Jakarta, 2 Rajab 1436/21 April 2015 (MINA) – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ledia Hanifa Amalia mengingatkan puluhan tahun memperingati hari Kartini seharusnya memberi jejak lebih terang pada proses pemberdayaan perempuan Indonesia.
“Sejak 1964 kita memperingati Hari Kartini, semestinya semakin menguatkan proses pemberdayaan perempuan Indonesia secara utuh. Yakni memunculkan perempuan-perempuan Indonesia yang sehat, cerdas, bertakwa, berbudi luhur dan aktif memberikan peran terbaik mereka bagi kemajuan bangsa,” kata Ledia kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta.
Ledia menjelaskan, perjuangan Kartini perlu dilihat dalam konteks zamannya. Kartini hidup di masa yang begitu sulit bagi perempuan untuk berkarya .
Pemikiran-pemikiran Kartini yang kemudian tertulis dalam surat-suratnya menggambarkan sebuah mimpi sekaligus idenya bagi perjuangan peningkatan kualitas hidup kaum perempuan.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
“Dalam kondisi budaya yang masih kuat mengekang perempuan, Kartini telah memvisualisasikan mimpi dan ide besarnya bagi peningkatan hidup perempuan. Tidak hanya itu, ia juga membuka sekolah bagi kaum perempuan. Sebuah aksi nyata yang sangat tidak mudah diwujudkan bila kita melihatnya dalam kacamata situasi kurun itu,” ujar Ledia.
Karena itu, Ledia mengimbau agar pada setiap kali peringatan Hari Kartini dilangsungkan, semangat pemberdayaan perempuan dan peningkatan kualitas hidup selayaknya menjadi tema utama.
Karena itu dalam setiap peringatan Hari Kartini, menurut caleg dapil Kota Bandung dan Kota Cimahi itu sangat mungkin bila dikaitkan dengan aksi atau program penurunan angka kematian ibu, peningkatan gizi keluarga, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pengelolaan keuangan rumah tangga, pendampingan usaha kecil kaum perempuan dan lain-lain
“Kita perlu memaknai perjuangan Kartini secara lebih konkret dan aplikatif untuk kemajuan bangsa saat ini, jangan terpaku pada himbauan mengenakan pakaian daerah sehingga terkesan peringatan Hari Kartini akhirnya berujung pada sanggul dan kebaya,” tegas Ledia.(L/R05/R02)
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas