SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendidik dengan Basmallah

Widi Kusnadi - Jumat, 31 Mei 2024 - 01:01 WIB

Jumat, 31 Mei 2024 - 01:01 WIB

5 Views

Oleh Imaamul Muslimin Syaikh Yakhsyallah Mansur

Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Baik dan buruknya anak sangat bergantung kepada bagaimana anak tersebut mendapat pendidikan dari orang tuanya.

Islam mengajarkan mendidik anak dengan kasih sayang, sebagaimana kasih sifat sayang Allah kepada Subhanahu Wa Ta’ala hamba-hamba-Nya. Salah satu ayat yang memuat sifat Allah yang bisa menjadi landasan untuk mendidik anak adalah dengan kalimat basmallah.

Baca Juga: Memberantas Judi Online di Masyarakat

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (الفاتحة [١]: ١)

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Fatihah [1]: 1)

Yang dimaksud dengan “Basmalah” adalah ucapan Bismillahir Rahmanir Rahim.

Baca Juga: Kunci Sukses Dalam Membina Umat

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa para ulama mulai membaca Kitabullah dengan basmalah dan para ulama sepakat bahwa basmalah merupakan sebagian ayat dari surah An-Naml [27], 30:

إِنَّهُۥ مِن سُلَيْمَـٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (النمل [٢٧]: ٣٠)

Artinya: “Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya): “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Kemudian para ulama berselisih pendapat tentang basmalah ini dalam beberapa hal:

Baca Juga: KH. Ahmad Hanafiah, Ulama Lampung yang Gigih Melawan Penjajah

  1. Apakah basmalah merupakan ayat tersendiri pada permulaan tiap-tiap surah.
  2. Apakah basmalah hanya ditulis pada tiap-tiap permulaan surah.
  3. Apakah basmalah merupakan sebagian dari satu ayat pada setiap permulaan surah.
  4. Apakah basmalah merupakan permulaan surah Al-Fatihah bukan pada surah yang lain.
  5. Apakah basmalah ditulis untuk memisahkan antara satu surah dengan surah yang lain sedang dia sendiri bukan merupakan suatu ayat.

Tiap-tiap pendapat di atas memiliki pengikut baik di kalangan ulama salaf (yang hidup pada abad kesatu hijrah sampai abad kelima) dan ulama khalaf (yang hidup pasca abad kelima hijrah sampai sekarang) dengan argumentasinya masing-masing.

Selanjutnya Ibnu Katsir menukilkan hadis-hadis tentang keutamaan basmalah baik yang shahih, hasan, maupun dhaif. Di antaranya yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Ibnu Mardawaih dari Abu Said berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Isa bin Maryam Alaihis Salam diserahkan oleh ibunya ke Kuttab untuk diajar menulis.

Kemudian gurunya berkata, ‘Tulislah.’ Isa berkata, ‘Apa yang harus saya tulis?’ Gurunya menjawab, ‘Bismillah’. Isa bertanya kepadanya, ‘Apakah arti bismillah?’ Gurunya menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Isa berkata, ‘Huruf ba’ artinya keagungan Allah, huruf sin artinya sinar-Nya, huruf mim artinya kekuasaan-Nya dan Allah adalah Tuhan dari semua yang dianggap tuhan, Ar-Rahman artinya Yang Maha Penyayang di dunia dan di akhirat dan Ar-Rahim artinya Yang Maha Penyayang di akhirat.”

Hadis ini juga diriwayatkan Ibnu Jarir, kemudian ia menuturkan, “Hadis ini gharib (aneh) sekali. Barangkali shahih sampai kepada selain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan barangkali hadis ini termasuk hadis Israiliyat bukan dari hadis marfu’.”

Baca Juga: Istiqamah dalam Da’wah dengan Memperkuat Ukhuwah Islamiyah

Huruf “ba” pada basmalah

Basmalah merupakan ayat pertama surah Al-Fatihah yang terdiri dari 19 huruf dan diawali huruf “ba”. Sayid Bakari Al-Makki bin Sayid Muhammad Syatha Ad-Dimyati dalam kitabnya Kifayatul Atqiya’ wa Minhajul Ashfiya, menjelaskan mengapa basmalah diawali huruf “ba” tidak huruf lain. Beliau berkata:

وَقَالُوْا اَوْدَعَ اللهُ جَمِيْعَ الْعُلُوْمِ فِي الْبَاءِ أَيْ بِيْ كَانَ مَا كَانَ وَبِيْ يَكُوْنُ مَايَكُوْنُ فَوُجُوْدُ الْعَوَالِمِ بِيْ

“Ulama shufi mengatakan, ‘Allah menitipkan seluruh ilmunya pada huruf ba, yaitu karena kekuasaan-Ku (bî) wujudlah segala sesuatu yang telah ada, karena kekuasaan-Ku pula terwujud sesuatu yang akan ada, dan adanya alam semesta adalah atas kekuasaan-Ku.”

Baca Juga: 10 Kunci Meraih Sukses Menurut Petunjuk Al-Quran

Pernyataan ini merupakan arti dari perkataan para ulama, “Saya tidak melihat segala sesuatu kecuali di situ ada Allah. Sehingga para ulama memahami bahwa apa saja yang mereka lihat di situ ada pengawasan Allah.”

Sayid Bakari Al-Makki menambahkan bahwa ba’ merupakan huruf bibir (syafawi). Melafalkannya menjadi sebab terbukanya mulut. Awal terbukanya mulut manusia ketika mengucapkan kesaksian bahwa Allah adalah tuhannya sebagaimana firman-Nya:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ (الأعراف [٧]: ١٧٢)

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukanlah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,بَلَىٰ (Betul, Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (Q.S. Al-A’raf [7]: 172)

Baca Juga: Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 Terbilang Sukses?

Penjelasan selanjutnya huruf ba’ pada lafal basmalah selamanya dibaca kasrah. Dalam bahasa Arab disebut jar yang hanya bertempat pada isim (kata benda). Menurut M. Khalilur Rahman, isim dalam arti harfiah adalah derajat yang tinggi, sedangkan derajat yang tinggi dapat diperoleh dengan rendah hati (الجر).

Senada dengan penjelasan tersebut Sayyid Bakari Al-Makki membedakan sifat huruf ba’ dan alif dengan dua sifat yang berlawanan. Beliau berkata, “Sesungguhnya pada huruf alif terkandung arti merasa paling tinggi derajatnya, merasa paling banyak kepemilikannya dan berfungsi untuk memanjangkan bacaan, karena sebab inilah huruf alif dibuang.”

Lafadz بسم terdiri dari kata بِ dan اسم yang artinya “dengan menyebut nama”. Pada lafadz basmalah dalam Rasm Utsmani tidak ditulis dengan با سم الله tetapi alifnya dibuang menjadi بسم الله karena alif mengandung makna berlawanan dengan huruf ba. Huruf alif bermakna tinggi hati sedang huruf ba bermakna rendah hati.

Huruf ba pada basmalah tersebut dapat diaplikasikan dalam aktivitas pendidikan antara lain sebagai berikut:

Baca Juga: Global Kurban, Bukti Cinta Umat Islam Indonesia untuk Dunia

Pertama, huruf ba adalah huruf yang di dalamnya terkandung ilmu Allah maka dalam mendidik hendaknya kita hanya menyampaikan ilmu Allah. Ilmu Allah ini sangat luas dan secara global terdapat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu dasar utama dalam mendidik adalah Al-Qur’an yang juga merupakan akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Kedua, huruf ba’ adalah huruf yang diucapkan hamba di hadapan Allah sebagai bentuk kesaksian bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta yaitu pada kata بَلَىٰ. Oleh karena itu dalam mendidik anak yang pertama kita lakukan adalah mengenalkannya kepada Allah.

Ketiga, secara filosofis huruf ba memiliki pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya terutama alif yang berdampingan langsung dengan ba pada kalimat basmalah.

Oleh karena itu dalam pendidikan hendaknya dapat dikembangkan nilai kebaikan secara maksimal sehingga potensi keburukan peserta didik dapat diminimalkan.

Baca Juga: Naik Turunnya Keuangan Syariah: Refleksi Ketidaksempurnaan Sistem

Faidah Huruf Ba’ Dalam Pendidikan

Imam Abu Syamah al-Maqdisi rahimahullah (wafat 665 H) menerangkan bahwa para ulama menafsirkan huruf ba’ -dalam basmalah– dengan dua penafsiran. Sebagian mengatakan bahwa huruf ba’ di sini bermakna isti’anah, sedangkan sebagian yang lain menafsirkan bahwa huruf ba’ di sini bermakna mushahabah.

Contoh bunyi kalimat dengan huruf ba’ yang bermakna isti’anah adalah ‘katabtu bil qalami’ artinya ‘aku menulis dengan bantuan pena’. Adapun contoh kalimat dengan huruf ba’ yang bermakna mushahabah adalah ‘bi’tukal faras bi sarajihi’ artinya ‘aku menjual kepadamu kuda ini bersama dengan pelananya’.

Imam Asy-Syaukani rahimahullah (wafat 1250 H) di dalam tafsirnya menerangkan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat basmalah bermakna isti’anah/permintaan bantuan dan pertolongan atau bermakna mushahabah/kebersamaan. Beliau juga menyebutkan bahwa penafsiran yang kedua -bahwa ba’ bermakna mushahabah– dipilih dan dikuatkan oleh Az-Zamakhsyari.

Baca Juga: Khutbah Idul Adha 1445: Pengorbanan Untuk Pembebasan Al-Aqsa

Pendapat kedua ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah. Pendapat ini juga yang tampaknya dikuatkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (wafat 1285 H).

Adapun pendapat yang dipilih oleh Dr. Sulaiman bin Ibrahim Al-Lahim bahwa huruf ba’ di sini bermakna isti’anah. Demikian pula tafsiran dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah bahwa makna ucapan basmalah adalah ‘memohon pertolongan dan bantuan/beristi’anah dengan menyebut nama Allah’. Sehingga kalimat ini diucapkan dalam rangka memohon bantuan kepada Allah dan mencari berkah dengan menyebut nama-Nya.

Senada dengan hal itu penafsiran dari Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah bahwasanya makna ucapan basmalah itu adalah ‘aku membaca dengan seraya memohon pertolongan dan bantuan serta mencari keberkahan dengan menyebut nama Allah’.

Oleh sebab itu salah satu faidah penting dari huruf ba’ dalam kalimat basmalah ini adalah dalam rangka mencari berkah dengan berdzikir menyebut nama Allah. Makna kalimat ini adalah ‘saya memulai dengan menyebut nama Allah sebelum ucapan yang ingin saya katakan atau sebelum perbuatan yang hendak saya lakukan’. Sehingga di dalamnya terkandung faidah mencari keberkahan dari Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. Demikian ini pula makna penjelasan yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya.

Baca Juga: Peran Penting Literasi Pengakuan Internasional terhadap Warisan Tak Benda Indonesia

Dua faidah ba’ ini sangat baik apabila diterapkan dalam aktivitas pendidikan. Seseorang pendidik hendaknya selalu meminta bantuan (isti’anah) kepada Allah dan merasa bahwa Allah menyertai atau membersamainya (mushahabah). Dengan demikian dalam melaksanakan aktivitas pendidikan seseorang akan selalu maksimal dan berhati-hati apalagi jika dalam pendidikan yang kita cari adalah keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan selalu ingat (berdzikir) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Adapun arti berkah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah langgengnya kebaikan atau bertambahnya kebaikan sehingga seluruh aktivitas pendidikan kebaikannya selalu bertambah dan langgeng.

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Artikel
Pendidikan dan IPTEK
Artikel