Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenang 29 Tahun Kesyahidan Yahya Ayyash, Insinyur Pejuang Pemberani

Ali Farkhan Tsani Editor : Arif R - 3 menit yang lalu

3 menit yang lalu

4 Views

Yahya Ayyash

SOSOK Yahya Abdel Latif Ayyash (6 Maret 1966-5 Januari 1996), selalu hadir dalam ingatan rakyat Palestina.

Dalam kurun waktu 29 tahun kesyahidannya, selalu membangkitkan harapan, seolah-olah dia masih memegang senjata.

Melalui tindakan dan pengaruhnya, serta keberaniannya dalam melawan penjajah, garis hidupnya yang singkat, hanya 30 tahun, tapi penuh dengan epik dan heroik, yang menjadi sumber ketakutan pasukan zionis Israel.

Ya, dialah “insinyur jenius pemberani” yang menjadi orang nomor satu paling dicari intelejen Israel.

Baca Juga: Syeikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Kunci Sanad Ulama Nusantara

Hafidz Quran Sejak Kecil

Yahya Abdel Latif Ayyash (6 Maret 1966 – 5 Januari 1996), lahir di kota Rafat, sebelah barat Salfit, utara Yerusalem.

Ayyash muda telah hafidz Al-Quran sejak kecil. Setelah beranjak remaja ia sudah unggul dalam rekayasa pembuatan bahan peledak, dan mampu melatih puluhan pejuang perlawanan.

Ia lahir pada tanggal 6 Maret 1966 di kota Rafat, sebelah barat Salfit, utara Yerusalem.

Baca Juga: Teungku Chik di Awe Geutah, Jejak Sumur Penawar dan Zamzam dari Tanah Arab

Ia menerima pendidikan dasar di sekolah Salfit. Kemudian ia pindah ke sekolah di dekat kota Al-Zawiya dan belajar sekolah menengah. Ia memperoleh diploma sekolah menengah dengan nilai bagus di Sekolah Bedia.

Karena nilai-nilainya yang sangat baik di sekolah menengah, ia memenuhi syarat untuk belajar teknik. Kemudian ia memasuki Teknik Elektro Universitas Birzeit dekat Ramallah dan belajar, hingga ia kemudian meraih gelar insinyur.

Selain belajar reguler, pada masa kecilnya ia juga belajar ilmu-ilmu syariah, hingga mampu menghafal Al-Quran.

Pada tahun 1991, ia menikahi sepupunya, Hayam Ayyash. Dari pasangannya terlahirlah Bara dan Abdul Latif.

Baca Juga: Sri Aminah, Ikan Asin, dan Kisah ‘Kebersamaan yang Meredup’

Pejuang Pantang Menyerah

Yahya Ayyash aktif secara politik saat kuliah melalui Blok Islam, yang merupakan cabang mahasiswa Gerakan Perlawanan Islam Hamas. Ia kemudian bergabung dengan sayap militer Hamas “Brigade Al-Qassam”.

Dia unggul dalam aksi bersenjata melawan pendudukan Israel melalui operasi khusus, yang memungkinkannya untuk memiliki pengalaman dan kemampuan tinggi membuat bahan peledak dengan bahan-bahan sederhana yang tersedia di pasar lokal.

Maka, Otoritas pendudukan Israel mulai menguntitnya pada Intifada Pertama (antara 1990-1991). Ketika ia mampu memproduksi bahan peledak dari bahan baku lokal.

Baca Juga: Abu Ishaq Al-Amiry; Sufi Pendiri Dayah Ulee Titi Aceh Besar

Yahya Ayyash mampu menciptakan perubahan kualitatif dalam aksi bersenjata selama perlawanan. Ia selalu ingin menantang keadaan, meskipun menghadapi kesulitan. Ia tidak mudah menyerah pada kenyataan.

Ia ingin selalu memaksimalkan potensi dirinya dan mencoba berseberangan dengan arus penyelesaian yang berlaku pada saat itu.

Ayash adalah seorang juru bicara kecil. Dia beberapa kali berhasil lolos dari cengkeraman intelijen Israel dan tentara pendudukan.

Dia bersembunyi lebih dari tiga tahun dari operasi pengejaran terbesar yang dilakukan oleh pendudukan Israel. Dan Israel gagal mengetahui posisinya di mana selama beberapa tahun tak terdeteksi oleh teknologi.

Baca Juga: Thohriyah, Keluar dari PNS Berdakwah Menemani Suami

Hebatnya, selama dalam persembunyiannya yang tak terdeteksi, ia bisa melanjutkan pekerjaannya, merancang bom demi bom. Meskipun seluruh kekuatan pendudukan menugaskan semua unitnya untuk mencarinya di pegunungan dan gua-gua di Tepi Barat.

Ayyash dari balik persembunyiannya, untuk pertama kalinya menciptakan bom syahid. Bom itu dipersiapkan di dalam mobil yang dikemudikan oleh gerilyawan Saher Tammam dari desa yang sering ia kunjungi.

Mobil itu menyeruduk ke sekelompok tentara Israel di pemukiman Mehoula dekat kota Baysan, hingga menewaskan dua prajurit dan melukai delapan lainnya. Sang pengemudi pun syahid. Ini merupakan operasi kesyahidan pertama yang dilakukan oleh “Brigade Al-Qassam”, atas peran racikan bom syahid Ayyash.

Operasi Paling Menonjol

Baca Juga: Sutradara Palestina Vin Arfuso Melawan Narasi Bias Hollywood

Di antara operasi paling menonjol yang dituduhkan kepadanya, adalah serangan bom mobil di kota Afula di dalam Garis Hijau pada 6 April 1994.

Operasi dilakukan oleh Raed Zakarneh untuk membalas  pembantaian di Masjid Ibrahimi. Aksi ini menyebabkan delapan orang Israel tewas di tempat.

Dia juga dituduh merencanakan dua operasi di kota Hadera di dalam Garis Hijau pada 13 April 1994, salah satunya adalah ledakan yang dilakukan oleh Ammar Amarneh. Lainnya adalah peledakan tas di sebuah halte bus yang menewaskan tujuh orang Israel dan melukai belasan orang.

Juga pemboman di Jalan Dizengoff di Tel Aviv oleh Saleh Nazzal. Aksi ini menewaskan 22 orang Israel.

Baca Juga: Izzuddin bin Abdissalam, Sultan Para Ulama yang Menginspirasi Perjuangan Melawan Penjajahan

Rancangan bomnya, secara keselruhan telah menyebabkan tewasnya lebih dari 70 pasukan Israel.

Ia juga telah melatih lusinan insinyur di Tepi Barat.

Mengingat intensifikasi pengejaran terhadap Ayyash dan pengumuman pengerahan ribuan tentara Israel mencarinya di mana-mana di Tepi Barat, Brigade Al-Qassam berhasil memindahkan Ayyash ke Jalur Gaza pada akhir 1994.

Sejak hijrah di Gaza, ia semakin leluasa mengembangkan potensinya di beberapa laboratorium, bekerja sama dengan sejumlah insinyur di sektor ini dan melakukan beberapa operasi komando dari sektor tersebut.

Baca Juga: Sheikh Raed Salah, Penjaga Al-Aqsa dan Ikon Perlawanan Palestina di Zaman Kontemporer

Syahid di Gaza

Setelah beberapa tahun Israel mencari cara untuk menghabisinya, Yahya Ayyash akhirnya dibunuh pada hari Jumat, 5 Januari 1996. Saat intelejen Israel Shin Bet menempatkan alat peledak 50 gram di telepon seluler yang digunakan Ayyash.

Saat itu, Ayyash sedang menunggu panggilan telepon dari ayahnya. Telepon itu berdering dan diledakkan dari arah pesawat yang terbang pada saat yang sama.

Lebih dari 100.000 warga Palestina mengantar pemakaman Ayyash Abu Al-Bara.

Baca Juga: Nelson Mandela, Pejuang Kemanusiaan dan Pembela Palestina

Kesuksesan operasi-operasi yang pernah dilakukannya memberinya ketenaran luar biasa. Malahan beberapa seniman menggambar biografinya menjadi karya seni yang menceritakan pengalamannya sebagai pejuang Palestina. Biografinya didokumentasikan dalam buku-buku beberapa bahasa di dunia. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun

Rekomendasi untuk Anda

Breaking News
Kolom