Oleh: Hasanatun Aliyah, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jabar
Kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diwaktu tidur adalah teladan terbaik, beliau tidak tidur melampaui batas yang dibutuhkan tubuh, tidak juga menahan diri untuk beristirahat sesuai kebutuhan. Inilah prinsip pertengahan yang Beliau ajarkan, sesuai dengan fitrah manusia, jauh dari sikap ifrath (berlebihan) ataupun tafrith (mengurangi atau meremehkan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan, siapa yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia menempuh jalan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan meneladani adabnya.
- Berwudhu ketika akan tidur
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalm tidak pernah batal (lepas) dari wudhunya disaat beliau berpergian, dirumah, maupun tidurnya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana engkau wudhu untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Mengibaskan tempat tidur
Ubay bin Ka’ab pernah menuturkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda.
“Jika seorang diantara kamu mendatangi pembaringannya hendaklah mengibaskan ujung kainnya untuk membersihkan kasurnya serta sebutlah Asma Allah. Sebab iya tidak tahu kotoran apa yang melekat pada Kasur saat ditinggalnya.” (HR. Muslim)
- Membaca doa akan tidur
Rasulullah saw jika hendak tidur ia selalu berdoa, “Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa” (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup),,,,“ (HR. Muslim)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dan dilanjutkan membaca do’a ini;
عَنِ البَرَّاء بنِ عَازِب، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: (( إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَأْ وُضُوءَكَ للصَلاةِ، ثُمَّ اضْطَّجِعْ على شِقِّكَ الأَيْمَنِ، ثُمَّ قُلْ: اللهُمَّ إِنِّي اَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَ فَوَضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَ أَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَ رَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَ لاَ مَنْجَا منك إَلاّ إِلَيْكََ ، أَمَنْتُ بِكِتَابٍكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَ بِنَبِيِّكَ الذي أَرْسَلْتَ وَ اجْعَلْهُنَّ آخِرَ كَلاَمِكَ فَإِنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مِتَّ على الفِطْرَة))
“Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,”Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan lalu ucapkanlah doa:” Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus”. Maka jika enkau meninggal pada malam itu niscaya engkau meninggal di atas fitrah” (H.R Al Bukhari dan Muslim)
- Miring ke sebelah kanan
Tidur terbaik adalah yang dimulai dengan posisi miring ke kanan, agar makanan masuk ke dalam lambung dengan sempurna dan posisi lambungnya berada agak ke samping kiri. Kemudian padanya dianjurkan untuk mengubah posisi ke kiri untuk mempercepat proses pencernaan, lalu tidur dilanjutkan dengan posisi miring ke kanan kembali.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Sebagai peringatan, jangan terlalu sering tidur dalam posisi miring ke kiri karena dapat membahayakan organ hati yang berada di sisi kiri dekat dengan lambung. Saat itulah organ-organ tubuh akan mengarah pada hati dan beresiko mengalirkan bahan berbahaya ke dalamnya.
“Jika hendak berbaring, hendaklah dengan berletak kesebelah kanan, dan hendaklah mengucapkan, Mahasuci Engkau ya Allah, ya Robbi, dengan menyebut nama-Mu aku meletakkan tubuhku, dan dengan namaMu aku mengangkatnya kembali. Jika Engkau mengambil ruhku (jiwaku), maka ampunilah untuknya, dan bila Engkau melepasnya, maka peliharalah ia, sebagai mana Engkau memelihara hamba-hambaMu yang shalih”. (HR. Muslim)
- Meletakkan tangan di bawah pipi sebelah kanan
Al-Bara’ bin ‘Azib RA. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa, “Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)
- Membaca surat surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas
Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau merapatkan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian beliau mengusap tubuh yang disapunya dengan kedua tangannya. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.” (HR. al-Bukhari)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
- Tidurlah di awal malam
“Bahwasanya Rasulullah saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Tidak tidur dengan posisi telungkup (tengkurap)
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) iadalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)
عَنْ يَعِيْشَ بن طِخْفَةَ الغِفَاري رَضِي الله عنه قال : قال أَبي بَيْنَمَا أَناَ مُضْطَجِعٌ في المَسْجِد ِعَلى بَطْنِي إِذَا رَجُلٌ يُحَرِّكُنِي بِرِجْلِهِ فَقَال (( إَّنَّ هَذِهَ ضِجْعَةٌ يُبْغِضَها اللهُ)) قال فَنَظَرْتُ، فَإِذَا رَسُولُ اللهِ
“Dari Ya’isy bin Thihfah ia berkata,”Ayahku berkata,” Ketika aku berbaring (menelungkup) di atas perutku di dalam masjid, tiba-tiba ada seseorang yang menggoyangkan tubuhku dengan kakinya lantas ia berkata,” Sesungguhnya cara tidur seperti ini dibenci Allah” Ia berkata,”Akupun melihatnya ternyata orang itu adalah Rasululullah”. (H.R Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
- Bangun pada awal malam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur pada awal memberikan hak fisik serta jiwa manusia, dengan istirahat yang cukup akan memulihkan kekuatan tubuh agar dapat beraktivitas dan beribadah dengan baik. Adapun shalat, merupakan aktivitas ritual yang akan memberikan ketenangan bagi jiwa. Dalam satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ تَعَارَّ مَنَ اللَيْلِ فقَال حِيْنَ يَسْتَيْقِظُ: لا إله اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ له، لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ يُحْيِي وَ يُمِيْتُ،بِيَدِهِ الخَيْرُ و هو على كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، سُبْحَان الله وَ الحَمْدُ للهِ ولا إله إلا اللهُ و اللهُ أَكْبَرُ و لا حَوْلَ و لا قُوَّةَ إلاَّ بالله، ثُمَّ قَال: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْدَعا اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ قَامَ فَتَوَضَأُ ثُمَّ صَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ
“Barangsiapa bangun pada malam hari, kemudian ia berdoa,” Tiada illah yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu baginya, milikNyalah segala kerajaan dan pujian, Yang Maha menghidupkan dan mematikan, di tanganNyalah segenap kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagiNya dan tiada illah yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar, tiada daya serta upaya melainkan dengan pertolongan Allah” kemudian setelah itu berdoa,” Ya Allah ampunilah aku” ataupun doa yang selain itu niscaya dikabulkan doanya. Kemudian apabila ia bangkit berwudhu lalu shalat maka akan diterima shalatnya,” (H.R Al Bukhari)
- Berdoa ketika bangun tidur
pada pertengahan malam. Beliau bangun ketika mendengar kokok ayam jantan dengan memuji Allah dan berdoa.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
الحَمْدُ اللهِ الَذِي أَحْيَاناَ بَعْدَ ما أَمَاتَناَ وَ إِلَيْهِ النُشُور
“Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepadanya seluruh makhluk kan dibangkitkan”. (HR. Muslim)
- Mengusap Bekas tidur
“Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya” (HR. Muslim)
- Beristinsyaq, beristintsaar dan bersiwak ketika bangun tidur
Beristinsyaq dan beristintsaar adalah menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan kembali air dari hidung.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan konsekuensi dari kesempurnaan hikmahNya, menjadikan seluruh aktivitas makhluk berhenti pada suatu waktu (malam hari) agar mereka beristirahat pada waktu tersebut, dan kemudian mereka berpencar pada waktu yang lain (siang hari) untuk berusaha mendapatkan kemashlatan dunia dan akhirat.
Hal yang demikian itu tidak akan sempurna berlangsung kecuali dengan adanya pergantian siang dan malam, dan Dzat Yang Maha Kuasa mengatur semua tanpa bantuan siapapun, Dialah yang berhak disembah”
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
إِذَ كَان أَحَدُكُمْ في الشَمْسِ فَقَلَصَ عَنْهُ الظِلُّ، فَصَارَ بَعْضُهُ في الشَمْسِ و بَعْضُهُ في الظِلُّ فَلْيَقُمْ
“Jika salah seorang diantara kalian berada di bawah matahari, kemudian bayangan beringsut darinya sehingga sebagian tubuhnya berada di bawah matahari dan sebagiannya lagi terlindung bayangan, maka hendaklah dia berdiri (maksudnya tidak tetap berada di tempat tersebut)” (H.R Abu Dawud dan Ahmad)
adapun tentang tidur siang, sebagian ulama ada yang membaginya ke dalam tiga kategori:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Pertama: Tidur siang pada tengah hari saat matahari bersinar terik, tidur ini biasa dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua: Tidur pada waktu dhuha, tidur ini sebaiknya ditinggalkan, karena membuat kita malas serta lalai untuk berusaha meraih kemashlatan dunia dan akhirat.
Ketiga: Tidur pada waktu ashar, ini merupakan waktu tidur yang paling jelek.
Ibnu Abbas pernah mendapati putranya tidur pada pagi hari, lantas ia berkata kepadanya,”Bangunlah, apakah engkau tidur pada saat rizki dibagikan?”
Oleh karena itu sebaiknya tidur pagi ini ditinggalkan kecuali karena ada satu alasan yang menuntut. Karena tidur pagi ini memberikan efek negatif bagi tubuh berupa tertimbunnya sisa makanan di dalam perut yang seharusnya terurai dengan berolahraga juga menimbulkan berbagai penyakit.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Demikianlah Rasulullah Muhammad saw menunaikan hak-hak tidur yang telah diberikan Allah swt kepadanya, dan sebagai umat Islam yang beriman kepada Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw, sudah sepatutnya umat muslim menunaikan nikmat tidur, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. (T/hna/R03)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Disarikan dari berbagai sumber