Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengetahui Lebih Jauh Longmarch Para Aktivis Dunia ke Palestina

Rudi Hendrik - Ahad, 15 Oktober 2017 - 22:28 WIB

Ahad, 15 Oktober 2017 - 22:28 WIB

2227 Views

Foto: Amos Trust dok

Foto: Amos Trust dok

 

Mendekati peringatan Deklarasi Balfour ke-100 pada awal November mendatang, belasan aktivis dari berbagai negara melakukan protes dalam bentuk jalan jauh (longmarch) dari negara mereka masing-masing ke Yerusalem (Al-Quds).

Sejumlah aktivis dari negara Eropa, Amerika dan Afrika melakukan kampanye yang dinamai “the Just Walk to Jerusalem” itu dengan berbagai cara. Rute penuh dan terjauh adalah  Inggris-Yerusalem yang mereka tempuh berjarak hingga 3.183 km.  Sementara para aktivis dari negara lain memiliki rute sendiri yang disiapkan panitia.

Sebelumnya, Kordinator pelaksana asal Inggris Alexandra Lort Phillips mengatakan kepada Mi’raj News Agency (MINA), setidaknya dalam kegiatan tersebut ada 16 aktivis dari berbagai negara dan delapan diantaranya aktivis yang berjalan melalui rute penuh darat mulai dari London ke Dover, berbagai daerah di Prancis, Swiss, Italia dan ke Yunani, Turki serta Yordania..

Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina

Dia melanjutkan, para aktivis sudah memulai perjalanan mereka sejak Juni dan akan sampai di Yerusalem pada 2 November, setelah tiba di tanah pendudukan, mereka akan berkumpul dari seluruh negara untuk melakukan protes puncak, menandai hari peringatan kesepakatan saat itu, pemerintah Inggris menyerahkan tanah Palestina ke Israel.

Untuk melihat lebih jauh lagi visi dari program yang diberi nama “The Just Walk to Jerussalem” itu, MINA mewawancarai Chris Rose, Direktur Amos Trust, organisasi yang berada di balik program kemanusiaan tersebut. Berikut petikan wawancaranya:

MINA: Berapa banyak sebenarnya negara yang tergabung dengan the Just Walk to Jerussalem?

Chris:  Program ini sekarang sudah melewati delapan negara dan ada sisa tiga negara lagi. Kami memiliki aktivis yang berjalan kaki dari berbagai negara dan mereka bergabung di sepanjang jalan rute yang kami buat. Mayoritas aktivis berasal dari Inggris tapi di antara 100 orang yang telah melakukan perjalanan, peserta juga datang dari negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, Irlandia, Swiss, Yunani, Yordania dan Palestina.

Baca Juga: Hamas Kutuk Agresi Penjajah Israel terhadap Suriah

MINA: Bagaimana kondisi para aktivis sampai saat ini?

Chris: Mereka telah berjalan menempuh lebih dari 2.800 km dan berjarak 1 minggu lagi untuk sampai tiba di Istanbul. Saat ini ada 17 pejalan, di mana 9 dari mereka menempuh rute penuh dan 8 sisanya bergabung menyesuaikan dengan lokasi mereka serta akan mencapai titik rute bersama di Thessaloniki ke Istanbul.

MINA: Mengapa Anda memilih kampanye seperti ini untuk memprotes Deklarasi Balfour?

Chris: Kami menginginkan tindakan simbolis dan mencari perhatian orang-orang untuk menunjukkan solidaritas berharga kepada warga Palestina, dimana mereka tidak diberikan kebebasan bergerak oleh penjajahan dan kami membawa kedamaian serta keadilan yang setara di sepanjang jalan yang kami tempuh.  Juga, sebuah tindakan yang akan menjadi penebus dosa karena Inggris harus bertanggung jawab atas situasi yang dibuatnya (Deklarasi Balfour, red). Seperti yang dikatakan Uskup Michael Doe baru-baru ini, “Kami Inggris, yang membuat Deklarasi ini, memiliki tanggung jawab yang belum selesai untuk memastikan pelaksanaannya (dari babak kedua Deklarasi Balfour),” lanjutnya. “Kami (telah) mengingkari janji itu kepada orang-orang Palestina. Ada kewajiban moral dan hukum yang seharusnya tidak kita hindari,” kata Uskup.

Baca Juga: Pemukim Yahudi Ekstremis Rebut Rumah Warga Yerusalem di Silwan  

MINA: Ketika para aktivis tiba di Yerusalem, apa yang akan mereka lakukan?

Chris: Kami akan dilepas oleh teman-teman dari Palestina di hotel Walled Off di Bethlehem, kami akan berangkat dari patung Balfour, yang dibuat Banksy, dimana menandatangani karyanya tersebut dan berjalan ke Yerusalem dimana kita akan menyajikan British High dengan Deklarasi baru yang kami beri nama ‘Deklarasi Boris’, deklarasi yang menyerukan hak setara penuh bagi semua orang yang memanggil wilayah itu rumah Tanah Suci. Kami kemudian akan menyelesaikan melakukan aksi di Katedral St Georges.

MINA: Situasi saat ini di Palestina semakin parah karena Israel terus melanggar solusi dua negara dengan meneruskan bangunan pemukiman ilegal di tanah pendudukan, Bagaimana pendapat Anda?

Chris: Situasi semakin memburuk dan tanda-tanda harapan lebih sulit dilihat di Gaza. Pada tahun 2012, PBB mengatakan bahwa Gaza tidak layak huni pada tahun 2020. Saya baru-baru ini diundang untuk berpartisipasi dalam diskusi panel di Konferensi Partai Konservatif di Gaza dan kebanyakan dari kita yang hadir merasa bahwa perkembangan terakhir ini berarti bahwa saat sulit itu telah tiba. Warga saat ini hanya mendapat 2 – 3 jam listrik sehari. Rumah sakit, sekolah dan banyak layanan penting bergantung pada generator yang mengandalkan sumber daya langka serta operasi medis yang penting tidak bisa dibatalkan. Gorong-gorong yang berfungsi kini telah rusak akibat konflik terakhir, sekarang hanya bekerja sampai sepersekian kapasitas dan limbah mentah dipompa ke laut. Tanaman Desalinasi dan pompa air domestik tidak dapat bekerja dengan baik sehingga orang-orang memiliki air dengan kualitas buruk untuk diminum. Perizinan untuk melakukan perjalanan keluar kota Gaza dengan alasan medis seperti operasi sangat sulit, serta perlengkapan medis yang kian menipis.

Baca Juga: Media Ibrani: Netanyahu Hadir di Pengadilan Atas Tuduhan Korupsi

MINA: Organisasi Anda menuntut direvisinya isi deklarasi Balfour, apakah menurut Anda masih ada cara untuk mewujudkannya?

Chris: Ya, Kami berinvestasi dalam kelompok masyarakat sipil yang berkomitmen untuk mengakhiri pendudukan dan mencapai perdamaian yang adil dengan hak setara penuh bagi semua. Gerakan tanpa kekerasan muncul di Palestina dan di Israel adalah sebuah tanda.  Kami berkomitmen untuk memboikot Israel dan percaya melakukan boikot di Inggris akan memberi dampak, kami juga percaya dengan mengajak orang lain untuk melihat dan menyaksikan sendiri sangat penting.  Kita juga tidak boleh meremehkan kekuatan solidaritas.

MINA: Amos Trust mengatakan, pemerintah Inggris bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Palestina, apa pesan Anda kepada pemerintah?

Chris: Pesan kami adalah untuk mengamalkan tanggung jawab moral mereka kepada orang-orang Palestina dan berhenti membual terus pada negosiasi yang gagal, serta mulai memimpin dalam mempromosikan hal yang nyata yang akan membawa pencapaian resolusi jangka panjang.

Baca Juga: Hamas Sayangkan Terbunuhnya Pejuang Perlawanan di Tepi Barat, Serukan Faksi Palestina Bersatu

MINA: Sudah hampir 50 tahun Israel mencaplok tanah Palestina, pendapat Anda?

Chris: Israel mencaplok daerah sekitar Yerusalem – yang tidak diakui oleh masyarakat internasional. Ini penting bahwa Yerusalem tetap menjadi tempat di mana tiga agama Abraham dapat datang dan beribadah dan sekali lagi memiliki akses yang sama untuk orang Israel dan Palestina.

MINA: Dapatkah Anda menjelaskan lebih lanjut tentang Amos Trust. Apa tujuan Anda?

Chris: Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kesadaran akan situasi ketidakadilan, untuk membangun harapan dan menciptakan perubahan dengan bekerja dengan mitra lokal yang bekerja dinamis. Kami fokus pada perdamaian yang adil untuk Palestina, hak anak jalanan dan terutama anak perempuan di jalanan serta untuk membuktikan program masyarakat berkelanjutan yang merespons dampak perubahan iklim.

Baca Juga: Penjajah Israel Serang Sejumlah Desa dan Kota di Tepi Barat  

MINA: Apa langkah selanjutnya setelah protes untuk mengejar tujuan Walk?

Chris: Begitu kampanye ini selesai, kami kembali ke London dan bergabung dalam demonstrasi di pada peringatan 4 November  untuk memperingati peringatan ke-70 Nakba dimana  800.000 orang Palestina harus meninggalkan rumah mereka dan masih memiliki hak untuk kembali. (WE/RE1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: WHO: Serangan Bertubi-tubi Israel ke RS Kamal Adwan Tak Dapat Diterima

Rekomendasi untuk Anda

Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
Indonesia
Internasional
Khutbah Jumat