Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenali Tanda-tanda Gangguan Mental pada Anak dan Remaja

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DI TENGAH derasnya arus teknologi dan perubahan sosial, kesehatan mental anak dan remaja menjadi isu yang semakin mendesak untuk diperhatikan. Banyak orang tua dan guru masih menganggap perubahan perilaku sebagai hal biasa dalam masa tumbuh kembang. Padahal, bisa jadi itu adalah gejala awal gangguan mental yang tak boleh diabaikan.

Gangguan mental pada anak dan remaja seringkali tidak tampak jelas. Mereka mungkin tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan, atau bahkan tidak sadar bahwa ada yang salah. Inilah mengapa orang dewasa di sekitar mereka harus lebih peka terhadap perubahan-perubahan kecil dalam keseharian anak.

Beberapa tanda umum gangguan mental antara lain adalah perubahan suasana hati yang drastis, menarik diri dari lingkungan sosial, kesulitan berkonsentrasi, serta gangguan pola makan dan tidur. Jika anak yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi pendiam, mudah marah, atau mengeluh sering sakit tanpa sebab medis yang jelas, ini patut dicermati.

Kecemasan dan depresi menjadi dua gangguan yang paling umum terjadi. Anak yang mengalami kecemasan bisa tampak gelisah, sering ketakutan, dan menolak pergi ke sekolah. Sementara anak yang mengalami depresi bisa tampak lesu, kehilangan minat bermain, dan mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya sendiri.

Baca Juga: Pergaulan Sehat, Hidup Nyaman

Tekanan akademik, konflik dalam keluarga, pengalaman bullying, hingga paparan media sosial tanpa pengawasan bisa menjadi pemicu utama gangguan mental. Bahkan, anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tampak “baik-baik saja” pun tidak luput dari risiko ini jika tidak merasa aman secara emosional.

Tak jarang, gangguan mental juga dipicu oleh faktor biologis dan genetik. Jika ada riwayat gangguan mental dalam keluarga, risiko anak untuk mengalaminya bisa meningkat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tidak hanya fokus pada nilai sekolah, tapi juga kondisi emosional dan mental anak.

Peran sekolah juga sangat penting. Guru yang mengenal anak sehari-hari bisa menjadi pihak pertama yang menyadari perubahan perilaku. Sekolah harus punya kebijakan ramah anak dan ruang aman untuk konseling, agar siswa bisa berbicara tanpa takut dihakimi.

Jika ditemukan gejala yang mengarah pada gangguan mental, segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater anak. Jangan tunggu sampai kondisi memburuk. Deteksi dini dan penanganan tepat bisa mencegah dampak jangka panjang yang serius.

Baca Juga: Teman Sehat, Mental Kuat, Merajut Pergaulan yang Membahagiakan Jiwa

Sayangnya, masih banyak stigma terhadap gangguan mental. Anak yang mengalami gangguan sering dianggap “nakal”, “lemah”, atau “kurang bersyukur”. Ini justru membuat mereka semakin tertekan. Sudah saatnya masyarakat lebih terbuka dan menerima bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Sebagai orang tua atau pendidik, penting untuk menciptakan ruang dialog yang hangat. Dengarkan anak tanpa menghakimi. Tunjukkan bahwa mereka dicintai dan dihargai apa pun kondisinya. Dukungan emosional dari lingkungan terdekat sangat membantu proses pemulihan mereka.

Gangguan mental bukan akhir dari segalanya. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan penuh dari orang-orang terdekat, anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan mental tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan berprestasi.[]

Mi’raj News Ageny (MINA)

Baca Juga: Rahasia Kesehatan Menurut Thibbun Nabawi, Panduan Hidup Sehat Ala Nabi

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Kolom
MINA Health
MINA Health
MINA Health