Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA
Virus corona, nama lengkapnya Coronavirus Disease-2019 atau disingkat COVID-19. Dikenal juga sebagai wabah nCov (Novel CoronaVirus).
Wabah ini pertama kali dilaporkan muncul dari kota Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, Cina, pada 31 Desember 2019. Maka, virus ini disebut juga dengan Virus Wuhan.
Nama corona berasal dari bahasa Latin yang artinya mahkota. Ini mengacu pada tampilan partikel virus ini yang memiliki pinggiran seperti mahkota atau matahari (disebut juga corona matahari).
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Virus corona sebenarnya sudah ditemukan pada tahun 1960-an. Virus ini awalnya ditemukan pada ayam, bernama virus bronkitis infeksius. Kemudian menular ke manusia, yang awalnya dianggap sebagai flu biasa.
Sejak saat itu, virus jenis ini mewabah, yang kemudian dikenal dengan nama SARS-Cov (Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus) tahun 2003, MERS-CoV (Middle East Respiratory Sindrome) tahun 2012, dan sekarang SARS-CoV-2 tahun 2019 atau COVID-19, atau disingkat corona. (Sumber Wikipedia)
Awal Muncul
Virus SARS pertama kali muncul di Provinsi Guandong, Cina. Sejumlah 8.069 tersasar virus ini, dengan 775 di antaranya meninggal.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Sementara virus MERS diduga awalnya berasal dari unta yang hidup di negara-negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Yordania, dan Yaman. Sehingga disebut juga Virus Corona Timur Tengah. Tidak disebutkan berapa jumlah korban akibat virus ini.
Adapun virus corona tahun 2019 inilah yang kemudian dikenal dengan virus corona, sebenarnya masih satu keluarga dengan SARS dan MERS yang termasuk keluarga corona juga.
Virus corona yang saat ini mewabah pada akhir Desember 2019, diantisipasi pada bulan berikutnya Januari 2020. Yaitu ketika otoritas Tiongkok mengisolasi kota Wuhan dengan tujuan memperlambat penyebaran virus mematikan tersebut.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, hingga saat ini telah terdeteksi di 76 negara, dengan korban 3.162 meninggal, 92.860 terinfeksi dan 48.252 bisa disembuhkan.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Negara terbanyak terjangkiti adalah Cina mencapai 95% (80.152 terjangkiti, 2.945 meninggal). Negara berikutnya yang termasuk ke dalam 10 besar terjangkiti korona adalah : Korea Selatan, Italia, Iran, Jepang, Perancis, Jerman, Spanyol, AS dan Singapura.
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menyatakan wabah tersebut sebagai “darurat kesehatan masyarakat dari ikon perhatian internasional” (PHEIC).
Laporan CNN menyebutkan, dampak dari mewabahnya virus mematikan itu, hampir setengah dari populasi penduduk Cina, sekitar 780 juta orang, saat ini hidup di bawah berbagai bentuk pembatasan perjalanan oleh otoritas pemerintah, untuk menahan penyebarannya.
Beberapa negara juga menerapkan larangan masuk dan keluar orang dari dan ke negeri tirai bambu itu. Bahkan Arab Saudi dengan ketat dan segera melarang seluruh penerbangan umrah dari luar Kerajaan ke tanah suci untuk waktu yang tidak ditentukan. Termasuk melarang warganya melalukan ibadah massal umrah.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Menurut WHO, wabah virus corona walaupun mendunia, tapi masih tergolong epidemi, belum sampai pada endemi.
Wabah epidemi (dari bahasa Yunani, epi = pada, demos = rakyat) yaitu wabah baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu “berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.” (Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984).
Contoh wabah epidemi adalah virus corona SARS pada tahun 2003, dan ebola yang berada di daerah sub-Sahara Afrika.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Adapun pandemi, berarti wabah itu sudah mendunia dan merenggut nyawa manusia dalam jumlah massal ke seluruh dunia. Tercatat ada beberapa penyakit pandemi yang paling mematikan sepanjang sejarah, di antaranya cacar, campak, tipus, flu spanyol, black death, HIV/AIDS.
Wabah Hitam (black death) misalnya, menjadi pandemi karena merenggut korban sekitar 25 juta jiwa atau lebih dari sepertiga populasi Eropa pada tahun 1347 hingga 1351.
Juga wabah HIV/AIDS yang diidentifikasi pada tahun 1981. AIDS menghancurkan sistem kekebalan tubuh seseorang, yang telah merenggut 35 juta orang di seluruh dunia. Sementara obatnya belum ditemukan hingga kini.
Para ilmuwan dan pakar penyakit menilai bahwa status wabah corona (Covid-19) dapat berpotensi naik dari epidemi menjadi pandemi jika terus menjalar dan membunuh jutaan orang.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Sumber Virus Corona
Dari manakah sumber virus corona tersebut? Sehingga kita bisa lebih berhati-hati mengantisipasinya.;
Menurut WHO, virus corona termasuk zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Investigasi sebelumnya menemukan bahwa virus corona SARS-CoV ditularkan dari musang (civet cats) ke manusia, sedangkan virus corona MERS-CoV ditularkan dari unta gurun Arab (dromedary camel) ke manusia.
Adapun corona yang saat ini mewabah, menurut Nature Research, jurnal sains mingguan internasional terkemuka yang pertama kali terbit tahun 1869, masih terus diteliti secara intensif oleh para ilmuwan.
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Ilmuwan Cina di antaranya mengatakan, berdasarkan analisis genetik, hewan trenggiling bersisik, pemakan semut adalah penyebab utama virus corona. Trenggiling sangat dicari di Cina untuk dikonsumsi daging dan sisiknya, termasuk untuk pengobatan tradisional.
Meskipun penjualan hewan tersebut dilarang di Tiongkok, sebagai bagian dari larangan di seluruh dunia, mereka masih diselundupkan dari segelintir negara di Asia Tenggara dan Afrika. Para peneliti mengatakan mereka telah menemukan coronavirus dalam trenggiling yang diselundupkan dengan kecocokan genetik 99% dengan virus yang beredar pada manusia.
Puluhan orang yang terinfeksi pada awal wabah saat ini bekerja di pasar hewan hidup di kota Wuhan. Namun tes sampel coronavirus yang ditemukan di pasar belum mengidentifikasi sumber.
Sebuah penelitian lain menemukan bahwa coronavirus kelelawar berbagi 96% dari materi genetiknya dengan virus yang menyebabkan COVID-19. Namun coronavirus kelelawar ini tidak secara langsung menginfeksi orang, tetapi bisa menularkannya melalui perantara hewan lainnya.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Ini akan sangat tergantung dari sel manusia yang dihinggapinya. Virus menggunakan protein lonjakan untuk menempel di permukaan jalan nafas manusia, menghadirkan sasaran yang mudah bagi virus yang ada di udara.
Lainnya, meskipun tidak perlu dikhawatirkan, ada virus lain (influenza) yang gejalanya hampir sama, biasanya muncul dari tempat penampungan hewan. Hampir semua virus influenza yang diketahui berasal dari unggas air seperti bebek, angsa, dara laut, burung camar dan spesies terkait.
Khusus virus corona, menurut catatan media berbasis di Singapura, Business Insider tanggal 26 Februari 2020, kemungkinan besr berawal dari Pasar Tradisional Binatang Liar dan Laut di Pasar Huanan, Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, Cina.
Pasar ini kemudian ditutup per 1 Januari 2020. Selanjutnya, pada 24 Februari, Badan Legislatif Top China melarang pembelian, penjualan, dan makan satwa liar. Pemerintah Cina juga mengumumkan larangan nasional sementara pada pembelian, penjualan, dan transportasi hewan liar di pasar, restoran, dan pasar online di seluruh negeri.
Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah
Di pasar basah berkumpul berbagai jenis binatang liar, seperti: ular, trenggiling, burung, babi, anjing, musang, hingga kelelawar. Di samping hewan konsumsi lainnya seperti unggas, ayam, udang dan ikan laut.
Wabah SARS tahun 2003 memiliki kesamaan, keduanya berasal dari keluarga virus coronav, dan keduanya kemungkinan besar bermula di pasar hewan basah.
“Pasar hewan hidup yang buruk, dicampur dengan perdagangan satwa liar ilegal menawarkan peluang unik bagi virus untuk menyebar dari inang satwa liar ke populasi manusia,” kata Wildlife Conservation Society.
Dalam kasus SARS dan COVID-19, kelelawar adalah inang aslinya. Kelelawar kemudian menginfeksi hewan lain, yang menularkan penyakit ke manusia.
Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan
Upaya Pencegahan
Dr. Bruce Aylward, Penasihat Senior WHO, pada konferensi pers di Jenewa pada 25 Februari 2020, seperti dilaporkan National Public Radio (NPR) mengatakan, pendorong utama menyebarnya virus corona bermula dari infeksi tingkat rumah tangga. Yaitu melalui orang-orang yang menghabiskan waktu di dalam ruangan bersama orang lain yang terinfeksi penyakit itu.
Cara penularan utama adalah melalui pernapasan yang dapat diproduksi dengan berbicara dan batuk. Percikan yang mengandung virus itu kemudian bisa masuk ke mulut, hidung orang lain di dekatnya.
Penyebaran lainnya bisa melalui berjabat tangan atau mencium seseorang yang terinfeksi, atau melalui transmisi kontak tidak langsung. Yaitu melalui permukaan yang terkontaminasi, seperti telepon seluler, gagang pintu atau pegangan tangan lainnya.
Virus corona ini dapat bertahan hidup di permukaan mulai beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung pada lingkungan pendukungnya.
WHO mengatakan bahwa langkah-langkah menjauhkan kerumunan sosial, dikhawatirkan ada orang yang terinfeksi, juga telah membantu memperlambat penyebaran penyakit di tengah orang banyak.
Beberapa negara sekarang menerapkan karantina selama sekitar 14 hari bagi warga yang baru pulang dari negeri terwabah virus. Juga mengisolasi pasien terjangkit virus di rumah sakit tertentu selama penyembuhannya.
Adapun di lingkungan keluarga, ada beberapa tips sederhana untuk mencegah atau menghentikan penyebaran coronavirus atau virus lain di rumah jika seseorang sakit, di antaranya :
- Usahakan tidak berinteraksi secara langsung dengan pasien yang positif terjangkiti virus corona, untuk menghindari percikan yang dapat mengandung virus menyebar.
- Jaga sirkulasi udara dengan membuka jendela.
- Menjaga kelembaban udara, sebab kelembaban tingkat menengah menyebabkan beberapa virus membusuk lebih cepat.
- Bersihkan permukaan meja, kursi, handphone dan lainnya dengan disinfektan rumah tangga, seperti pembersih beralkohol, yang dapat membunuh virus di permukaan benda yang sering kita sentuh.
- Tidak berbagi cangkir dan peralatan makan, apalagi berbagi sikat gigi.
- Tidak berbagi apa pun yang bersentuhan langsung dengan mulut atau hidung.
- Tentu saja, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun ketika akan makan, atau setelah menyentuh benda-benda yang banyak dipegang publik, seperti setelah dari bus way, kereta, mall, dsb.
- Senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, rumah dan lingkungan sekitar dari sampah dan berbagai kotoran yang memungkinkan munculnya virus.
- Bagi keluarga pemelihara hewan, maka perlu berkomitmen untuk merawatnya dengan baik, termasuk rutin pemeriksaan dan pemberian vaksin. Karena menurut Depkes RI, ditakutkan ada beberapa kuman, bakteri, atau virus yang sebenarnya normal pada hewan tersebut, tapi bisa menyebabkan sakit jika pindah ke manusia. Juga jika setelah memegang kucing misalnya, maka setelah itu itu cuci tangan pakai sabun.
- Agar tetap waspada, tidak menganggap sepele terhadap virus corona, tapi juga tidak terlalu panik, tetap tenang.
- Menjaga pola hidup sehat, makan halal dan thayyib, pola istirahat sehat, dan rutin berolahraga.
Bagi umat Muslim, tentu sudah terbiasa dengan wudhu minimal lima kali sehari, ketika akan shalat fardhu, semakin menjaga kebersihan diri. Terlebih jika selalu membiasakan diri selalu dalam keadaan berwudhu, akan jauh lebih baik lagi. Ini sebenarnya sudah otomatis langkah preventif bernilai ibadah.
Anjuran Nabi, jika tidak memberatkan, agar selalu bersiwak (bersikat gigi) sebelum shalat, berarti minimal lima kali sehari-semalam, jika dilaksanakan, tentu akan semakin bersih kita.
Mengonsumsi makanan dan minuman yang halal lagi baik, mengucapkan Basmallah ketika akan makan, dan Hamdalah seusai makan, tentu semakin memperkokoh jiwa untuk tetap sehat. Juga tidak mengonsumsi darah, minuman keras, rokok, dan sejenisnya. Termasuk mengonsumsi binatang yang disembelih tanpa asma Allah, binatang yang diharamkan, seperti : babi, anjing, bangkai, hewan buas bertaring, burung bercakar tajam, tikus, kalajengking, ular, katak dan sejenisnya.
Prinsip “Kebersihan sebagian dari iman” (HR At-Tirmidzi) yang sudah sangat masyhur di kalangan umat Islam, juga harus menjadi pedoman kebersihan bagi setiap Muslim.
Bahkan di dalam Al-Quran jauh lebih dalam lagi, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS Al-Baqarah : 222).
Semoga Allah menjaga kita, lingkungan kita, bangsa kita dan masyarakat dunia dari wabah yang mematikan. Semoga juga kita mendapatkan hikmah dari semua musibah ini. Aamin. (A/RS2/P1).
Mi’raj News Agency (MINA)