Tauhid secara bahasa berarti “menunggalkan” atau “meng-Esa-kan”. Dalam Islam, tauhid adalah keyakinan bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan segala sesuatu di alam semesta bergantung pada-Nya. Tauhid merupakan dasar dari seluruh ajaran Islam, sebagaimana yang tercermin dalam kalimat laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku…” (Qs. Thaha: 14).
Ulama membagi tauhid menjadi tiga kategori: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ wa Sifat. Tauhid Rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta. Tauhid Uluhiyah adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Sedangkan Tauhid Asma’ wa Sifat adalah pengakuan terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah yang sempurna tanpa menyerupakannya dengan makhluk.
Pertama. Tauhid Rububiyah mengharuskan seorang Muslim meyakini bahwa segala sesuatu yang ada adalah ciptaan Allah Ta’ala. Allah yang mengatur segala hal, baik besar maupun kecil. Dalam Al-Qur’an disebutkan,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Qs. Az-Zumar: 62). Ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh bergantung pada selain Allah, karena segala sesuatu berada dalam kendali-Nya.
Kedua. Tauhid Uluhiyah mengharuskan umat Islam untuk hanya menyembah Allah SWT. Tidak ada ibadah yang layak diberikan kepada selain-Nya, baik dalam bentuk doa, sujud, atau amalan lainnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah: 163). Ini menegaskan bahwa perbuatan syirik, yaitu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, adalah dosa besar yang harus dihindari.
Ketiga. Tauhid Asma’ wa Sifat adalah keyakinan bahwa Allah Ta’ala memiliki nama dan sifat yang sempurna, sesuai dengan yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadis. Nama-nama Allah, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Al-Hakim (Maha Bijaksana), mencerminkan keagungan-Nya, dan sifat-sifat tersebut tidak boleh disamakan dengan makhluk. Allah berfirman,
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs. Asy-Syura: 11).
Sementara syirik, atau mempersekutukan Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam. Allah Ta’ala mengancam bahwa dosa ini tidak akan diampuni jika pelakunya meninggal tanpa bertaubat. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. An-Nisa: 48). Syirik menghancurkan tauhid karena menempatkan selain Allah sebagai sesuatu yang disembah atau diandalkan.
Tauhid Fondasi Keimanan Sejati
Tauhid bukan hanya aspek teologis, tetapi juga menjadi pondasi seluruh aspek kehidupan seorang Muslim. Keimanan yang benar harus didasarkan pada tauhid, yang akan membawa ketenangan hati dan keteguhan dalam menjalani kehidupan. Allah menegaskan,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-An’am: 82).
Tauhid harus tercermin dalam seluruh perbuatan seorang Muslim. Menggantungkan harapan hanya kepada Allah, beribadah dengan ikhlas, dan meninggalkan segala bentuk perbuatan syirik adalah bentuk nyata dari implementasi tauhid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَالَ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ahmad). Oleh karena itu, tauhid bukan hanya sekedar konsep, melainkan tuntutan untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Membangun ketauhidan dalam diri memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam dan kesungguhan dalam beribadah. Pembelajaran Al-Qur’an, Hadis, dan bimbingan dari para ulama dapat membantu umat Muslim memahami dan menguatkan tauhid mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita pentingnya memperbaharui iman melalui tauhid dengan sabdanya,
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ بِقَوْلِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ
“Perbaharuilah iman kalian dengan memperbanyak ucapan Laa ilaaha illallah.” (HR. Ahmad).
Puncaknya, tauhid adalah kunci keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Seorang Muslim yang menjaga tauhidnya akan selamat dari azab Allah dan mendapatkan pahala yang besar di akhirat. Allah berfirman dalam hadis Qudsi,
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Barangsiapa bertemu dengan-Ku (di akhirat) dengan membawa dosa sebesar bumi, namun ia tidak mempersekutukan Aku dengan apa pun, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan sebesar bumi pula.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, memperdalam pemahaman dan pengamalan tauhid adalah jalan menuju ridha Allah dan kehidupan yang penuh berkah.
Dengan demikian, tauhid merupakan landasan utama keimanan seorang Muslim yang harus dipelihara dan diperkuat sepanjang hidup.[]
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Mi’raj News Agency (MINA)