Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Abu Bakar Ash-Shiddiq RA (1)

Bahron Ansori - Ahad, 29 September 2019 - 07:33 WIB

Ahad, 29 September 2019 - 07:33 WIB

159 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Siapa umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ini yang tidak mengenal sosok Abu Bakar ra. Nama sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.

Ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.

Karakter fisik dan akhlak Abu Bakar

Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia

Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah  menerangkan karakter ayahnyanya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersajak dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam.” Begitulah  beliau.

Adapun akhlaknya, ia terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya.

Selain itu, Abu Bakar juga bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya.

Keislamannya

Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia

Abu Bakar adalah lelaki pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.

Ternyata, keislaman Abu Bakar ra. paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya, maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur sepérti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidil-lah ra.

Di awal keislamannya, ia menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham. Ia banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal ra. Ia selalu mengiringi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selama di Makkah, bahkan dialah yang mengiringi Nabi ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hijrah hingga sampai di kota Madinah. Di samping itu, Abu Bakar ra mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun perang di Tabuk.

Istri-Istri dan Anak-Anaknya

Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan itu lahirlah Abdullah dan Asma’. Ia juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah ra.

Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.

Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Keteladanan dan Keutamaannya

Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh. Berikut ini adalah teladan dan keutamaan Abu Bakar yang diringkas dari dan disebutkan oleh al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam Kitab Fadha’il Shahabat.

Pertama, Abu Bakar ra. adalah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di gua dan ketika hijrah. Hal itu diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya, “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika ke-duanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita. (Qs. At-Taubah: 40)

Aisyah, Abu Said dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”

Kedua, Abu Bakar adalah sahabat yang paling banyak ilmunya. Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di hadapan manusia dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisi-Nya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.”

Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah

Abu Sa’id berkata, “Maka Abu Bakar menangis. Kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba  tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-lslam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja.”

Ketiga, Abu Bakar adalah sahabat yang paling utama. Diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, “Kami selalu membanding-bandingkan para sahabat di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami sepakat memilih Abu bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Usman bin affan.”

Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah dia berkata, “Kutanyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti anda. Namun, beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”

Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi

Keempat, kedudukan Abu Bakar di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilih Abu bakar sebagai khalil namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.”

Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, “Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, “Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyebutkan perihal  dirinya, “Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya.” Abu Bakar mengatakan, “Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (jika bapak tidak ada).”

Kelima, Abu Bakar paling dulu masuk Islam, selalu mendampingi dan paling dicintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar.”

Dalam riwayat lain, dari Abu Utsman dia berkata, “Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, kemudian aku mendatanginya dan bertanya, “Siapakah orang yang paling kau cintai? Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘”Aisyah!” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasul menjawab, “Bapaknya.” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelah itu?” Dia menjawab, “Umar!” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan beberapa orang lelaki.” (A/RS3/P1)

Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan

bersambung…

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Indonesia
Kolom
Indonesia
MINA Millenia
MINA Preneur
MINA Health