Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Donald Trump Ingin Menguasai Jalur Gaza, Palestina?

Ali Farkhan Tsani Editor : Arif R - 25 detik yang lalu

25 detik yang lalu

0 Views

Presiden AS Donald Trump yang kontroversial dengan kebijakan-kebijakannya, (Foto: X)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia ingin AS mengambil alih kepemilikan Gaza, melampaui pernyataan sebelumnya yang memaksa warga Gaza untuk pindah ke Yordania dan Mesir. Bahkan pernah menyinggung juga untuk direlokasi ke Indonesia.

Trump menyampaikan pengumuman itu Selasa 4 Februari 2025, saat menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Seperti dilaporkan Voice of America (VOA).

Lalu, mengapa Trump begitu berambisi ingin mengambil alih Jalur Gaza, Palestina?

Persoalan Jalur Gaza telah menjadi pusat ketegangan politik dan militer selama puluhan tahun. Terletak di pantai timur Laut Mediterania, Jalur Gaza merupakan wilayah yang dikuasai oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan menjadi tempat tinggal bagi lebih dari dua juta orang Palestina.

Baca Juga: [Populer MINA] Erdogan ke Indonesia, Rencana Trump di Gaza Tertolak

Jalur Gaza dikuasai oleh Hamas sejak 2007, dan kemudian menjadi tempat yang penuh dengan penderitaan bagi warganya, akibat blokade yang dilakukan oleh pendudukan Israel, serta serangkaian serangan militer yang menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan menambah angka pengungsi.

Bukan sekadar persoalan blokade, Gaza menjadi sangat penting karena posisinya yang strategis dan sebagai simbol perjuangan Palestina. Israel dan kelompok internasional, termasuk AS, memiliki kepentingan besar dalam mengatur kebijakan di wilayah ini, baik dari segi keamanan, politik, maupun ekonomi.

Seperti diketahui, salah satu kebijakan besar yang diambil oleh Trump selama masa kepresidenannya adalah pengakuan sepihak terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. Langkah ini sangat kontroversial dan mendapatkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk negara-negara Arab, Uni Eropa, dan PBB, yang menilai langkah ini akan memperburuk situasi di Timur Tengah.

Selain itu, Trump juga sangat mendukung kebijakan Israel terhadap Palestina, dengan menekan kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas dan Fatah untuk menerima kondisi yang lebih menguntungkan bagi Israel.

Baca Juga: Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman: Tanda Besar Kiamat dan Misi Penyelamatannya

Adapun secara khusus terhadap Jalur Gaza, ada beberapa alasan strategis yang lebih dalam mengenai ketertarikan Trump terhadap Jalur Gaza dan keterlibatannya dalam situasi tersebut.

  1. Mengamankan Kepentingan Israel

Salah satu alasan utama Donald Trump ingin memperkuat pengaruh AS di Gaza adalah untuk mendukung kebijakan Israel. Selama kepresidenan Trump, AS memberikan dukungan luar biasa terhadap Israel, baik dalam bentuk bantuan militer maupun politik. Trump melihat Israel sebagai sekutu penting AS di Timur Tengah dan memandang stabilitas Israel sebagai hal yang krusial bagi kepentingan nasional AS.

Gaza, dengan posisi strategisnya, dianggap sebagai wilayah yang sangat vital dalam upaya mempertahankan keamanan Israel. Hamas yang menguasai Gaza adalah kelompok yang diketahui sering melakukan serangan terhadap Israel, baik dalam bentuk serangan roket maupun serangan lain. Oleh karena itu, Trump merasa perlu untuk terlibat lebih jauh dalam situasi Gaza untuk mendukung Israel dalam menghadapi ancaman dari Hamas.

  1. Strategi Politik di Timur Tengah

Keberadaan Jalur Gaza juga sangat penting bagi kebijakan politik AS di Timur Tengah. Trump sering kali memandang bahwa keberhasilan kebijakan luar negeri AS di wilayah ini bergantung pada pengaruh dan dukungan terhadap Israel.

Baca Juga: Mengapa Israel Gagal Kalahkan Hamas?

Mengambil tindakan terhadap Gaza atau setidaknya mempengaruhi hasil dari situasi di Gaza bisa dilihat sebagai langkah untuk memastikan bahwa kepentingan politik AS di Timur Tengah, khususnya yang berkaitan dengan Israel, dapat terjaga.

Dalam konteks ini, Trump mungkin juga melihat penguatan posisi AS di Gaza sebagai cara untuk mendorong negara-negara Arab yang lebih moderat, seperti Arab Saudi, untuk lebih mendekatkan diri dengan Israel, seperti yang terjadi melalui kesepakatan normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, yang dikenal dengan Abraham Accords tahun 2020.

Dengan mendukung kebijakan Israel yang lebih agresif terhadap Gaza, Trump mungkin berharap dapat menggerakkan lebih banyak negara Arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, yang pada gilirannya akan memperkuat posisi AS di kawasan tersebut.

  1. Kepentingan Ekonomi dan Sumber Daya

Walaupun bukan alasan yang paling umum dibicarakan, Gaza memiliki sumber daya alam yang penting, terutama dalam hal gas alam dan akses ke pelabuhan strategis di Laut Mediterania. Penguasaan jalur ini dapat memberi keuntungan ekonomi yang signifikan, tidak hanya untuk Israel, tetapi juga bagi sekutu-sekutu internasional yang berpengaruh, termasuk Amerika Serikat.

Baca Juga: Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Bulan Ramadhan

Terkait dengan kebijakan luar negeri Trump yang cenderung mengutamakan keuntungan ekonomi bagi AS, ada kemungkinan bahwa Trump juga melihat pengaruh di Gaza sebagai bagian dari strategi untuk memaksimalkan kontrol atas sumber daya di wilayah tersebut.

  1. Kepentingan Keamanan Energi Global

Keamanan energi adalah salah satu aspek yang sering kali menjadi fokus kebijakan luar negeri Amerika Serikat, terutama di Timur Tengah.

Nah, Jalur Gaza terletak di wilayah yang dekat dengan beberapa negara penghasil energi besar, seperti Arab Saudi dan Qatar. Pengaruh di Gaza, meskipun tidak langsung terkait dengan energi, dapat memberi AS kontrol yang lebih baik atas dinamika kawasan yang lebih luas.

  1. Meningkatkan Posisi Politik Internal

Donald Trump juga dikenal dengan pendekatannya yang populis dalam kebijakan luar negeri. Dalam konteks ini, pengambilan posisi yang kuat terhadap Gaza dan Palestina bisa jadi merupakan bagian dari strategi politik untuk memperkuat posisinya di mata pemilih AS yang mendukung kebijakan pro-Israel. Menunjukkan komitmen terhadap Israel dan menekan kelompok-kelompok Palestina yang dia anggap ‘teroris’ bisa memperkuat dukungan politik dari pemilih yang memiliki pandangan serupa.

Baca Juga: Mengapa Israel Ingin Kuasai Jenin?

Namun, yang jelas dan perlu dicatat betul oleh Trump, bahwa kebijakan luar negeri yang diambinyal tidak selalu diterima oleh semua pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Arab Saudi yang dikenal sebagai mitra AS, kali ini lantang berbicara menolak relokasi warga Palestina ke negaranya.

Demikian juga Mesir dan Yordania yang berbatasan langsung dengan Gaza, pun menolak proposal relokasi alias pengusiran warga yang diajukan Trump.

Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan negara-negara lain di kawasan Arab, yang menolak gagasan relokasi Trump menilai bahwa solusi yang lebih baik adalah mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.

Baca Juga: Erdogan, Palestina, dan Kesatuan Dunia Islam

Wabil khusus Arab Saudi, sebagai pemimpin di dunia Arab, merasa bertanggung jawab untuk menyuarakan penolakan tersebut demi menjaga solidaritas antarnegara Arab dan mempertahankan perjuangan Palestina.

Secara keseluruhan, penolakan Arab Saudi terhadap rencana relokasi warga Gaza yang diusulkan oleh Donald Trump mencerminkan komitmen mereka untuk mendukung kemerdekaan Palestina, menegakkan hukum internasional, serta menjaga stabilitas kawasan Timur Tengah.

Arab Saudi juga khawatir bahwa rencana relokasi dapat memperburuk ketegangan dan menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan Timur Tengah. Perpindahan massal warga Gaza akan menciptakan masalah baru terkait dengan integrasi sosial, ekonomi, dan politik di negara tempat mereka akan dipindahkan, yang bisa memperburuk situasi politik di seluruh kawasan. Selain itu, ini dapat memperburuk hubungan antara negara-negara Arab dan negara-negara Barat yang mendukung rencana tersebut.

Yang jelas, usulan Trump tersebut menimbulkan banyak kritik, tidak hanya dari negara-negara Muslim, tetapi juga dari banyak negara Barat yang lebih berpihak pada solusi dua negara yang sah dan berkelanjutan. Bahkan aksi demonstrasi bermunculan di negara-negara Bara sekalipun, termasuk di dalam negeri AS sendiri.

Baca Juga: Mehter, Gema Lagu Penyemangat Militer Tertua di Meja Diplomasi Indonesia

Trump sepertinya tidak memahami atau mengabaikan bahwa Palestina bukan hanya masalah bagi satu negara, tetapi merupakan masalah seluruh dunia Arab dan Muslim sedunia.

Usulan Donald Trump mengenai relokasi warga Gaza adalah langkah yang sangat kontroversial dan berpotensi merusak tidak hanya reputasi politiknya, tetapi juga hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara di dunia Arab dan Muslim.

Dengan mengabaikan hak asasi manusia, solidaritas internasional, dan solusi perdamaian yang adil, Trump tampaknya sedang menggali kuburannya sendiri di kancah politik internasional. Semakin banyak negara yang menentang rencana tersebut, dan hal ini semakin mengisolasi Amerika Serikat dari sekutu-sekutu globalnya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Manajemen Risiko dalam Bantuan Kemanusiaan

Rekomendasi untuk Anda