Oleh: Evie Yana Farida*
*Evie adalah warga negara Indonesia keturunan muslim Tionghoa yang menikah dengan warga Kurdi Irak. Sempat menyelesaikan kuliah di International Islamic University Malaysia (IIUM), Evi kini aktif menulis di media dan menjadi seorang dosen di salah satu universitas di wilayah Kurdi , Irak.
Mungkin di antara kita banyak yang kurang tahu atau tidak mengenal dengan pasti tentang wujud etnis Kurdi di muka bumi ini. Mereka (The Kurds), merupakan etnis keempat terbesar di Timur Tengah setelah Arab, Parsi, dan Turki , dan juga merupakan etnis terbesar di dunia yang tidak memiliki negara sendiri dan diakui kedaulatannya hingga sekarang.
Sebenarnya bangsa Kurdi sudah ada sejak lebih dari 2000 tahun lalu. Namun hanya diawal tahun abad ke -20 saja bangsa ini mulai menunjukkan semangat nasionalismenya sebagai etnis grup. Populasi suku Kurdi diperkirakan kurang lebih 28 juta jiwa.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Menurut sebuah laporan,di Turki orang Kurdi berjumlah sebanyak 14 juta jiwa, di Irak sebanyak 5,2 juta jiwa, di Iran sebanyak 6,7 juta jiwa, dan di Suriah sebanyak 2 juta jiwa, sedangkan kurang lebih sebanyak 800,000 orang Kurdi menetap di Eropa, terutamanya di Jerman, dan kurang lebih sekitar 500,000 dari mereka menetap di negara-negara bekas jajahan Soviet seperti di Armenia dan Azerbaijan.
Dengan jumlah populasi yang begitu signifikan, dunia patut mengenal mereka, kebudayaan dan seluk beluk mereka merupakan salah satu warisan peradaban dunia.
Walaupun etnis Kurdi dikategorikan sebagai penduduk minoritas di keempat negara ini, mereka mempunyai wilayah sendiri yang mereka namakan sebagai “Kurdistan “, yang tersebar di wilayah-wilayah tadi. Etnis Kurdi yang bermukim di Turki berada dalam kawasan wilayah Utara Kurdistan, seperti di kota-kota Diyarbakir, Mardin, Dan Van. Adapun Etnis Kurdi yang bermukim di Irak berada dalam kawasan wilayah Selatan kurdistan, seperti di kota kota Erbil, Sulaymani, Duhok, Halabjah, dan Kerkuk. Sedangkan Etnis Kurdi yang bermukim di Iran berada dalam kawasan wilayah Timur Kurdistan, seperti di kota-kota Mahabad, Kermanshah, dan Sanandaj. Mereka yang bermukim di Suriah berada dalam kawasan wilayah Barat Kurdistan , seperti di kota-kota Kaamishlo dan Hasaka. Wilayah Kurdistan di keempat negara ini merupakan wilayah-wilayah yang sangat subur dan makmur terutama di bagian wilayah Turki dan Irak.
Daerahnya terdiri atas gunung-gunung yang menjulang tinggi seperti Ararat dan Zagros, serta padang rumput terbentang luas dan lembah-lembah yang di lindungi hutan. Dataran tingginya dilimpahi dengan turunnya hujan salju pada musim dingin yang merupakan sumber utama aliran sungai Tigris dan Euphrates, dan beberapa aliran anak sungai lainnya. Selain itu, ada danau Urmia di Iran dan danau Van di Turki merupakan danau terbesar di dunia yang menghasilkan air bersih ( fresh water). Dengan anugerah sumber alam yang begitu melimpah telah memberikan peluang kepada penduduk setempat melakukan aktivitas pertanian dan peternakan yang dapat menyumbangkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Selain sumber alam, wilayah Kurdistan juga dilimpahi dengan sumber mineral yang sangat penting , terutamanya mereka yang tinggal di bagian negara Irak . Wilayah Kurdistan Irak memiliki cadangan minyak keenam terbesar di dunia , ini tidak termasuk kota Kerkuk dan Mosul ( area konflik di dua daerah kekuasaan ini yang belum terselesaikan ). Cadangan gas alam juga begitu substansial, selain batu belerang, batubara, tembaga, besi, timah, dan emas.
Tepatnya, Pada 1927, sumber minyak telah ditemukan di wilayah Kurdistan Kerkuk , hasil dari penemuan ini menjadikan Kerkuk sebagai pusat industri minyak utama Irak Utara, dan telah menyumbangkan setengah ekspor minyak negara Irak secara keseluruhan.
Sebenarnya ketika Irak masih dibawah sistem kerajaan , konflik Kerkuk belum begitu nyata. Konflik bermula diawal sekitar tahun 1980-an, ketika rezim Saddam Hussein berkuasa, beliau dengan para kabinetnya di pemerintahan pusat Baghdad bercadang ingin meng-arab-kan ( arabization ) Kota ini, maka Kerkuk yang semula hanya di duduki oleh etnis Kurdi mulai berubah wajah menjadi kota yang multi etnis. Dengan program transmigrasi , Saddam Hussein mendorong bangsa Arab dari berbagai tempat di belahan negara Irak menetap di Kerkuk . Selain bangsa Arab, etnis Turkman juga mulai menetap di Kerkuk . Disinilah awal sebuah kekacauan, etnis Kurdi sebagai penduduk mayoritas merasa tergugat dengan kedatangan bangsa Arab dan suku Turkman. Karena Kerkuk berada di wilayah Kurdistan , dan wilayah ini adalah bagian dari negara Irak , maka Saddam Hussein beranggapan bahwa transmigrasi bangsa Arab ke kawasan ini adalah suatu hal yang biasa, beliau sebenarnya khawatir, kalau suatu saat etnis Kurdi yang bukan berasal dari bangsa Arab ini akan menguasai sumber minyak yang memang telah menguntungkan dan meningkatkan perekonomian negara.
Kondisi kota Kerkuk, hingga hari ini kurang aman, pengeboman sering terjadi, pembunuhan antara dua puak Arab dan Kurdi begitu intens Setelah kejatuhan Saddam Hussein, orang Arab yang sudah menetap lama di kota ini juga enggan kembali ke tempat asal mereka. Mereka menganggap bahwa Kerkuk adalah bagian dari negara Irak , selain mereka sudah memiliki pekerjaan yang mapan dan tempat tinggal.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Jika etnis minoritas ini bukan berbangsa Arab , lalu dari manakah asal usul mereka? Sekitar 8000 tahun lalu, suku bangsa Halaf sebenarnya masyarakat pertama yang telah bermukim di wilayah yang sekarang di kenali sebagai Kurdistan ini, kemudian diikuti dengan suku kaum bangsa Hurrian yang mayoritas berdomisili di kawasan Mesopotamia dan sekitar pegunungan Zagros-Taurus. Suku Hurrian terdiri dari beberapa kaum dan marga mereka berpencar menetap di kawasan ini, Kemudian diikuti dengan penaklukkan bangsa Indo- Eropa yang terdiri dari bangsa Medes dan Skit ( Scythian) ke kawasan ini, mereka telah berhasil mendirikan kerajaan mereka, membangun kota-kota kecil,serta berasimilasi dan menikahi penduduk setempat. Maka dipercayai bahwa etnis minoritas Kurdi berasal dari perpaduan antara bangsa Hurrian dan bangsa Medes.
Dari segi bahasa, etnis Kurdi memiliki empat dialek yang biasa di gunakan: Kurmanji, Sorani, Gorani, dan Zaza. Dialek Kurmanji biasanya digunakan etnis ini di Turki, Suriah, Irak, serta bagian barat dan timur laut Iran. Sedangkan dialek Sorani biasanya digunakan etnis Kurdi di bagian barat Iran dan sentral Irak Kurdistan. Dialek Gorani pula digunakan di bagian selatan Kurdistan, Kermanshah Iran, Halabjah, serta Hewraman perbatasan Iran – Irak. Sedangkan dialek Zaza yang digunakan dibagian barat laut Kurdistan.
Walaupun mereka mempunyai bahasa ibu, namun penggunaannya sangat terbatas sekali. Di Suriah contohnya, penggunaan bahasa Kurdi telah dilarang pemerintah pusat, begitu juga di Turki dan Iran penggunaannya sangat dibatasi. Namun demikian berbeda dengan keadaan di Kurdistan Irak, bahasa ini menjadi bahasa resmi bagian utara Irak wilayah Kurdistan semenjak 2003 bersamaan dengan tumbangnya Saddam Hussein. Bahasa Kurdi menggantikan bahasa Arab di setiap instansi dan sekolah di wilayah ini, penggunaannya begitu tersebar luas, sehingga menjadikan generasi baru di Kurdistan Irak tidak fasih berbahasa Arab lagi. Namun beberapa sekolah yang berbasiskan bahasa Arab masih ada di area ini, walaupun tidak begitu banyak.
Berkait dengan kepercayaan, hampir 90% etnis minoritas Kurdi beragama Islam, bermazhab Imam Syafi’i dan penganut ahli Sunnah wal Jama’ah. Sedangkan 10% mereka terdiri dari kaum Nasrani , Penganut kepercayaan Yazidi ,dan Kaaka’i.
Inilah sedikit informasi tentang etnis minoritas Kurdi, berstatus sebagai minoritas, tentunya hak mereka sebagai warga negara tidak sama dengan penduduk mayoritas . Terutamanya Etnis Kurdi di Turki dan Irak mereka begitu aktif tak henti-hentinya memperjuangkan hak-hak sebagai warga negara, baik dari segi politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Berbeda dengan saudaranya di negara lain, akhirnya, pada 1992, etnis minoritas Kurdi Irak telah mendapat kuasa otonomi, namun hanya setelah kejatuhan Saddam Hussein
pada 2003, kuasa otonomi benar-benar berfungsi secara total. Etnis minoritas Kurdi di Irak seakan akan mempunyai negara sendiri, dalam kuasa otonomi ini, mereka mempunyai bendera kebangsaan mereka sendiri, pemimpin sendiri dan kabinet kementerian sendiri, selain sejumlah partai politik yang sudah mulai marak.Semenjak kejatuhan Saddam Hussein, kawasan utara Irak wilayah Kurdistan juga membangun begitu pesat, baik dari segi ekonomi, sosial, infrastruktur maupun pendidikan, sehingga begitu banyak investor asing mulai berdatangan dan menanam modal di utara Irak wilayah Kurdistan .
Secara keseluruhan, wilayah ini juga merupakan kawasan teraman dibandingkan dengan bagian wilayah Irak lainnya , dengan alasan keamanan inilah sehingga menjadi pusat membludaknya masuknya para pekerja tenaga asing dari berbagai negara di berbagai sektor untuk mencari rejeki. Selain bangsa asing, wilayah ini sudah mulai dibanjiri dengan banyaknya kedatangan bangsa Arab dari pelosok bagian Irak lainnya untuk sekedar menetap sementara, hingga tempat asal mereka menjadi aman kembali.
Berstatus sebagai minoritas, tentunya banyak memberikan pelajaran hidup bahwa betapa pentingnya kemerdekaan dan kedaulatan. Terutamanya etnis minoritas Kurdi wilayah Irak utara, yang banyak mengalami penindasan ketika Saddam Hussein berkuasa.
Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dan kedaulatan sepenuhnya memang tidak mudah, karena wilayah mereka memiliki sumber alam yang substansial yang menyumbangkan pada kemajuan ekonomi negara Irak. Wallahu a’lam.(P03/EO2)
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)