Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Israel Nekat Menyerang Iran?

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 57 detik yang lalu

57 detik yang lalu

0 Views

Kantor media nasional Iran ditarget oleh serangan udara Israel, Senin, 16 Juni 2025. (Gambar: Press TV)

Oleh Asep Fathurahman

Atas kuasa Allah yang Mahasegalanya, saat kita bersedih melihat penderitaan warga Gaza yang di luar batas-batas perikemanusiaan, pada Kamis malam, 12 Juni 2025, dunia dikejutkan dengan serangan militer Israel ke wilayah Iran dan membunuh 6 jenderal petinggi militer Iran, menyebabkan 400 warga Iran ikut tewas serta 600 warga Iran lainnya terluka. Apakah penderitaan warga Gaza berakhir? Tentu belum karena Palestina termasuk Gaza masih terus diduduki dan dibom oleh militer Israel secara tidak beradab. Yang memprihatinkan di tengah eskalasi perang Iran-Israel yang terus meningkat perhatian dunia terhadap pendertiaan warga Gaza semakin berkurang, dan Israel makin leluasa melakukan aneksasi warga Gaza yang sudah sekarat.

Namun di sisi lain, seperti kita lihat, Iran bukanlah Hamas. Begitu diserang Israel, Iran balik memuntahkan rudal-rudal canggih mereka ke semua kota besar di Israel. Dasar watak Bangsa penakut, serangan Iran tersebut membuat semua warga Israel baik pejabat lebih-lebih warga sipil sangat ketakutan.

Di sejumlah media kita bisa menyaksikan kerusakan Pusat Komando Militer Israel, Pusat Pengembangan Senjata Weizman Institute hingga gedung-gedung bertingkat, pembangkit listrik dan rumah warga porak pranda dihajar rudal-rudal Iran.

Baca Juga: Palestina di Tengah Pusaran Konflik Israel dan Iran

Warga Tel Aviv berteriak “Di mana hak hidup untuk kami. Kami seperti tidur di meja judi rolet, tiap saat bisa di tembak.”

Apakah mereka tak pernah peduli ribuan warga di Gaza, Tepi Barat dan juga di Suriah, bertahun-tahun hidup menderita akibat tindakan brutal militer Israel yang sengaja menyasar anak-anak dan wanita.

Serangan udara Iran juga membuktikan, ternyata kecanggihan Iron Dome yang selama ini menjadi kebanggaan Israel bisa ditembus dengan mudah. Faktor ini pula yang menyebabkan warga Israel secara umum sangat shok.

Apakah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu salah memilih musuh dengan nekat menyerang Iran?

Baca Juga: Dampak Perang Israel dan Iran terhadap Perekonomian Global

Saya baca tulisan analis Timur Tengah spesialis untuk Iran, Ori Goldberg di Aljazeera yang menyebut Netanyahu dan antek-anteknya ingin merobohkan dan mengganti rezim Iran dengan rezim demokratis yang pro-Barat. Saya melihat meski ada benarnya, tapi bukan itu yang mendesak.

Di sinilah sekali lagi dengan jelas Allah memperlihatkan Kuasa-Nya dalam membela umat-Nya yang lemah secara militer, tapi akidah mereka tetap kuat seperti Bangsa Palestina yang sangat tabah menghadapi kebiadaban bangsa Israel, pembunuh anak-anak dan wanita.

Seperti kita tahu Netanyahu makin brutal dan makin kehilangan akal sehat dalam berperang dengan Hamas, sehingga makin tidak popular dan kehilangan pendukung baik di luar negeri juga di dalam negeri. Di bawah kendali Netanyahu, Israel terus merugi mendekati bangkrut, keuangan negara terus dikuras untuk senjata sementara Hamas tak kunjung bisa ditaklukan. Maka, sejak tiga bulan terakhir, parlemen Israel menggulirkan UU pembubaran pemerintahan Netanyahu.

Dalam kondisi terjepit demikian, Netanyahu diberi opsi oleh kaum Yahudi Ultra Ortodoks (yang juga punya kepentingan takut disuruh perang) untuk meloloskan RUU Pengecualian wajib militer khusus untuk Yahudi Ultra Ortodoks. Di sini kita liat lagi betapa pengecutnya mereka dan sangat takut untuk berperang, seperti yang digambarkan dalam banyak ayat Al-Qur’an.

Baca Juga: Al-Aqsa di Tengah Agresi Israel terhadap Iran

Seperti makan buah simalakama, kata Netanyahu. Kalau RUU Pengecualian diloloskannya, dia memang akan dibela lobi Yahudi se-dunia yang dikendalikan kaum Yahudi Ortodoks, tapi tetap akan jatuh dari jabatannya karena dikecam semua warga Israel dan dicap pilih kasih. Sebaliknya bila RUU Pengecualian Wajib Militer ditolak mentah-mentah, maka dia juga akan dijatuhkan karena begitu kuatnya kekuatan lobi Yahudi Ortodoks di dalam dan di luar negeri.

Alasan tambahannya menurut data Mossad, Iran seperti ikan gurita yang memiliki banyak tentakel seperti rezim Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon dan Hamas. Maka para petinggi Mossad yang sudah lama merancang operasi senyap di Iran mengajukan usul untuk menyerang dan menjatuhkan otoritas pemerintahan Iran, mengacaukan Iran dan mendorong warga Iran melakukan revolusi dengan mengganti rezim konservatif para Mullah dengan rezim demokratis pro Barat (Israel). Jadi dengan sekali pukul melalui gerakan dalam proposal Mossad tersebut, bisa memukul Iran sekaligus melumpuhkan Hamas, Houthi dan Hizbullah.

Dasar mata gelap dan dibuat gelap mata oleh Allah, ketimbang tergencet dan jatuh dari pemerintahan, Netanyahu lebih memilih menyetujui proposal Mossad tersebut dan terjadilah serangan udara Israel ke Iran dengan dalih klise: untuk mengamankan masa depan Israel serta ancaman nuklir dan rudal-rudal Iran. Padahal kenyataan riilnya saat ini bos-bos industri senjata politisi dan petinggi Israel sudah banyak yang tiba di Paris dengan macam-macam alasan, tinggal tersisa sebagian rakyat Israel yang dijadikan tameng hidup dan kalau terkena rudal Iran akan diklaim pelanggaran HAM berat.

Netanyahu lupa bahwa di Iran (meski ada sedikit kaum ovonturir) tetapi masih jauh lebih banyak kaum rasional dan patriotik yang tidak sudi Iran dijajah bangsa manapun termasuk AS, apalagi Israel. Bangsa Iran pasca revolusi 1979 punya trauma mendalam dengan aneksasi AS sehingga mereka sama sekali tidak takut dengan ancaman AS, dan sudah bosan diancam dan ditakut-takuti AS. Maka ancaman Israel terhadap mereka (Iran) akan dianggap kecil saja.

Baca Juga: Alasan di Balik Serangan Israel ke Iran

Akan seperti apa kelanjutan perang Israel dan Iran?   

Bila tidak didukung AS dan cukong-cukong sekutu lainnya, dalam waktu singkat Israel akan segera kolaps. Tapi jangan lupa Loby Yahudi Internasional masih memegang dan akan terus memainkan kartu truf menyangkut para penguasa AS, Eropa dan sekutu-sekutunya. Maka nanti jangan heran bila melihat ucapan Donald Trump “nguam-nguam” tak jelas artikulasinya. Di satu sisi selaku “Presiden pedagang” dia tak akan pernah mau rugi, apalagi buang-buang duit untuk sekedar menyelamatkan karir Netanyahu. Tapi sesekali akan tetap sesumbar mengancam Iran dan musuh Israel karena dompet Trump juga dipegang Lobi Yahudi. Demikian pula sikap Presiden Perancis Emanuel Macron di depan publik dia akan menuruti kehendak umum rakyat Perancis dan turut mengecam genosida di Gaza serta mengusir delegasi Israel di pameran senjata pertahanan di Paris, tapi diam-diam juga akan tetap membela Israel karena dompet para pengusaha kaya Perancis juga dipegang Lobi Yahudi.

Berbeda dengan kondisi Israel yang sangat tergantung pada bantuan asing (AS dkk.), kondisi Iran relatif lebih mandiri karena sudah sejak revolusi 1979 berkali-kali dihukum dan dikucilkan Barat, minyak mereka diboikot hanya karena menggulingkan rezim Iran pro Barat.

Untuk jangka pendek Iran akan berupaya keras menghindari jebakan Israel yang sangat ingin AS turut terlibat menyerang Iran. Tampaknya Iran sangat hati-hati terhadap kepentingan dan pangkalan militer AS di Saudi, UEA, dan Qatar karena itu tidak akan gegabah bertindak melibatkan AS selain juga sangat hafal dengan mental Trump yang takut rugi dan tidak bisa dipercaya. Masih banyak kartu truf yang bisa dimainkan Iran yang dulu tahun 1979 punya pengalaman menyerbu dan menangkap para pengkhianat di Kedubes AS di Teheran.

Baca Juga: Semesta Bergerak untuk Gaza

Iran juga bisa memainkan otoritasnya sebagai penguasa yang mengatur Selat Hormus. Bila militer Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormus, maka dalam 24 jam akan terjadi kelangkaan pasokan minyak ke Eropa dan negara-negara Barat, termasuk AS dan ke Israel.

Iran juga saat ini bisa memainkan dukungan China, Rusia serta sejumlah negara lain karena nyatanya diserang lebih dahulu oleh Israel. Maka durasi perang Israel-Iran ke depan tampaknya akan lebih ditentukan oleh “Permainan” lobi Yahudi internasional dengan rezim Netanyahu. Yang jelas pemandangan kerusakan parah di Gaza, di Suriah dan Lebanon, sekarang kerusakan yang sama bisa kita lihat di kota-kota besar di Israel. [] Allahu ‘alam.

sumber: Antara

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Berikut Daftar 12 Aktivis Kemanusiaan di Atas Kapal Madleen

Rekomendasi untuk Anda