Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendikbud : UN Bukan Lagi Syarat Kelulusan

Admin - Ahad, 7 Februari 2016 - 19:07 WIB

Ahad, 7 Februari 2016 - 19:07 WIB

337 Views ㅤ

Anies-Baswedan-memberikan-sambutan-pada-acara-Seminar-Nasioanal-Pendidikan-Islam-Menghadapi-Tantangan-Global-di-Hotel-Grand-Cempaka-Jakarta (foto: Rizki Aldy/MINA)
Anies-Baswedan-memberikan-sambutan-pada-acara-Seminar-Nasioanal-Pendidikan-Islam-Menghadapi-Tantangan-Global-di-Hotel-Grand-Cempaka-Jakarta (foto: Rizki Aldy/MINA)

Mendikbud. Anies Baswedan-memberikan-sambutan-pada acara “Seminar Nasional-Pendidikan Islam-Menghadapi Tantangan Global” di Hotel Grand Cempaka, Jakarta (foto: Rizki Aldy/MINA)

Jakarta, 27 Rabi’ul Akhir 1437/6 Februari 2016 (MINA) – Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Anies Baswedan mengatakan, tahun depan UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan siswa, tapi hanya akan digunakan untuk pemetaan.

Berbicara pada “Seminar Nasional Pendidikan Islam Menghadapi Tantangan Global” di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Sabtu (6/2), Anies mengatakan selanjutnya, contek mencontek ketika ujian adalah permasalahan yang belum terselesaikan sampai sekarang.

Disinyalir dengan dijadikannya nilai UN sebagai penentu kelulusan, telah dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. “Ironisnya tidak sedikit sekolah yang membentuk tim sukses untuk mencarikan anak didik mereka kunci ujian,” ungkapnya.

“Itulah kenapa UN tidak lagi dijadikan patokan bagi siswa lulus atau tidak lulus,” kata menteri.

Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi

Ia menyatakan, dalam masa kepemimpinannya sebagai Mendikbu, ia lebih menekankan tentang nilai-nilai integritas, terlebih lagi kejujuran. “Hal ini mengacu pada sistem pendidikan yang ada pada Islam, di mana kejujuran adalah sesuatu yang paling mahal,” katanya.

“Jika dari ujian saja kita sudah jujur, Insya Allah KPK sudah tidak akan sibuk lagi menangani korupsi di negeri ini,”  tambahnya.

“Oleh karenanya Kemendikbud berharap agar para guru dapat menerapkan sistem 4C, yaitu Creativity, Communication, Creative Thinking, dan Collaboration. Ini bukan soal teori tapi ini semua sudah diajarkan dalam agama Islam,”  kata menteri.

Terahir Anies sedikit bercerita. “Hal menarik dialami di negeri Sakura Jepang. Saya beserta rombongan dari Indonesia juga mendaki gunung Fuji dengan membawa tongkat. Setelah turun gunung, kami lupa dengan tongkat kami. Kami pulang dengan taksi.Tetapi menariknya keesokan harinya tongkat itu sudak ada di satpam penginapan kami.”

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Kejujuran ini adalah salah satu kunci keberhasilan negeri Jepang,” kata Anies

Ia selanjutnya menceritakan pengalaman di Denmark. Ketika supir taksi Denmark ditanya kenapa mereka sangat taat berhenti ketika lampu merah, mereka menjawab jika saya langgar lampu ini, maka peradaban yang sudah dibangun berabad-abad lamanya di negerinya, akan runtuh.

“Di sana memang tidak banyak Muslim, tapi di sana ada Islam.” ujar Anies, cucu AR Baswedan, tokoh Partai Islam Masyumi, salah seorang bapak pendiri bangsa. Anies pernah mendapat penghargaan sebagai rektor termuda di Indonesia sebagai Rektor Universitas Paramadina. (L/Rzk/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
Indonesia
MINA Preneur
Indonesia
Palestina