Oleh: Rendi Setiawan, Jurnalis MINA
Jika mendengar nama Abu Ubaidah, yang terlintas di benak kita adalah nama salah satu sahabat mulia Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Memang, salah satu nama dari sahabat nabi adalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah.
Meski sudah 14 abad berlalu, nama Abu Ubaidah kembali lahir ke permukaan, namun dalam sosok orang yang berbeda. Uniknya, kedua nama ini sama-sama bertempur untuk melawan musuh Islam di Palestina, meski keduanya hidup di zaman berbeda.
Kesamaan lain dari dua sosok bernama Abu Ubaidah ini adalah sama-sama menjadi komandan pasukan pembebasan. Abu Ubaidah bin Al Jarrah melakukannya di zaman Umar bin Khattab, sementara Abu Ubaidah melakukannya di zaman ini.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Abu Ubaidah, sang juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam ini merupakan ahli dalam strategi perang urat saraf, atau dalam istilah yang lebih modern disebut perang psikologi.
Berulang kali Abu Ubaidah membuat pernyataan publik yang membuat kuping pejabat-pejabat Israel panas hingga mengeriput, saking pedasnya kata-kata Abu Ubaidah meledek tingkah penggawa Zionis yang sembarangan membunuh sipil tanpa rasa bersalah.
Setiap kali Abu Ubaidah memegang mikrofon, tak ada pernyataannya yang keluar melainkan pasti pejabat Israel menggeliat kepanasan seperti cacing di aspal yang panas, mendidih hingga sulit membalas kata-kata Abu Ubaidah kecuali dengan amarah yang meledak-ledak.
“Jika musuh berpikir dengan menghukum rakyat, melakukan pembantaian yang mengerikan, dan menggunakan cara-cara kotor, dia melemahkan kita, maka dia mengalami delusi dan bodoh, dan biarkan Israel tau kita akan meledak dimulanya dengan kemarahan kami.” Ini hanya sekelumit dari pernyataan pedas Abu Ubaidah menyindir Israel.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Siapa Abu Ubaidah?
Nama asli Abu Ubaidah tidak diketahui, begitu pula sebagian besar data pribadinya. Ia hanya tampak mengenakan keffiyeh yang menutupi wajahnya. Pada 2014, media Israel merilis foto yang diduga Abu Ubaidah dengan nama Huzaifa Samir Abdullah Al-Kahloot.
Namun, keabsahan foto dan nama tersebut segera ditepis Brigade Al Qassam. Salah satu pemimpin senior Al Qassam mengatakan bahwa Abu Ubaidah “tidak dan tidak akan muncul di media,” dan hanya sejumlah kecil orang yang tahu siapa dia sebenarnya.
Beberapa sumber menduga, nama samaran tersebut kemungkinan besar merujuk pada Abu Ubaidah bin Al Jarrah, sahabat Nabi Muhammad sekaligus komandan pasukan Kekhalifahan di masa Umar bin Khattab selama Pertempuran Yarmuk dan pembebasan Yerusalem pada abad ke-7.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Kemunculan pertama Abu Ubaidah terjadi pada 2006, ketika ia mengumumkan penangkapan tentara Israel bernama Gilad Shalit.
Pada Juni 2020, sebagai tanggapan terhadap rencana para pemimpin Israel untuk secara resmi mencaplok sebagian Tepi Barat, Abu Ubaidah mengatakan, “kekuatan perlawanan akan dengan setia melindungi rakyat Palestina” dan bersumpah untuk “membuat musuh gigit jari karena penyesalan” untuk keputusan yang penuh dosa.” Dia menggambarkan rencana Israel sebagai “deklarasi perang.”
Selama eskalasi konflik Palestina-Israel pada tahun 2021, Abu Ubaidah mengatakan bahwa menyerang Tel Aviv, Dimona, Ashdod, Ashkelon, dan Beersheba “lebih mudah bagi kami daripada minum air,” menyatakan, “tidak ada garis merah ketika merespons agresi itu.”
Setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai, Abu Ubaidah berkata, “Dengan bantuan Tuhan, kami mampu mempermalukan musuh, entitasnya yang rapuh, dan pasukannya yang buas.”
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Pada September 2021, setelah empat dari enam tahanan yang melarikan diri dari penjara Gilboa ditangkap kembali oleh pasukan Israel, Abu Ubaidah mengumumkan, pertukaran tahanan dengan Israel tidak akan terjadi di masa depan tanpa membebaskan para tahanan tersebut.
Kala itu, Abu Ubaidah mengatakan, “jika para pahlawan Terowongan Kemerdekaan telah membebaskan diri mereka sendiri. Kali ini dari bawah tanah, kami berjanji kepada mereka dan tahanan kami yang bebas bahwa mereka akan segera dibebaskan, Insya Allah, dari atas tanah.”
Dalam Operasi Badai Al Aqsa yang dimulai pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Abu Ubaidah kembali melontarkan perang psikologi. Dia mengatakan, Hamas akan membunuh satu sandera sipil setiap kali Israel menargetkan Gaza “tanpa peringatan”.
“Kami mengumumkan, setiap penargetan terhadap rakyat kami yang aman di rumah mereka tanpa peringatan, kami akan eksekusi sandera musuh kami,” kata Abu Ubaidah. Dia juga mengatakan, eksekusi tersebut akan disiarkan “dalam bentuk audio dan video.” (A/R2/P1)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Mi’raj News Agency (MINA)