Mengenal Nabi Ismail dan Sejarah Lahirnya Syariat Kurban

Khalid, seorang anak di Ponpes Al-Fatah, Cileungsi sedang bermain bersama dombanya yang akan dikurbankan pada Idul Adha tahun 1445 H ini.(Foto: Alya MINA)

Oleh: Widi Kusnadi, Wartawan Kantor Berita MINA

Nabi Ismail merupakan putra pertama dari Nabi Ibrahim Alaihi Salam dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Ia lahir di wilayah Kana’an (sekarang Palestina). Nabi Ismail Alaihi Salam hidup pada sekitar 1911-1779 SM (Sebelum Masehi).

Kelahiran Nabi Ismail Alaihi Salam ini merupakan jawaban dari doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim Alaihi Salam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam bahasa Ibrani, kata Ismail berasal dari dua suku kata, Isma berarti mendengar dan El berarti Allah. Jadi Ismail, berarti dengarkan (doa kami wahai) Allah.

Kelahiran Nabi Ismail menjadi tonggak sejarah peradaban umat Islam di Mekkah yang semula tidak berpenghuni, menjadi tempat yang paling dirindukan. Dari keturunan Nabi Ismail Alaihi Salam itulah yang nantinya akan lahir Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.

Lahirnya Syariat Kurban

Dalam Al-Qur’an, perintah untuk berkurban ini telah difirmankan dalam surah Al-Kautsar:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ[١] فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ [٢] اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ [٣] (الكوثر [١٠٨]: ١ــ٣)

“Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. [1] Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah![2] Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).[3]. “ (QS Al-Kautsar (108) : 1-3).

Baca Juga:  KH Abdul Halim, Ulama Pejuang dan Pendidik Asal Majalengka

Idul Adha atau juga biasa disebut Idul Kurban memiliki sejarah berkaitan dengan Nabi Ibrahim yang diperintahkan menyembelih putranya, Ismail Alaihima Salam.

Awal mula syariat kurban berawal dari Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih puteranya, Nabi Ismail Alaihima Salam.

Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala. maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan.

Nabi Ibrahim Alaihi Salam akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail. Beliau berkata: “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat: 102)

Baca Juga:  KH Abdul Halim, Ulama Pejuang dan Pendidik Asal Majalengka

Nabi Ismail Alaihi Salam kemudian meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah Ta’ala perintahkan. Beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalankan perintah itu.

Atas keikhlasan dan ketaatan Nabi Ismail Alaihi Salam itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala memujinya di dalam Al-Qur’an:

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam (19) : 54)

Kemudian, pada hari yang telah ditentukan, Nabi Ibrahim Alaihi Salam membaringkan puteranya itu dan bersiap melakukan penyembelihan. Saat Nabi Ibrahim Alaihi Salam hendak mengayunkan parang, Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu menggantikan tubuh Nabi Ismail Alaihi Salam dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari surga, yang berwarna putih, bermata bagus, bertanduk sempurna.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan Nabi Ismail Alaihi Salam itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim, sampai sejauh mana cinta dan ketaatan mereka kepada-Nya.

Baca Juga:  KH Abdul Halim, Ulama Pejuang dan Pendidik Asal Majalengka

Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim Alaihi Salam telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula dengan Nabi Ismail Alaihi Salam tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan kepada orang tuanya.

Dari kisah itulah, umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam disyariatkan melaksanakan ibadah kurban, sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana yang dilakukan oleh kedua nabi mulia, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Alaihima Salam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Selama manusia berusaha mencari solusi, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bantu hamba-Nya untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan dan krisis yang menimpanya.[]

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Rana Setiawan