Oleh: Hadi Susilo, M.Si., Kepala Bidang Humas, Kerjasama, dan Pelayan Pusat Kajian Produk Halal Universitas Mathla’ul Anwar Banten
HALAL memiliki makna BOLEH. Pada kasus makanan minuman, kebanyakan bahan makanan minuman ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah halal, kecuali secara khusus disebutkan dalam Al Qur’an atau Hadits. Secara biologi, makanan dan minuman adalah sebagai sumber energi yang dipakai makhluk hidup, khususnya manusia sebagai sumber energi.
Energi ini digunakan oleh tubuh untuk menjalankan metabolisme atau reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh.
Perintah mengkonsumsi Halal, ditujukan untuk seluruh manusia, sebagaiman ditulis dalal Firman Allah, “Wahai sekalain manusia makanlah sebagaian dari makanan yang ada di bumi ini, yang halal dan baik dan janganlah kamu menuruti jejak langkah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh kamu yang nyata. (QS: Al-Baqarah:168), demikian juga Allah berfirman, “Dan Allah telah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. (QS. Al-A’raf :157).
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Konsep iman dalam agama Islam, bukan hanya sekedar konsep yang bersifat teoritis, melainkan sebuah paket yang utuh (kaffah) terdiri dari teori dan praktik secara nyata, termasuk dalam mengkonsumsi halal. Mengapa kita harus memberi perhatian penuh pada masalah kehalalan makanan-minuman? Apa rahasia dan hikmah mengkonsumsi makanan halal? Berikut ini adalah alasannya.
- Wujud Keimanan Kepada Allah
Allah berfirman, “Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu: dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya. (QS Al Maidah: 88). Sebagai muslim adalah sebagai hamba Allah, yang sewajibnya taat menjalankan semua aturan yang telah ditetapkanNya. Demikian juga dalam hal makanan dan minuman. Semua makanan-minuman yang Allah tetapkan halal hukumnya, akan menjadi halal buat umatnya, sebaliknya, semua makanan minuman yang haram, akan menjadi haram buat umatnya. Salah satu bentuk nyata dari beriman kepada Allah swt, adalah tidak memakan makanan yang telah dihaaramkan, atau seorang muslim wajib memakan makanan-minuman yang halal.
- Agar Doa Tidak Terhalang
Sebagai hamba Allah kita selalau dituntunkan untuk berdoa, siang sampai malam kita selalu berharap semua doa yang kita panjatkan kepada Allah selalu dikabulkan, namun kenyataannya, tidak semua doa yang kita panjatkan dikabulkan oleh Allah, tidak semua permintaan dipenuhiNya, tidak semua harapan diwujudkan oleh Allah. Salah satu penyebabnya adalah Allah tidak mau mengabulkan doa seseorang hambaNya adalah karena makanan dan minuman haram yang dikonsumsi ke dalam perutnya.
Rasulullah SAW, bersabda “Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya Allah itu suci dan tidak menrima kucuali yang ssuci. Dan Allah memrintahkan orang mukmin sebagaimana memerintahkan kepada para rasul dalam firman, “ Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan lakukanlah kesalehan.”Dan allah berfirman,”Wahai orang beriman, makanlah dari rezeki kami yang kami berikan yang baik baik.” Kemudian Rasulullah saw menyebut seseorang yang melakukan perjalaanan panjang hingga rambutnya kusut daan berdebu, saambil menadahkan tangannya ke langit menyeru, “Ya Tuhan, Ya Tuhan, Sementara makannya haram, minumannya haram, pakainnya haram dan diberi mkan dengan yang haram. Bagaimana doanya bisa dikabulkan? (HR Bukhari)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Mari kita koreksi diri kita ketika doaa yang sering kita panjatkan tidak pernah atau belum dikabulkan oleh Allah. Jangan-jangan, tubuh kita terbentuk dari makanan dan minuman yang haram. Hadis tersebut menjelaskan tentang perilaku seseorang yang tidak pernah lepas dari melakukan ibadah-ibadah, seperti: zikir, mengaji, sholat khusuk, berdoa panjang hingga kusust raambutnya, lusuh pakaiannnya tak pernah berhenti memanggil allah, sayangnya mengkonsumsi makanan minuman haram, sehingga doanya terhalang dan tidak dikabulkan oleh Allah.
- Mencegah Api Neraka
Alasan menghindari makanan haram berikutnya adalah untuk mencegah api neraka, karena daging yang tumbuh di tubuh yang terbuat dari makanan haram akan menjadi sasaran api neraka. Rasulullah SAW bersabda, “ Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram, neraka lebih pantas baginya. (HR Tirmizy). Salah satu bentuk ketakwaan adalah dengan berhati-hati dalam menjauhi laranganNya. Makanan-minum yang telah jelas haram, hajib hukumnya untuk ditinggalkan.
Allah menegaskan kembali dalam Al-Qur’an terkait dengan tubuh manusia yang dijadikan bahan bakar api neraka, “ Hai orang 0rang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At -Tahrim : 6). Tubuh tubuh manusia yang terbentuk dari makanan haram inilah yang akan menjadi bahan bakar api neraka.
- Mencegah Timbulnya Penyakit
Allah tidak akan membuat segala sesuatu yang ada di bumi ini diserahkan kepada manusia, kemudian Dia sendiri mengharamkannya. Beberapa hal yang diharamkannya oleh Allah itu, justru ada sebab dan hikmahnya, misalnya saja arak (khamer). Khamer dilarang karena didalamnya terdapat senyawa yang membahayakan bagi kesehataan tubuh manusia. Salah satu hikmah menghindari makanan minuman haram adalah terhindarnya dari penyakit. Allah swt tidak menurunkan penyakit kecuali ada obatnya. Obat tersebut juga jelas obat yang halal. Ditanya tentang khamer untuk obat, maka Rasulullah SAW bersabda: itu adalah penyakit dan bukan obat. (HR Abu Daud dan Tirmidy).
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Ibnu Jarir At-Thabari, menafsirkan Surat An Nisa ayat 4, diakhir ayat tersebut dengan berkata bahwa firman Allah, “ Maka makanlah pemberian itu niscaya menjadi obat yang menawarkan. Al-Qurthubi menukil dari sebagaian ulama tafsir maksud firman Allah, Al-hani’ adalah yang baik lagi enak dimakan dan tidak memiliki efek negatif, sedangkan Al-mari’ adalah tidak menimbulkan efek samping setelah dimakan, mudah dicerna, dan tidak menimbulkan penyakit.
- Tidak Mengikuti Langkah Setan
Kisah Nabi Adam as dan istrinya, Hawwa dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi, adalah karena urusan makanan haram yang dilanggarnya. Allah mengharamkan untuk tidak memakan makanan yang haram. Pada dasarnya, seorang muslim yang mengkonsumsi makanan minuman yang haram sedang berada dalam langkah langkah penyesatan oleh setan, yang tujuan akhirnya adalah menggiring manusia untuk masuk neraka.
Allah Berfirman, “Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dhalim. (QS Al-Baqarah 35). Namun demikian, dengan segala tipudayanya, setan berhasil membujuk Adam as untuk meinggalkan yang halal dan memakan yang haram. Kemudian Allah menghukum Adam as dan Hawwa,” Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagaian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. (QS Al-Baqarah: 36)a
Menyadari akan kesalahannya itu, kemudian Nabi Adam as, segera bertobat dan Allah menerima tobatnya, dalam firmannya, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah : 37).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
(A/R01/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat