Oleh: M Ridwan, Mahasiswa STAI Al-Fatah, Bogor
Israel adalah sebuah entitas yang penuh misteri dan kontroversi. Kehadirannya yang dideklarasikan 14 Mei 1948 bukan hanya menuai kecaman di kalangan Bangsa Arab dan masyarakat internasional, tapi juga harus mengabaikan academic healthy mind (pikiran sehat akademis). Bagaimana tidak, mereka hadir di wilayah Palestina dengan cara mengusir warga asli, menduduki tanah mereka dan membangun tanpa hak di atas tanah milik orang lain.
Karena kontroversi itulah, keberadaannya di wilayah Palestina memerlukan strong political backing (dukungan politik yang kuat) dari berbagai pemimpin negara, terutama Barat yang pemimpinnya dapat dipengaruhi lobi-lobi Zionis. Jika tidak, maka mereka akan menjadi bulan-bulanan orang-orang Arab karena kejahatannya di wilayah Palestina
Statement itulah yang disampaikan oleh Direktur Pakar Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI) dalam sebuah kesempatan. Dimulai dengan Deklarasi Balfour tahun 1917 kemudian berdirlah ‘Zionism state’ di wilayah Palestina. Hingga saat ini, mereka masih menguasai wilayah-wilayah Palestina, kecuali Gaza.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Pendirian entitas Zionis Israel diawali pada tahun 1948 dengan pembantaian di wilayah Deir Yassin yang menewaskan ratusan orang, mayoritas perempuan dan anak-anak. Tragedi itu mengakibatkan lebih dari 700.000 rakyat Palestina terusir dari tanah air mereka.
Tragedi selanjutnya terjadi pada tahun 1973 yakni peristiwa perang Yon Kipur yang menyebabkan sedikitnya 300.000 penduduk Palestina juga diusir dari kampung halaman mereka.
Laporan Amnesty Internasional setebal 182 halaman yang diumumkan 2 Februari 2022 menemukan bukti bahwa entitas Zionis Israel bertanggung jawab melakukan kejahatan Aparhteid terhadap rakyat Palestina.
Kejahatan Zionis juga dilakukan di Masjidil Aqsa. Mereka melarang para jamaah Muslim untuk bebas beribadah di sana, Bahkan sejak beberapa bulan lalu, parlemen Israel sedang merancang undang-undang pembagian walayah Al-Aqsa menjadi dua bagian, untuk Yahudi dan umat Islam.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Semua kejahatan Zionis itulah yang menjadi alasan bagi para pejuang Palestina untuk menyerang Zionis. Para pejuang hanya ingin mendapatkan kembali hak-hak mereka yang dirampas, ingin kembali ke kampung halamannya yang dijajah.
Apa yang dilakukan pejuang Palestina itu sama seperti yang dilakukan oleh para pejuang Indonesia ketika melawan penjajah Belanda. Dengan senjata seadanya, mereka dengan gigih melawan penjajah Belanda, mengusir mereka yang merampas hak-hak rakyat Indonesia.
Para pejuang Palestina tak ubahnya seperti para santri Nusantara dalam berjuang menghadapi Belanda. Satu santri harus melawan puluhan tentara belanda. Bahkan dalam beberapa kejadian, kampung mereka harus menjadi korban akibat kebiadaban penjajah.
Bayangkan, jika dahulu para santri tidak melakukan perlawanan melawan penjajah, mungkin hari ini kita tidak bisa menikmati kemerdekaan. Hari ini kita bisa meresakan hidup merdeka, bebas dari penjajahan, itu semua buah hasil dari perjuangan para pendahulu kita.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Maka, di Palestina kita mengenal Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Al-Rantisi, Nizar Rayyan dan lainnya. Mereka adalah tokoh-tokoh yang menginspirasi perjuangan rakyat Palestina melawan penjajah, yang saat ini diteruskan oleh Ismail Haniya, Khaleed Misyal, Muhammad Deif, dan para pejuang lainnya.
Sampai kapan perjuangan itu akan berakhir, hanya Allah saja yang Mahatahu semuanya. Tetapi yang perlu diketahui, perjuangan akan terus dilakukan hingga Palestina merdeka, Al-Aqsa kembali ke pangkuan kaum Muslimin, dan wilayah itu kembali merasakan kedamaian seperti halnya pada masa pemerintahan Islam. Wallahu a’lam bis shawab. (A/Mr/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat