Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Koruptor Diibaratkan Tikus? Ini Jawabannya

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

0 Views

Tahanan KPK Kasus Korupsi. (Foto: dok MINA)

Di tengah berbagai persoalan yang melilit bangsa kita, praktik korupsi kerap menjadi momok yang sulit dihilangkan. Koruptor diibaratkan seperti tikus, menggambarkan mereka yang menyalahgunakan amanah dan merampas hak orang lain.

Mengapa tikus menjadi metafora yang begitu kuat untuk perilaku koruptif? Sebuah pertanyaan yang memancing banyak perspektif dan refleksi mendalam.

Tikus adalah hewan yang dikenal dengan sifatnya yang licik, merusak, dan suka mencuri makanan di tempat yang tidak terlihat. Sifat-sifat inilah yang diibaratkan dengan perilaku koruptor.

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad pernah mengatakan, “Koruptor itu seperti tikus yang menggrogoti sistem dari dalam tanpa terlihat, tapi meninggalkan dampak yang merusak.”

Baca Juga: Menjadi Pemimpin Adil, Jalan Mulia Menuju Ridha Allah

Dalam perspektif lain, budayawan Emha Ainun Nadjib menambahkan bahwa tikus melambangkan kekerdilan moral. “Tikus itu kecil, tapi dampak kerusakan yang ditimbulkan karena kejahatannya sangat besar. Sama seperti koruptor, mereka kecil di hadapan hukum, tetapi besar dalam membuat kerusakan moral dan ekonomi,” ujarnya.

Analogi Tikus dalam Kehidupan Sosial

Koruptor merampas hak masyarakat, seperti tikus yang mencuri tanpa peduli akibatnya bagi pemilik rumah. Kerugian akibat korupsi tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga merusak tatanan sosial. Dalam skala besar, korupsi menciptakan kemiskinan, ketimpangan, dan hilangnya kepercayaan publik terhadap institusi negara.

Profesor hukum, Romli Atmasasmita mengungkapkan bahwa metafora tikus sangat relevan dalam konteks korupsi sistemik. “Tikus hidup di dalam lingkungan yang kotor dan gelap. Koruptor pun tumbuh subur di sistem yang minim transparansi dan akuntabilitas,” jelasnya.

Islam menekankan pentingnya menjaga amanah dan larangan keras terhadap perilaku yang merugikan orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

Baca Juga: Perpecahan Umat, Akibat Langsung dari Tidak Berjama’ah

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)

Ayat ini memperingatkan umat manusia agar tidak menggunakan cara yang tidak benar untuk meraih keuntungan pribadi, apalagi dengan merugikan orang lain.

Korupsi ibarat kanker yang menggerogoti tubuh bangsa. Data dari Transparency International menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi memiliki pembangunan ekonomi yang lambat, pelayanan publik yang buruk, dan tingkat kemiskinan yang tinggi. Hal ini menunjukkan betapa destruktifnya praktik korupsi dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca Juga: Zionisme, Virus Jahat dalam Tubuh Kemanusiaan

Ekonom Emil Salim mengungkapkan bahwa korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi dan memicu ketimpangan. “Dana publik yang seharusnya digunakan untuk pembangunan justru disalahgunakan, sehingga masyarakat tidak mendapatkan manfaat yang semestinya,” ujarnya.

Menghindari Perilaku Koruptif

Menghindari perilaku koruptif membutuhkan komitmen individu dan lingkungan yang kondusif.

Hal paling utama adalah membekali diri dengan ajaran agama dan nilai moral yang kuat dapat menjadi tameng dari godaan korupsi. Pahami bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta’ala.

Pendidikan karakter yang menanamkan kejujuran dan tanggung jawab harus dimulai sejak usia dini, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.

Baca Juga: Jihad Kita Satu, Musuh Kita Sama: Zionis dan Sekutunya!

Sementara dalam organisasi atau institusi, ciptakan sistem yang transparan dan akuntabel, sehingga celah untuk melakukan korupsi dapat diminimalisasi.

Gaya hidup yang berlebihan juga seringkali menjadi pemicu perilaku koruptif. Hidup sederhana dan bersyukur atas apa yang dimiliki adalah kunci utama.

Bagi masyarakat, jika menemukan praktik korupsi, beranilah untuk menolak dan melaporkan. Dukungan dari masyarakat akan memperkuat penegakan hukum.

Korupsi adalah ancaman serius bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Metafora tikus sebagai simbol koruptor mengingatkan kita pada sifat destruktif yang harus dihindari. Dengan memahami akar masalah dan berpegang pada nilai-nilai moral dan agama, kita dapat bersama-sama membangun bangsa yang bebas dari korupsi.

Baca Juga: Perbedaan Haji di Masa Jahiliyah dan Islam

Sebagaimana Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur’an, kejujuran dan amanah adalah bagian dari iman yang harus dijaga. Mari jadikan perjuangan melawan korupsi sebagai bagian dari tanggung jawab kita kepada Tuhan, sesama manusia, dan generasi mendatang. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Konferensi Kemenangan Gaza Kembali Bergema di Istanbul

Rekomendasi untuk Anda