Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Mengawali bulan suci Ramadhan ini, terjadi bentrok massal antara para pemuda Palestina berhadapan dengan pasukan pendudukan Israel di Bab Al-Amoud, jalur menuju Masjidil Aqsa, Yerusalem, Ahad malam (3/4).
Akibat bentrok fisik, sejumlah 10 warga cedera dan 10 lainnya ditangkap pasukan pendudukan.
Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan, krunya menangani 19 korban luka, dan memindahkan empat dari mereka ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Quds Press mengkonfirmasi, penangkapan itu disertai dengan serangan brutal menggunakan pentungan, peluru karet dan bom suara.
Bentrokan meletus antara jamaah yang meninggalkan Masjidil Aqsa setelah melaksanakan shalat Isya dan shalat Tarawih, menyusul provokasi pasukan pendudukan yang menyebar luas di tempat itu.
Warga Muslim Palestina seperti biasa tiba di daerah Bab Al-Amoud setiap malam di bulan Ramadhan. Sementara pendudukan mengirim ratusan polisi secara provokatif ke daerah itu, dengan tujuan mencegah orang-orang Palestina berada di sana.
Kondisi semakin memanas, ditambah dengan kehadiran Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, yang ikut memprovokasi daerah tersebut.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Nama Bab Al-Amoud
Wikipedia menyebutkan, Gerbang bab Al-Amoud adalah salah satu dari pintu masuk utama menuju Kota Tua Yerusalem, jalur menuju Masjidil Aqsa.
Gerbang ini berada di sisi barat daya kota dan di sisi jalan yang menuju ke Nablus, utara Yerusalem, Tepi Barat. Maka gerbang ini sering disebut dengan Gerbang Nablus (Nablus Gate).
Melalui gerbang ini pula terhubung dengan jalur menuju ibukota Suriah, Damaskus. Sehingga gerbang ini dijuluki juga dengan Gerbang Damaskus (Damascus Gate).
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Bab al-Amoud menjadi gerbang paling mewah di antara gerbang Yerusalem dalam hal dekorasi. Tingginya sekitar delapan meter.
Selama berabad-abad, itu adalah lorong utama untuk semua karavan komersial dan kelompok wisata menuju ke Yerusalem.
Sejarah Bab Al-Amoud
Bab al-Amoud adalah pintu kuno yang berasal dari masa pemerintahan Kaisar Romawi Hadrian pada abad kedua Masehi. Kedalaman gerbang ini mencapai delapan meter dari pintu luar.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Selama periode Tentara Salib, pintu itu terletak empat meter dari pintu yang ada.
Pada era Turki Utsmaniyah (Ottoman), enam gerbang dibuka di tembok Yerusalem. Gerbang-gerbang itu sering dinamai menurut nama kota atau daerah yang menghadapnya, termasuk Bab al-Amud, Bab al-Nabi Dawood, dan Bab al-Rahma.
Konstruksi Bab al-Amoud saat ini berasal dari periode Ottoman antara 1537-1539.
Pintunya ditutupi oleh lubang penjaga kecil dan mahkota yang hancur akibat gempa bumi yang melanda Yerusalem pada tahun 1927.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Selama berabad-abad, Bab al-Amoud adalah koridor utama untuk semua karavan komersial dan kelompok wisata yang biasa mengunjungi Yerusalem. Ini karena daerahnya yang luas, dekat dengan pasar, dan jalan beraspal yang mengarah ke dalam tembok Yerusalem.
Dari kawasan ini pengunjung dapat melewati jalan utama menuju pasar dan cabang perempatan Islam dan Kristen, yaitu Jalan Bab al-Zayt dan Jalan Al-Wad.
Serangan Pendudukan
Bab al-Amoud sudah lama menjadi saksi serangan pendudukan Israel, yang bertujuan untuk membuat perubahan demografis sewenang-wenang di wilayah tersebut.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Dengan pecahnya intifada kedua pada tahun 2000, upaya mulai mengurangi jumlah pejalan kaki melalui Bab al-Amoud. Puncaknya dengan diluncurkannya aksi perlawanan rakyat pada awal Oktober 2015, ketika Bab al-Amoud dan sekitarnya mulai berubah menjadi zona militer secara bertahap.
Sejak dimulainya perlawanan rakyat, 64 syuhada dari kegubernuran Yerusalem telah gugur. Sejumlah 15 di antaranya gugur di daerah Bab Al-Amoud. Termasuk tiga pemuda dari desa Deir Abu Mishaal di gubernur Ramallah, yang sempat melakukan penusukan dan penembakan pada Jumat ketiga Ramadhan 2017.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Gilad Erdan mengatakan pada konferensi tahunan Herzliya pada Juni 2017 bahwa pihaknya telah menerima 32 serangan oleh warga Palestina di daerah Bab al-Amud dalam dua tahun terakhir. Menurut sumber Al Jazeera.
Pada konferensi tersebut, Menteri Erdan mengumumkan keputusan baru mengenai Bab al-Amoud, yaitu memasang kamera pengintai di dalam Bab al-Amoud dan daerah yang berdekatan dengannya. Dia juga meningkatkan jumlah pasukan khusus, polisi dan unit kavaleri, serta mengerahkan anggota intelejen Shin Bet dengan pakaian sipil.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dia dengan arogannya juga mengumumkan bahwa di antara langkah-langkah yang akan diambil, adalah penutupan Bab al-Amoud secara tiba-tiba dan semua toko yang dekat dengannya.
Eskalasi Berbahaya
Kondisi memanas di kawasan Bab al-Amoud mendorong Gerakan Perlawanan Islam Hamas memperingatkan, serangan dan penyerbuan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid ke daerah itu adalah eskalasi berbahaya.
Gerakan itu memperingatkan, akibat dari tindakan itu, pendudukan akan menerima konsekwensinya.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Dalam pernyataan yang diterima Quds Press, Ahad malam (3/4/2022), juru bicara Hamas di Yerusalem, Muhammad Hamadeh, mengecam “eskalasi dan penembakan peluru oleh tentara pendudukan terhadap orang-orang Palestina di Yerusalem.”
Hal tersebut menunjukkan bukti nyata dari desakan pendudukan untuk menerapkan rencananya di Yerusalem dan Masjidil Aqsa, bunyi pernyataan.
Gerakan Perlawanan Islam Hamas yang berbasis di Jalur Gaza, dengan beberapa cabangnya, termasuk di Yerusalem, telah menetapkan, Masjidil Aqsa merupakan garis merah yang tidak boleh tersentuh oleh pendudukan Israel.
Mengingat Gerbang Bab al-Amoud merupakan jalur utama menuju Masjidil Aqsa, maka garis merah itu akan segera menyala, dalam bentuk aksi-aksi perlawanan para pemuda Palestina lebih intensif lagi. Dan kalau garis merah sudah dinayalakan, maka pasukan pendudukan akan menerima akibatnya yang mengenaskan. (A/RS2/P2)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Mi’raj News Agency (MINA)