Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Sosok Hemedti Komandan RSF dan Sudan yang Terbelah

Redaksi Editor : Arif R - 34 detik yang lalu

34 detik yang lalu

0 Views

Mohamed Hamdan 'Hemedti' Dagalo (FOTO: Anadolu Agency)

BELAKANGAN nama Mohamed Hamdan Dagalo, yang biasa disebut “Hemedti” banyak disebut-sebut dalam kaitan pembantaian di Darfur oleh pasukan RSF. Kelompok ini dinilai bertanggungjawab secara signifikan atas pelanggaran berat di Darfur dan wilayah lain Sudan, termasuk kemungkinan adannya genosida.

Serangan RSF pada 29 Oktober 2025 di Kota Al-Fasher, Darfour, disebut sebagai salah satu tragedi paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan 1.500 warga sipil tewas hanya dalam tiga hari. Rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum dilaporkan hancur, menjadikan wilayah itu nyaris tidak layak huni.

Hemedti lahir sekitar tahun 1974–75 dalam suku Arab penggembala daerah Darfur (suku Rizeigat, cabang Mahariya). Pendidikan formalnya rendah, mengutip sejumlah sumber dilaporkan hanya sampai kelas tiga dasar, dan sebelum terjun ke arena militer atau keamanan ia bekerja sebagai pedagang unta dan penggembala.

Konflik di Darfur pada 2000-an memunculkan milisi Arab nomaden yang dikenal sebagai Janjaweed, yang digunakan oleh rezim Omar al‑Bashir untuk melawan pemberontak.

Baca Juga: Hassan al-Turabi Pemikir Kontroversial dari Sudan

Hemedti kemudian menjadi salah satu tokoh milisi Janjaweed, ini menjadi fondasi awalnya sebagai aktor militer. Pada 2013, milisi Janjaweed secara resmi dibentuk ulang menjadi RSF sebagai pasukan paramiliter oleh pemerintah Sudan.

Komandan RSF

RSF aktif tidak hanya di Darfur tetapi juga di wilayah konflik lainnya dan bahkan dalam operasi militer luar negeri seperti di Yaman bersama koalisi Arab.

Setelah jatuhnya al-Bashir pada 2019, Hemedti muncul sebagai pemain utama politik: menjadi wakil kepala Dewan Militer Transisi (TMC) Sudan.

Baca Juga: Sunan Drajat: Dakwah Kasih Sayang yang Menyentuh Hati

Ia juga melebarkan pengaruh ekonomi lewat perusahaan miliknya dan kerabat (misalnya eksploitasi tambang emas, logistik, bisnis transportasi) menjadikannya salah satu orang terkaya dan paling berpengaruh di Sudan.

Kenapa Berseberangan dengan Pemerintah Sudan?

Beberapa sumber menyebutkan, meski RSF awalnya bagian dari struktur keamanan negara, seiring waktu RSF dan SAF berkembang sebagai dua pusat kekuasaan paralel. RSF di bawah Hemedti memiliki agenda dan mobilitas yang lebih mandiri.

Hemedti ingin RSF tidak sekadar menjadi pasukan paramiliter yang diintegrasikan ke SAF, melainkan memiliki posisi otonom dan pengaruh politik yang besar.

Baca Juga: Tiga Ulama, Satu Napas Keilmuan Pesantren Lirboyo

Bentuk kesepakatan transisi setelah al-Bashir agak tidak memuaskan bagi RSF/Hemedti – ia merasa bahwa SAF dan militer tradisional masih mendominasi dan menghambat “transisi” yang ia inginkan.

Konflik terbuka meletus April 2023 antara RSF dan SAF dengan pemicu utama perselisihan tentang integrasi RSF ke SAF, serta siapa yang memegang kekuasaan di Sudan selanjutnya.

RSF yang dipimpin Hemedti punya jaringan ekonomi kuat, termasuk tambang emas dan bisnis logistik, serta dukungan luar negeri, diantaranya negara Teluk seperti Uni Emirat Arab, yang ikut mendukung RSF.

Hemedti dinilai sebagai “aktor perubahan” oleh beberapa kekuatan regional yang berharap ia akan menjadi pemimpin masa depan Sudan yang baru, ini membuat SAF dan militer tradisional merasa terancam.

Baca Juga: Sunan Bonang, Sang Penuntun Jiwa yang Mengharmonikan Cahaya Islam dan Budaya Nusantara

Dengan akumulasi kepentingan militer, politik, dan ekonomi yang berbeda, RSF dan SAF kini bersaing secara terbuka, bukan hanya secara militer tetapi juga untuk legitimasi politik dan pemerintahan.

Hemedti dan RSF telah mendirikan struktur pemerintahan paralel di beberapa wilayah, yang membuat pemerintah pusat merasa kehilangan kendali dan menolak legitimasi RSF sebagai kekuatan alternatif.

RSF di bawah Hemedti telah dituduh melakukan pelanggaran HAM berat, termasuk pembunuhan massal, pemindahan paksa warga, serta penggunaan kekerasan etnis di Darfur.

AS dan beberapa negara telah menjatuhkan sanksi kepada Hemedti dan entitas yang terkait karena “destabilisasi Sudan” dan pelanggaran HAM.

Baca Juga: Prof. Omar Yaghi, Seorang Pengungsi Palestina yang Menangkan Hadiah Nobel Bidang Kimia

Hemedti adalah figur kompleks: dari penggembala unta di Darfur menjadi komandan militer, pengusaha besar, dan pemain politik besar di Sudan. Ia berseberangan dengan pemerintah karena akumulasi kekuatan yang ia bangun, militer, ekonomi, politik, bersinggungan dengan dominasi tradisional militer Sudan (SAF) dan struktur kekuasaan lama.

Konflik antara RSF dan SAF lebih dari sekadar perebutan kekuasaan, kondisi tersebut mencerminkan persaingan untuk menentukan arah masa depan Sudan, apakah melalui militer tradisional, atau melalui kekuatan baru seperti RSF yang dipimpin Hemedti. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Sunan Ampel, Pelita Peradaban Islam di Tanah Jawa

Rekomendasi untuk Anda