-masing memiliki balasan pahala yang berbeda-beda.

Namun, dari kesemua jenis amalan ibadah di dalam Islam, ternyata ada amalan yang memiliki ganjaran dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

نَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar [39] ayat 10).

Orang-orang yang sabar disebutkan kategorinya oleh Allah dalam firman-Nya yang lain di Al-Quran Surah Al-Baqarah [2] ayat 155 dan 156.

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ

Artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155) (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali).” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 155-156).

Adapun “pahala tanpa batas” ditafsirkan oleh ulama Damaskus Al-Auza’iy (88-156 H) bahwa pahala mereka tidak ditukar ataupun ditimbang, melainkan diberikan secara borongan tanpa perhitungan.

Ibnu Juraij (699-767 M) mengatakan bahwa pahala mereka yang sabar tidak diperhitungkan melainkan ditambah terus-menerus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

As-Sa’di (1889-1956 M) menafsirkan “pahala tanpa batas” adalah kehidupan di surga.

Dalam Tafsir Jalalayn, “pahala tanpa batas” diterjemahkan bahwa balasannya tanpa memakai neraca dan timbangan lagi.

Pahala tanpa batas yang dijanjikan bagi orang-orang sabar tidak lain karena keutamaan sabar dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (A/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.