Menebar Kasih Sayang

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Sejatinya, adalah hal yang senantiasa ditumbuhsuburkan dalam kehidupan sosial seorang muslim. Kasih sayang menjadi modal utama untuk meraih rahmat Allah Ta’ala. Sebab dengan kasih sayang itu, Allah akan menurunkan kedamaian dalam kehidupan kaum muslimin.

Terkait dengan kasih sayang itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Para pengasih dan penyayang akan dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), sayangilah yang ada di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang ada di langit.” (HR Abu Dawud No. 4941 dan At-Thirmidzi No.1924 dan Ahmad No. 6458)

Kasih dan sayang, dua sifat yang lebih sering disebut sebagai satu kata meski maknanya agak berbeda. Sifat kasih yang berarti mengasihi sesama, tak memandang suku, ras, agama, yang biasanya tercermin dari sifat peduli dan mau berbagi.

Sedangkan sayang, sifat yang melekat dalam diri individu yang sifatnya lebih personal, seperti sayangnya orangtua ke anak, atau sebaliknya.

Dua sifat tersebut (kasih dan sayang) sudah sepatutnya melekat dalam diri kita sebagai makhluk yang tercipta dengan amat sempurna.

Memiliki sifat penyayang serta berusaha untuk selalu berbuat baik terkadang memang tidak mudah. Sebab di sana ada ego dan emosi yang seringkali menguasai hati. Padahal, dengan memiliki sifat penyayang kita takkan pernah merugi, karena para penyayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR At-Thabrani)

Kasih sayang terhadap sesama adalah sebab terbesar untuk mendapatkan rahmat kasih sayang Allah Ta’ala. Dengan kasih sayang Allah itulah seseorang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jauhnya seseorang dari sifat penyayang terhadap sesama adalah sebab terbesar terhalangnya dari curahan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dalam sebuah riwayat dari Jarir bin ‘Abdillah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Orang yang tidak menyayangi manusia tidak akan disayangi Allah ‘Azza wa Jalla!”  (HR. Muslim No. 2319)

Di antara tanda sifat pengasih dan penyayang yang bersemayam dalam hati seseorang adalah semangatnya untuk menyampaikan kebaikan pada manusia secara umum dan kaum mukmin secara khusus. Dia tidak rela bila kejelekan dan bahaya menimpa mereka. Berapa besar kadar senangnya dia menyampaikan kebaikan dan rasa tidak suka bila ada orang yang tertimpa kejelekan, itulah besarnya sifat kasih sayang yang ada dalam hatinya.

Allah Ta’ala sendiri sangat dekat kepada orang-orang yang selalu kasih dan sayang kepada sesamanya. Seperti disebutkan dalam firman Allah,

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya kasih sayang Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Qs. Al-A’raf/7: 56)

Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita hati yang penuh dengan kasih sayang kepada sesama sehingga menjadi wasilah kita untuk menggapai pintu rahmat-Nya. Dia-lah Allah yang hanya kepada-Nya jua rasa kasih dan sayang itu bersumber, wallahua’lam.(A/RS3/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)