Oleh: Iwan Rudi Saktiawan, SSi, MAg, CIRBD
Meski pilpres telah usai, namun ada hal yang menarik, yakni diusungnya ekonomi syariah (Eksyar) sebagai salah satu elemen visi – misi pasangan calon (paslon) capres dan wapres.
Untuk paslon terpilih, dalam visi misinya yang diberi nama Asta Cita, ekonomi syariah ada pada misi kedua. Ini menunjukkan posisi strategis Eksyar.
Mungkin ada yang bertanya,” Apa sich pentingnya Eksyar? Apalagi faktanya, penduduk Indonesia tidak semuanya muslim. Jangan-jangan eksyar tidak menambah nilai tambah ekonomi namun hanya menjadi beban karena hanya memindahkan sumber daya ekonomi dari “saku kiri ke kanan”, yakni perpindahan dari konvensional ke Eksyar.
Baca Juga: Passion
Penulis berpendapat eksyar penting menjadi arus utama (mainstream) di Indonesia karena merupakan sistem ekonomi berbasis nilai-nilai (values) yang bisa meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi ekonomi. Nilai-nilai yang dimaksud diantaranya adalah kepedulian sosial, anti korupsi, kejujuran, keadilan, saling menguntungan (win-win solution), kepedulian lingkungan hidup dan lain-lain.
Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi yang saat ini menjadi mainstream yang didominasi oleh prinsip memaksimalkan keuntungan tanpa peduli nilai-nilai. Ekonomi syariah justru mensenyawakan pencairan keuntungan dengan nilai-nilai. Penulis menggunakan pilihan kata “senyawa” bukan “campuran”, menunjukkan betapa eratnya nilai-nilai tersebut bersemayam dalam eksyar.
Pertanyaan berikutnya, mengapa values menjadi penting untuk ekomomi? Bukankah untung sudah lebih dari cukup?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis memberikan contoh dengan sebuah kawasan pemukiman. Ada suatu pemukiman di mana kepedulian sosialnya sangat rendah. Para penghuni pemukiman tersebut sangat individualis, tidak ada saling tolong menolong, sehingga terjadi kecemburuan sosial yang tinggi antara yang kaya dengan yang miskin, tingkat kriminalitas tinggi dan dampak negatif sosial lainnya.
Baca Juga: Tebar Tuai
Di kawasan tersebut terjadi ekonomi berbiaya tinggi. Selain perlu membayar tenaga keamanan tersendiri dengan jumlah yang banyak, setiap rumah mengeluarkan biaya tambahan untuk pengamanan karena tingkat kriminalitas yang tinggi,seperti alarm, CCTV, teralis dan lain-lain. Dengan demikian, secara ekonomi, warga mengalami kerugian yang tinggi, selalin itu, kerugian ada karena sering terjadi pencurian. Biaya hidup yang tinggi makin menjadi-jadi, karena di pemukiman itu tidak ada saling tolong menolong, maka segala sesuatu pemenuhan kebutuhan perlu mengeluarkan uang.
Kondisi tersebut berbeda dengan Kawasan pemukiman yang lain di mana tingkat kepedulian sosialnya tinggi, warganya guyub sehingga tingkat kriminalitas rendah. Di kawasan tersebut, tidak terjadi ekonomi berbiaya tinggi, karena terjadi saling tolong-menolong, saling berbagi, baik harta, tenaga, fikiran ataupun yang lainnya. Biaya untuk pengamanan wilayah rendah, selain karena tingkat kriminalitas rendah juga karena warga secara suka rela mengamankan wilayahnya, serta memperhatikan keamanan tetangganya.
Contoh yang disampaikan tentang dua pemukiman tersebut, hanyalah satu nilai saja yakni kepedulian sosial. Namun dengan contoh tersebut sudah menggambarkan bahwa dengan adanya kepedulian sosial, maka dapat menimbulkan efisiensi baik secara individu dan ataupun secara keseluruhan. Tentu akan lebih banyak lagi manfaat ekonomi bila seluruh nilai dalam eksyar diterapkan. Dalam beberapa kajian, secara ekonomi makro, ekonomi syariah mampu mengindari adanya buble economy yang menjadi penyebab krisis moneter di Indonesia pada tahun 2000-an
Selain menghindari buble economy, secara empirik, sudah banyak kajian tentang bagaimana value yang ada dalam eksyar berdampak positif pada perekenomian. Kajian Firman dan Imang (2023), yang berjudul “Peran kinerja keuangan terhadap fraud dengan Islamic corporate governance sebagai variabel pemoderasi”, menunjukkan bahwa Islamic Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja dan menekan Fraud di perbankan syariah. Hasil kajian tersebut membuktikan bahwa eksyar dapat mendukung produktivitas (meningkatan kinerja) dan efisiensi (menekan fraud).
Baca Juga: LPPOM Beri Tanggapan soal Perubahan Wajib Halal bagi UMK dan Produk Impor
Dengan demikian, pengarusutamaan eksyar menjadi urgen bukan karena keberpihakan (menganakemaskan) apalagi karena didasarkan Indonesia mayoritas penduduknya muslim. Urgensi eksyar perlu diarusutamakan karena memberikan keuntungan ekonomi kepada Indonesia, bukan sekedar “pindah dari saku kiri ke kanan.” []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jangan Mengeluh