Oleh Arina Islami, Relawan Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG)
Khalil Al Baz Abu Mahmoud gugur sebagai syuhada pada Rabu (29/5/2024) waktu Gaza. Ia mendapat gelar tertingginya itu saat bertugas membagikan makanan kepada warga Palestina di Deir Balah, Gaza tengah.
Kepulangan Khalil menghadap Rabb, meninggalkan duka mendalam pada setiap hati yang mengenal sosoknya. Kedukaan sekaligus kebanggaan karena di akhir hidupnya, ia wafat saat melaksanakan amanah kemanusiaan.
Khalil Al Baz Abu Mahmoud bukan sekadar relawan biasa. Kecintaan dan semangatnya dalam melaksanakan tugas dari Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG), terutama dalam mendistribusikan titipan dari rakyat Indonesia untuk Palestina, membuatnya layak dijuluki “Hero of Humanity,” Sang Pahlawan Kemanusiaan.
Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad
Ketua AWG Biro Gaza, Bilal Anbar menceritakan bagaimana perjuangan Khalil, dalam webinar spesial bertajuk “Perjuangan Relawan AWG di Gaza Hingga Napas Terakhir” pada Sabtu (1/6/2024) yang tayang di kanal YouTube Al Jamaah TV.
Bilal memiliki kedekatan yang istimewa dengan Khalil, sebab mereka berdua merupakan partner dalam menjalankan tugas kemanusiaan dari AWG dan Maemuna Center (divisi perempuan dari AWG). Wafatnya Khalil, benar-benar membuat Bilal merasa kehilangan.
Bilal mengatakan, beberapa hari sebelum wafatnya Khalil, ia sempat bermimpi di suatu malam bahwa dirinya melihat Khalil menjadi syuhada. Lalu keesokan paginya, Bilal bertemu dengan Khalil. Pada saat itu, Khalil berpesan bahwa ia menitipkan istri dan keluarganya kepada Bilal. Ternyata momen tersebut merupakan tanda bahwa syahidnya Khalil sudah dekat.
Dalam pemaparannya di webinar tersebut, Bilal menyampaikan, Khalil dan istrinya telah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Sehingga keduanya merencanakan program bayi tabung.
Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina
Sebelum agresi Zionis pecah pada Oktober 2023, Khalil bekerja dengan giat untuk mengumpulkan uang demi menjalani program bayi tabung itu. Khalil bahkan sudah mempersiapkan paspor untuk berangkat ke Mesir, guna mengikuti program bayi tabung itu.
Namun, rencana tersebut ia urungkan. Setelah Zionis Israel secara brutal menyerang Gaza sejak Oktober tahun lalu, Khalil memilih merelakan seluruh tabungannya yang pada awalnya akan dipakai untuk program bayi tabung, malah digunakan untuk membantu warga Palestina yang kesulitan. Khalil mengorbankan keinginan pribadinya demi rakyat Palestina.
Pada Desember 2023, rumah Khalil Al Baz Abu Mahmoud hancur total akibat serangan penjajah Zionis. Ini menjadi salah satu ujian berat baginya. Namun Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menguatkan hatinya. Musibah tersebut malah menjadikan Khalil semakin semangat dalam melaksanakan tugas kemanusiaan, mendistribusikan titipan dari rakyat Indonesia untuk warga Palestina.
Pada suatu waktu, Bilal mengatakan, ketika hendak pulang ke rumah usai membagikan bantuan kemanusiaan, Khalil bertemu seorang ibu yang kesusahan. Sebagai orang yang juga terdampak, Khalil sebenarnya memiliki hak yang sama dengan warga Palestina lainnya dalam memperoleh bantuan kemanusiaan dari rakyat Indonesia. Tapi pada saat itu, ia memilih memberikan haknya kepada ibu tersebut.
Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Khalil pun kembali ke rumah dengan tidak membawa apa-apa. Kejadian ini semakin menunjukkan bahwa Khalil benar-benar mengutamakan kepentingan umum dibandingkan dirinya dan keluarganya.
Selain itu, Khalil Al Baz Abu Mahmoud juga kerap kali menggunakan uang pribadinya untuk membeli bensin/BBM untuk kendaraan yang akan digunakan dalam proses pendistribusian bantuan di Gaza.
Padahal, Khalil pun seorang penyintas di wilayah yang diblokade Zionis itu, sehingga ia sangat berhak menggunakan donasi dari rakyat Indonesia untuk keperluannya. Apalagi sekadar untuk mengisi bensin kendaraan yang memang dipakai untuk tugas kemanusiaan.
Tapi itulah Khalil. Keterbatasan yang dialaminya sama sekali tidak menyurutkan semangatnya dalam berbagi dan menolong sesama manusia.
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis
Di tengah dentuman bom dan tembakan Zionis, Khalil tidak gentar dalam membagikan bantuan dari rakyat Indonesia untuk warga Palestina. Berat badannya bahkan turun lumayan dratis sebab terlalu kelelahan saat bertugas.
Kita tahu bahwa bekerja di negara yang aman berbeda jauh dengan bekerja di Palestina. Situasi berbahaya dan sangat berisiko itu tentu membutuhkan tenaga ekstra. Apalagi bantuan yang diberikan oleh rakyat Indonesia untuk Palestina begitu banyak jumlahnya.
Meski begitu, Khalil tidak pernah mengeluh. Ia bahkan bersyukur dan menjalankan tugas mulia itu dengan bahagia.
Khalil dulunya merupakan seorang pegawai kantoran. Setelah bergabung dengan AWG sekitar tiga tahun lalu, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya dan memilih fokus menjadi relawan kemanusiaan.
Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara
Ia bahkan sempat ditawari oleh sebuah kantor berita asing untuk menjadi wartawan dengan gaji per hari sekitar USD200 (Rp3,2 juta). Namun dengan gagah, Khalil menolak tawaran itu. Ia sama sekali tidak tergiur dengan nilai gaji yang dijanjikan karena baginya nilai kemanusiaan lebih mahal harganya. Khalil tetap memilih menjadi relawan AWG; fokus menolong sesama tanpa pamrih, tanpa lelah.
Untuk mengenang perjuangannya, Bilal mengusulkan agar nama Khalil Al Baz Abu Mahmoud diabadikan pada sebuah bangunan/ruangan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Indonesia di Gaza City. Rumah sakit tersebut sedang dalam proses perencanaan pembangunan oleh AWG dan Maemuna Center (Mae_C). Khalil pun terlibat dalam proses tersebut, sayangnya ia tidak sempat melihat rumah sakit itu berdiri.
Semasa hidup, Khalil telah mewakafkan dirinya untuk kemanusiaan. Kini, saatnya kita berbalas budi dengan menyantuni istri dan keluarga yang ia tinggalkan. Semoga kita bisa meneruskan perjuangannya; membantu rakyat Palestina dan mengerahkan segala upaya untuk menghentikan penjajahan Zionis di tanah para nabi itu.
Khalil adalah sosok inspiratif yang membuktikan bahwa waktu untuk berhenti berjuang adalah ketika roh terlepas dari jasad. Ia pulang menghadap Allah dengan kondisi terbaik; menjalani tugas kemanusiaan.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Sang Pahlawan Kemanusiaan itu sudah menuju tempat paling damai; tanpa penjajahan dan pembantaian yaitu surga-Nya. Syahid insya-Allah. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia