Oleh Bahron Ansori*
Adakah yang pernah mendengar menggapai surga dengan menulis?
Ya, dengan menulis sesungguhnya bagi seorang Muslim mampu menggapai surga. Menulislah seperti para ulama telah melakukannya. Menulislah karena malaikat Raqib Atid pun menulis.
Lalu, pernahkah kita mendengar Pena Surga?
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Pena Surga, merupakan kata representatif untuk mereka yang senang menulis dan mendedikasikan dirinya untuk menggapai keridhaan Allah. Merekalah yang kemudian lebih pantas disebut orang-orang yang kelak diharapkan mampu meraih surga dengan menulis.
Betapa mulia tugas dan rutinitas para penulis yang menyeru kepada kebaikan itu. Mereka menebarkan berbagai kebaikan melalui tulisan-tulisannya. Melalui berbagai kata dalam kalimat yang penuh misi suci dan syarat akan hikmah. Mencurahkan segenap rasa dalam jiwa untuk memotivasi siapa pun yang tidak bersemangat. Memberikan kekuatan pada ruh-ruh yang lemah. Meneduhkan, menyejukkan, mencerahkan lagi mencerdaskan.
Duhai Allah, betapa mulianya para ulama sekaligus penulis terdahulu. Mereka mampu memilih jalan untuk menjadi teladan umat. Mereka mampu berdakwah dengan terlebih dulu mengamalkan apa yang mereka sudah pahami. Sungguh, kemuliaan mereka semakin terpampang jelas karena karya-karya besar mereka berupa kitab-kitab utama yang hingga kini menjadi rujukan umat akhir zaman.
Mereka adalah orang-orang pilihan yang setiap goresan penanya mampu mengguncang dunia, menghentak rasa dan asa siapa pun yang membacanya. Meski mereka sudah tiada, tapi nama harum mereka senantiasa terjaga karena saat mereka kembali kepada Allah, mereka sudah meninggalkan aneka warisan berupa kitab-kitab dan buku-buku.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Mereka, para ulama adalah penulis-penulis ulung yang dengan tulisan-tulisannya itu mereka mampu menggiring setiap pembaca menjadi manusia-manusia pilihan untuk mentauhidkan Allah. Mereka adalah para mujahid pena yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk meraih surga Allah melalui pena. Tak heran di antara mereka ada yang harus dipenjara karena tulisan-tulisannya dianggap mencemarkan nama baik sang raja.
Saudaraku, hari ini mungkin kita bukan siapa-siapa. Tapi, suatu hari nanti dengan izin dan kehendak-Nya kita pasti akan diperhitungkan. Karena itu, teruslah menulis, menulis untuk menggapai surga. Bisa jadi hari ini, kita bukan orang yang mampu memengaruhi banyak orang melalui tulisan-tulisan kita. Tapi lihatlah, ketika kita senantiasa menulis dan menulis, kelak orang akan tahu siapa kita. Kita adalah penulis besar, pejuang yang senantiasa menajamkan pena untuk menebar rahmat Allah hingga kepelosok dunia.
Menulislah, karena menulis itu mampu menggerakkan asa dan rasa, mengubah jaman menjadi lebih baik. Menulis merupakan cara terbaik untuk merefleksikan mimpi-mimpi besar itu agar menjadi kenyataan hari ini. Menulis juga menjadi jalan mendewasakan ruhiyah, membangun kepekaan sosial, rasa saling bahu-membahu satu sama lain. Menulislah dengan cinta dan mengharap rihda-Nya semata. Bila kita menulis hari ini tak mendapatkan royalti dunia, maka berharaplah agar kelak Allah Yang Maha Kaya memberikan pahala berlipat berupa surga-Nya.
Keutamaan Menulis
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Karena menulis itu mulia, maka menulis mempunyai beberapa keutamaan antara lin, pertama, menulis itu ‘mengabadikan’ kehidupan. Fitrah manusia adalah lupa. Bahkan Allah SWT saja sudah mengatakan bahwa manusia itu bersifat lupa. Dengan menulis berarti mengabadikan sesuatu agar tidak lupa. Kedua, menulis itu mengaktifkan memori. Menurut suatu penelitian, orang yang suka menulis memiliki ingatan yang lebih kuat terhadap sesuatu.
Ketiga, menulis itu menenangkan jiwa. Sebab dengan menulis semua rasa bisa di ‘tuangkan’ kedalam lembaran-lembaran kertas atau halaman. Keempat, menulis itu menambah wawasan dan kekritisan berpikir. Seseorang akan menulis sesuatu yang ia punya pengetahuan tentangnya atau setidaknya dengan menulis dia jadi ingin tahu lebih banyak tentang sesuatu. Karena itu sebaiknya menulis harus diimbangi dengan membaca atau minimal berdiskusi, sehingga apa yang ditulis itu cukup dikuasai.
Kelima, menulis itu menambah teman. Pasti, dengan menulis karya kita bisa dibaca oleh puluhan dan ratusan orang bahkan mungkin jutaan orang. Keenam, menulis itu merupakan salah satu cara mengamalkan ilmu yang selama ini sudah diperoleh. Dengan menulis berarti juga menghidupkan ilmu pengetahuan. Ilmu itu kekal karena ia dituliskan. Bahkan kitab suci Al-Qur’an pun masih terjamin kemurnianya karena para sahabat telah menuliskannya.
Imam Syafi’i yang merawikan ribuan hadis saja masih selalu membawa catatan ketika mendapatkan ilmu yang baru. Bahkan Ibnu Zauji, selalu membawa catatan dan kemudian menuliskan apa-apa yang diimpikan. Ketujuh, dengan menulis maka penulis akan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang bisa jadi tak sebanding nilainya dengan harta beserta isinya. Kedelapan, menulis berarti mengajak orang untuk melakukan amal kebaikan.
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Sukses Menulis
Agar kita sukses dalam menulis maupun dalam bidang-bidang yang lain, maka ada beberapa hal yang mesti kita lakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, niat yang kuat. Diriwayatkan dari Ibnu’Abbas ra, dari Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah menulis amal-amal kebajikan dan amal-amal keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut; bahwa barangsiapa yang berniat ingin melakukan suatu kebajikan, lalu ia urung melaksanakannya, maka Allah telah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh disisi-Nya, dan siapa yang berniat ingin melakukan dan benar-benar melaksanakannya, maka Allah azza wa jalla mencatatnya disisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Sementara jika ia berniat melakukan suatu keburukan (kejahatan), lalu urung menjalankannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya, dan jika ia berniat melakukannya dan benar-benar menjalankannya, maka Allah hanya mencatatnya sebagai satu keburukan.” (HR. Bukhari Muslim).
Niat adalah pangkal amal. Karenanya, banyak kitab hadis yang membuka lembarannya dengan hadis populer yang dinyatakan mutawatir oleh sebagian imam hadis, Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung niat, dan sesungguhnya setiap orang memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang berhijrah demi Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya demi Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah demi memperoleh harta atau demi mengawini seorang wanita, maka hijrahnya demi apa yang ia hijrahi.”
Kedua, istiqomah. Istiqomah adalah konsep sukses luar biasa. Dengan menulis secara istiqomah, maka kesuksesan itu lambat laun akan muncul ke permukaan. Apa pun apalagi itu suatu kebaikan, bila dilakukan secara istiqomah, maka insya Allah akan berhasil. Lihatlah bagai mana para sahabat Nabi SAW yang dengan istiqomah mampu menggapai surga Allah dengan amal-amal mulia mereka.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Orang sukses selalu bermimpi dengan mimpi-mimpi besar. Dan mimpi-mimpi besar itu hanya bisa diraih dengan keistiqomahan. Sebaliknya apa pun yang ingin dicapai di dunia ini, bila melakukannya tidak dengan keistiqomahan, maka jangan pernah bermimpi mimpi itu akan terwujud. Istiqomah mempunyai banyak keutamaan (liat: Kesedihan dan ketakutan jauh dari orang-orang yang istiqomah. Mereka selalu riang dengan hadiah surga yang dijanjikan dan menikmati kucuran rezeki yang tiada habisnya, sebagaimana janji Allah SWT. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu, benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya kedalam azab yang amat berat.” (Qs. Jin: 16-17).
Ketiga, teruslah berlatih. Tanpa latihan berulang, maka apa yang akan kita raih tak mungkin menjadi kenyataan. Untuk menjadi penulis besar, maka latihlah diri untuk selalu menulis, menulis dan menulis. Menulislah dimana dan kapan ada waktu luang. Bila semakin sering kita menulis, maka seluruh anggota tubuh ini seolah bergerak memberi persetujuan.
Keempat, berdoalah. Tak ada yang tak mampu diubah dengan doa di dunia ini. Bila hari ini kita tak mampu menulis dengan baik, maka teruslah berlatih dan berdoalah agar Allah SWT beri kita kemampuan untuk menuangkan ide dan pikiran sehingga bisa melahirkan karya-karya besar.
Bermimpilah menjadi penulis besar saudaraku. Sebab dengan menulis kita akan selalu dikenang meski secara fisik kehadiran kita sudah tiada di dunia fana ini. Menulislah, bila dengan menulis itu justeru akan menjadi wasilah penambah pahala di sisi Allah kelak. Menulislah, sebab dengan menulis bisa jadi menjadi wasilah bagi kita untuk menggapai ridha dan surga-Nya. Wallahua’lam. (T/R2/E01)
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Bahron Ansori adalah Redaktur MINA