Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Israel Gagal Kalahkan Hamas?

Redaksi Editor : Bahron Ans. - 29 menit yang lalu

29 menit yang lalu

6 Views

Para pejuang Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas. [EPA-EFE/MOHAMMED SABER]

Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

SUMBER The Jerusalem Post melaporkan bahwa ada rasa frustrasi yang besar di jajaran petinggi Israel mengenai ketidakmampuan mereka untuk mengalahkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), meskipun sudah 15 bulan Israel membombardir Jalur Gaza, maekas Hamas, sejak dimulainya perang 7 Oktober 2023.

“Meskipun Israel telah mengerahkan pasukannya di Gaza dan melakukan latihan militer besar-besaran, hampir tanpa batas dalam hal sumber daya atau waktu, Hamas masih berdiri tegak,” lanjut keterangan sumber tersebut.

Mengapa Hamas belum dikalahkan? Surat kabar Israel menanggapi dengan mengatakan bahwa alasannya adalah “terowongan”.

Baca Juga: Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Bulan Ramadhan

“Organisasi ini tinggal di terowongan, melakukan manuver di dalamnya, mempertahankan rantai komando, memobilisasi pasukan, dan menyandera orang di bawah tanah,” lanjutnya.

Pada saat yang sama, pasukan Hamas menggunakan terowongan sebagai benteng, dan terus menggali terowongan baru selama pertempuran, sepanjang 2023-2024.

Inilah sumber kekuatannya dan alasan mereka bertahan hidup, imbuhnya. “Tanpa terowongan, perang mungkin sudah berakhir pada bulan Oktober 2023,” lanjutnya.

“Meskipun Israel juga sudah beroperasi menghancurkan beberapa terowongan, tetapi dalam skala yang masih sangat kecil, Israel tidak tinggal di sana secara permanen dan tidak berusaha untuk mengendalikannya,” kata sumber.

Baca Juga: Mengapa Israel Ingin Kuasai Jenin?

Laporan The Sky News edisi 24 Juni 2024 menyebutkan, Israel menghindari memasukkan pasukan besar ke dalam terowongan. Israel melihat operasi yang dilakukannya di bawah tanah memiliki cakupan yang sama dengan operasi yang dilakukan Hamas di atas tanah.

Fakta menakutkan dihadapi pasukan Israel, yaitu ketika pasukan Hamas secara tiba-tiba naik ke permukaan tanah, menembakkan rudal anti-tank, lalu dengan cepat turun ke dalam terowongan, bak siluman. Dan ketika pasukan Israel mengejar turun ke bawah terowongan, menghancurkan infrastrukturnya, lalu kembali ke permukaan, tetapi tidak bisa mengendalikannya.

Pengamat militer mengatakan, Israel memang memiliki teknologi militer dan keamanan tingkat tinggi. Namun tidak terlalu siap untuk peperangan bawah tanah, baik dalam hal senjata khusus, personel terlatih bawah tanah, dan tidak memiliki doktrin tempur yang komprehensif.

Tidak mungkin mengalahkan pasukan yang ditempatkan di bawah tanah tanpa sumber daya yang diperlukan,” tambahnya.

Baca Juga: Erdogan, Palestina, dan Kesatuan Dunia Islam

Pengakuan Jenderal Israel

Jenderal Israel Yitzhak Brick berbicara tentang alasan di balik kegagalan tentara pendudukan untuk mengalahkan gerakan perlawanan Hamas di Jalur Gaza, meskipun perang yang menghancurkan itu telah berlangsung sekitar 15 bulan.

Dalam sebuah artikel di surat kabar Maariv, Jenderal Brick mengatakan bahwa jaminan berulang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa perang tidak akan berakhir sebelum melenyapkan Hamas dan membebaskan tahanan dari Jalur Gaza membuktikan, seiring berjalannya waktu, bahwa yang terjadi justru sebaliknya.

“Israel semakin menjauh dari kemampuannya untuk melenyapkan Hamas. Hamas masih menguasai Jalur Gaza, dan ribuan pejuangnya berada di bawah tanah dalam terowongan yang membentang hingga ratusan kilometer,” ujarenya mengakui hal itu, seperti dilaporkan Arabi21 edisi 23 Desember 2024.

Baca Juga: Mehter, Gema Lagu Penyemangat Militer Tertua di Meja Diplomasi Indonesia

Brik malah memprediksi bahwa Al-Qassam baru-baru ini memperkuat barisannya dengan sekitar 3.000 pejuang muda yang usianya berkisar antara 18 dan 20 tahun saja.

“Memang benar kami berada di sana saat perang, tetapi semuanya masih berlangsung di bawah sana, di terowongan, tanpa kendali apa pun dari tentara kami. Hamas terus menguasai Jalur Gaza. Kami telah kembali untuk kelima kalinya ke Jabalia, dan jumlah mereka di sana masih sama walaupun sudah dibombardir. Sementara kami kehilangan banyak tentara dan menderita luka serius,” tambahnya.

“Tentara Israel tidak dapat melenyapkan Hamas karena tidak ada kelebihan pasukan dan tidak ada tentara Israel yang tersisa di wilayah yang telah didudukinya sejak lama, dan inilah alasan mengapa mereka tidak dapat melenyapkan kekuasaan Hamas,” imbuhnya.

Ia menunjukkan bahwa tentaranya telah berulang kali melakukan serangan tanpa tujuan, yang tidak bertujuan menjatuhkan Hamas. Namun atas nama klise-klise ini, Netanyahu mengabaikan penyelamatan para sandera yang tewas di terowongan Hamas.

Baca Juga: Manajemen Risiko dalam Bantuan Kemanusiaan

“Membiarkan sandera mati di terowongan Hamas adalah pelanggaran yang sangat serius terhadap semua nilai dasar yang telah ditanamkan selama beberapa generasi pejuang dan warga sipil. Kelalaian ini adalah pengkhianatan. Tindakan memalukan yang dilakukan Netanyahu dan para pengikutnya ini akan berujung pada hasil yang membawa bencana,” imbuhnya.

Kalaupun Netanyahu dengan dukungan kuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih berambisi melanjutkan perang atas Gaza, atau AS sendiri yang mau mengambil alih wilayah itu, itupun akan gagal total. Ini karena pasukan siluman bertopeng Hamas memang terbukti tak terkalahkan. Atau AS akan hengkang juga saat seperti pergi tanpa hasil dari perang Vietnam, yang juga menerapkan strategi terowongan bawah tanah. Akan menjadi kekalahan paling menyakitkan bagi AS di mata dunia. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Urgensi Hidup Berjamaah dalam Islam

Rekomendasi untuk Anda