Mengapa Israel Melihat BDS Sebagai “Ancaman Strategis”

Oleh: Asa Winstanley, jurnalis investigasi yang tinggal di London, penulis tentang dan Timur Tengah. Ia pemenang penghargaan The Electronic Intifada sebagai editor Asosiasi dan juga penulis kolom pekananan untuk Middle East Monitor.

 

Perencana politik dan militer sebagai penguasa negara asing bagi kawasan dan masyarakat Palestina, merasakan khawatir berlebihan dengan apa yang mereka sebut “ancaman strategis.”

“Ancaman” semacam itu telah berubah selama bertahun-tahun. Ancaman utama Israel termasuk mantan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hamas (gerakan pembebasan Islam Palestina) yang resmi berdiri sejak 1988 dan kini menguasai Jalur Gaza yang diblokade.

PLO dan Hamas menjadi organisasi yang terus bersikeras menekan Israel untuk mengakhiri pendudukannya di tanah Palestina. Saat ini telah bergabung dalam dekade terakhir sebuah gerakan “” (Boikot, Divestasi, dan Sanksi).

Penambahan kata “the” ke BDS, membuat Israel dan pendukungnya memikirkan bahwa BDS sebagai organisasi kesatuan, semacam konspirasi besar untuk melawan Israel. Namun faktanya, BDS adalah strategi, bukan sebuah organisasi.

Ada banyak kelompok solidaritas Palestina di seluruh dunia yang mendukung strategi . Ini adalah gerakan yang populer, bukan plot jahat melawan “negara Yahudi”.

Meskipun gagasan memboikot Israel memiliki akar yang lebih tua, BDS sebagai gerakan dimulai secara resmi pada tahun 2005, dengan dokumen yang ditandatangani oleh ratusan organisasi masyarakat sipil Palestina. Panggilan BDS telah membentuk dasar berprinsip dari gerakan yang meluas sejak itu, hingga saat ini masih terus berlangsung.

Meskipun benar bahwa seruan BDS dikelola oleh sebuah organisasi Palestina tertentu atau yang disebut Komite Nasional BDS, sebenarnya kelompok itu bukan seperti yang dimaksud Israel ketika mereka salah mengaitkan kemenangan BDS terakhir dengan “the BDS”.

Komite Nasional BDS (BNC) menetapkan prinsip-prinsip dasar strategi gerakan dan mempertahankan kesatuan antara beragam organisasi masyarakat sipil Palestina yang mendukungnya hanya pada pertanyaan spesifik BDS.

Dalam tulisan ini, penulis juga mempublikasikan ketika kemenangan BDS terjadi dan mendorong lebih banyak tindakan atau gerakan seperti itu.

Tetapi gerakan BDS tidak memutuskan mengkampanyekan di negara-negara tertentu. Gerakan ini dapat dilakukan oleh kelompok maupun secara individu oleh orang sebagai bentuk solidaritas untuk negara Palestina dari penindasan Israel.

Sebagai prakarsa Palestina sendiri, kejeniusan dari seruan BDS 2005 adalah bahwa ia menyatukan dari perpecahan politik pada tubuh Palestina dalam program aksi solidaritas melawan penindasan Israel.

Dokumen itu, yang diilhami oleh penggunaan boikot dalam perjuangan melawan apartheid Afrika Selatan (sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990), menyerukan agar orang-orang di seluruh dunia memboikot Israel sampai tiga syarat terpenuhi:

Pertama, Mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina dan wilayah Arab lainnya.

Kedua, Kesetaraan penuh untuk semua orang yang tinggal di Palestina yang bersejarah.

Ketiga, Hak pengembalian bagi para pengungsi Palestina yang diusir oleh Israel pada tahun 1948.

“Kondisi pertama membahas keprihatinan utama orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza (serta Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki), yang kedua membahas tentang warga Palestina Israel, dan yang ketiga mencari ganti rugi bagi mereka, warga Palestina, yang diusir dari rumah mereka oleh pasukan Zionis pada tahun 1948 dan orang-orang yang meninggal – mayoritas orang Palestina di dunia saat ini.”

Dengan mengesampingkan masalah politik representasi sejak pembubaran PLO sebagai hasil dari Kesepakatan Oslo, dokumen seruan BDS 2005 dengan bijaksana memusatkan kembali perjuangan Palestina dalam hal solidaritas internasional.

Solidaritas seperti itu, tentu saja, tidak akan pernah menjadi pengganti perjuangan pembebasan rakyat sendiri, dan dokumen BDS 2005 tidak terlalu berpura-pura.

Sebagian besar keberhasilan BDS bergantung pada sifat terdesentralisasi, dengan demikian merujuk pada bayangan sebuah organisasi besar yang bersatu “BDS” propaganda Zionis hanya membodohi diri mereka sendiri.

Kebodohan Israel Memahami BDS

Direktur Jenderal Kementerian Anti-BDS Israel (Kementerian Urusan Strategis) Sima Vaknin-Gil mengatakan sebanyak mungkin kepada komite parlemen pada tahun 2016.

“BDS adalah “bukan entitas militer hirarkis di mana jika kita membunuh X, entitas di bawahnya itu tidak lagi berfungsi,” kata Vaknin-Gil.

Bagi beberapa fanatik Zionis percaya, kelompok-kelompok BDS bukanlah pesawat tanpa otak yang menunggu untuk menerima perintah berbaris dari Ramallah, Palestina.

Meskipun demikian, terlepas dari pengakuan Vaknin-Gil terhadap kenyataan ini dua tahun lalu, Israel tidak pernah berhenti mencoba “memenggal” BDS dengan cara yang sama, yaitu dengan cara mereka membunuh pejuang-pejuang Palestina.

Salah satu pejuang Palestina tahun lalu yang ditangkap dan diisolasi oleh militer Israel, yaitu Omar Barghouti, adalah seorang intelektual Palestina terkemuka dan salah satu pendiri gerakan BDS. Kemudian pihak Israel mengumumkan pernyataan yang tidak berdasar tentang Barghouti.

“Karena perintah untuk bungkam, saya tidak diizinkan untuk menyelidiki fakta tentang kasus ini. Dengan demikian kemampuan saya ditolak, bahkan untuk membantah kebohongan yang jahat yang diterbitkan oleh rezim Israel terhadap saya. Saya tidak terburu-buru untuk melakukannya, meskipun, sebagai tujuan utama mereka (Israel) mencoba untuk menodai reputasi saya dengan perluasan, menyakiti gerakan BDS, jelas gagal,” kata Barghouti dalam rumor yang disebarkan Israel saat itu.

Tahun sebelumnya, mereka telah memberlakukan larangan perjalanan Barghouti dalam upaya yang jelas untuk menghentikannya terus berbicara dalam mendukung BDS di seluruh dunia.

Semua ini terjadi setelah Menteri Israel secara terbuka mengancam Barghouti. Gilad Erdan, politikus yang bertanggung jawab atas Kementerian Anti-BDS Israel mengatakan, pada tahun 2016 bahwa aktivis BDS akan segera “membayar harga” dan “kita akan segera mendengar lebih banyak tentang teman kita, Barghouti.”

Menteri Intelijen Yisrael Katz bahkan mengancam Barghouti dengan “pembunuhan sipil” dan menyerukan eufemisme Ibrani yang sama (“target menggagalkan”) seperti yang digunakan dalam propaganda Israel tentang pembunuhan pejuang perlawanan Palestina.

Semua pernyataan ini menjelaskan bahwa satu dekade sejak panggilan Palestina untuk BDS, termasuk Presiden Israel Reuven Rivlin pada 2015 menyebut gerakan BDS itu sebagai “ancaman strategis dari orde pertama.” (AT/R10/RI-1)

 

Sumber: Middle East Monitor

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.