Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indahnya Proses Taaruf Menuju Pernikahan

Widi Kusnadi - Jumat, 18 September 2020 - 23:54 WIB

Jumat, 18 September 2020 - 23:54 WIB

20 Views

Taaruf kini semakin diminati dan menjadi tren di kalangan para artis dan selebgram. Fenomena ini pun menjadikan generasi milenial dan generasi Z menjadikan taaruf sebagai suatu cara yang halal untuk ke jenjang pernikahan.

Terlebih lagi ketika seseorang yang sedang dalam masa hijrah atau memperbaiki diri, hal itu akan menjadi landasan ketika sudah ada niat untuk menyempurnakan separuh agama dan memahami proses taaruf yang baik dalam Islam.

Tetapi mengapa kita harus taaruf? Saat ini banyak orang beranggapan untuk mengenal seseorang lebih dekat itu harus tahu setiap aktifitas dengan sering bertemu dan bersama layaknya seperti pacaran. Merupakan salah satu jalan untuk saling mengenal satu sama lain, namun cara ini belum halal dan tidak seperti yang dicontohkan dalam islam.

Taaruf juga bisa diartikan sebagai perkenalan diri dengan baik, intinya seperti interaksi atau komunikasi antara dua orang atau lebih dengan maksud atau tujuan tertentu. Dalam hal ini petemanan, persaudaraan dan pernikahan pun termasuk dari arti taaruf yang lebih luas.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Sebagai landasan, hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari dalam masa taaruf banyak penjelasan dari berbagai sumber. Salah satunya situs umroh.com menjelaskan pengertian taaruf dalam Al-Qur’an surat Al-Hujrat ayat 13, Allah berfirman yang artinya “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (Li-ta’arofu).”

Proses Taaruf Lebih Indah

Berbagai penjelasan mengenai proses taaruf yang baik menurut Islam. Salah satunya Media Deerham menjelaskan bahwa proses tersebut ada beberapa tahapan yakni:

Pertama lebih fair, saat melangkah untuk melakukan proses taaruf ini kita sudah memiliki niat dan mengutarakan niat tersebut kepada kedua orang tua. Kedua belah pihak saling bertukar informasi atau biodata mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing, tanpa ada yang harus ditutup-tutupi serta pihak keluargapun saling mengetahui akan hal tersebut.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Serta diperbolehkan untuk melihat calon pasangan secara langsung dan sangat disarankan oleh Rasulullah sebelum memutuskan untuk menikah. Rasulullah bersabda “Lihatlah wanita itu agar cinta kalian lebih langgeng.

Pesan ini disampaikan Rasulullah kepada seorang pria yang berniat menikahi wanita Anshar, namun belum melihat wanita itu secara langsung. Dari riwayat Imaam Tirmidzi ini, kita bisa melihat bahwa porses melihat calon mempelai menjadi tahapan penting agar cinta didalam pernikahan terpelihara.

Kedua lebih efektif, tidak perlu jalan-jalan layaknya orang yang berpacaran, Rasulullah melarang untuk berduaan antara pria dan wanita yang bukan muhrimnya, Rasulullah bersabda. “Tidak boleh antara pria dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh berpergian kecuali ditemani oleh muhramnya” (HR. Muslim).

Kita harus memperhatikan batasan-batasan seperti yang diperintahkan Rasulullah agar tidak ada yang merasa dirugikan ataupun menyakiti hati keduanya.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Ketiga proses menuju pernikahan bisa lebih cepat, ketika pertemuan kedua keluarga saling setuju serta yakin untuk melanjutkan hubungan dan menyatukan dua keluarga untuk menjadi satu keluarga besar, dengan usaha yang telah dilaksanakan untuk meyakinkan hati dan memantapkan jiwa rohani dengan istiharah dan doa.

Selanjutnya ke jenjang hitbah dan akad atau walimah, namun saat merasa tidak cocok maka tidak ada kata putus melainkan berhenti  pada proses taaruf saja.

Keempat adalah perintah Allah, perintah inilah yang perlu dipahami supaya kita terhindar dari perbuatan zina, Allah berfirman dalam QS. Al Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati (zina), itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.”

Kisah Teladan Ali Bin Abi Thalib

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Inilah contoh kisah perjuangan cinta yang begitu romantis atas keridhoan Allah, Fimela mengisahkan. Cinta antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra. Berlandaskan pada ketaatan dan keyakinan hanya pada Allah semata meski keduanya saling mencintai satu sama lain dari jauh hari sebelum keduanya menikah.

Berawal dari cinta dalam diam, berusaha menjaga sikap, ekspresi, dan benar-benar dirahasiakan hingga konon jin dan syetanpun tak ada yang tau. Perjuangan Ali yang beberapa kali harus merasakan bahwa perempuan pujaan hatinya telah dilamar lelaki lain yang lebih mapan, berpengaruh dan lebih mulia dihadapan Allah dan Rasullnya.

Setelah ketegangan dan perjuangan yang telah Ali lewati, akhirnya Ali mendapatkan pujaan hati perempuan yakni Fatimah Az Zahra seorang puteri kesayangan Rasullah. Dan Ali Bin Abi Thalib kini telah resmi menjadi menantu Rasullah Shalallahu Alaihi Wassalam.

Perjuangan Ali akhirnya di ufuk kebahagiaan, buah dari ketaatan dan kesabarannya yang tak henti berdoa dalam setiap sujudnya, sehingga mereka bisa saling mencurahkan cinta dalam ikatan yang halal yakni ikatan pernikahan.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Jika sudah memiliki calon yang diinginkan, bersabarlah kamu tak perlu menampakannya. Cukup saja sebut namanya di atas sejadah di saat sepertiga malammu. Namun jangan berkecil hati ketika apa yang telah kamu perjuangankan tidak jadi milikmu, karena Allah tahu jodoh yang terbaik untukmu. (A/SH/R1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Rekomendasi untuk Anda

Feature