Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
SEBAGIAN orang ada yang jika mendengar kabar dari orang lain dia langsung bersu’udzan (berburuk sangka) terhadap perkataan tersebut, padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebab kan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al Hujurat: 6)
Berkata as-Sa’di di dalam tafsirnya, “Ini juga merupakan adab dari sekian adab yang selayaknya diterapkan dan digunakan oleh orang-orang yang berakal. Yaitu jika ada seorang fasiq mengabarkan tentang suatu berita, maka hendaknya mengecek kebenaran beritanya tersebut dan tidak menerimanya dengan serta merta. Karena yang demikian itu berbahaya sekali dan dapat menjerumuskan ke dalam dosa. Sebab kabar tersebut jika langsung dinilai sebagai kabar yang benar dan adil maka akan ikut juga berbagai hal yang menjadi tuntutan dan konsekuensinya. Maka terkadang menyebabkan kerugian jiwa dan harta dengan cara yang tidak haq sebagai akibat dari berita itu, dan akhirnya menjadikan penyesalan. Maka wajib untuk mengecek dan tabayyun ketika mendengar kabar dari seorang yang fasiq.”
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Jauhilah oleh kalian zhann, karena zhann adalah sedusta-dusta ucapan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan zhann (persangkaan) di sini adalah, “Keraguan yang ditanamkan kepadamu oleh seseorang tentang suatu hal, lalu kamu menganggapnya sebagai kebenaran dan memutuskan berdasarkan zhann itu. Dan dikatakan juga ia bermakna, “Jauhilah oleh kalian su’uzhan (prasangka buruk).”
Oleh karena itu berbaik sangkalah kepada orang, maka orang pun akan berbaik sangka kepadamu. Selayaknya pula orang yang mendengar suatu ucapan kemudian dia tidak paham maksudnya atau tidak bisa mencernanya, hendaknya dia jangan langsung berburuk sangka. Namun bertanya kepada yang bersangkutan (si pengucap); Apa sebenarnya maksud dari ucapan tersebut agar segalanya menjadi jelas.
Macam-macam Su’uzhan
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Pertama, su’uzhan kepada Allah Ta’ala. Su’uzhan kepada Allah subhanahu wata’ala lebih parah jika dibandingkan dengan putus asa dan pupus harapan (padahal dua-duanya dosa besar). Hal ini disebabkan su’udzan kepada Allah subhanahu wata’ala memuat putus asa dan putus harapan serta masih ada tambahan lagi, karena telah lancang terhadap Allah subhanahu wata’ala dengan sesuatu yang tidak layak dengan kemuliaan dan kemurahan-Nya.
Kedua,su’uzhan terhadap Muslim. Ini pun termasuk dosa besar, disebabkan karena seseorang yang menghukumi orang lain hanya dengan zhann, maka akan digiring oleh syetan untuk merendahkan saudaranya itu, tidak memberikan hak-haknya serta enggan untuk memuliakan dan menghormatinya.
Bahkan sebaliknya, akan banyak membicarakan kehormatan dan aibnya, padahal ini adalah sebuah kehancuran dan kebinasaan. Dan setiap orang yang selalu berburuk sangka kepada orang lain, mencari-cari aibnya maka ketahuilah bahwa dia adalah orang yang buruk batinnya.
Zhann adalah tercela dalam seluruh perkara, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
وَمَا يَتَّبِعُ اَكْثَرُهُمْ اِلَّا ظَنًّاۗ اِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِيْ مِنَ الْحَقِّ شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَفْعَلُوْنَ
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran.” (Qs. Yunus: 36)
Diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyib, dia berkata, “Sebagian saudaraku dari kalangan shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menulis untukku, “Hendaknya engkau letakkan urusan saudaramu pada kondisi yang terbaik selagi tidak tampak olehmu perkara yang mengalahkan (kebaikannya). Dan janganlah engkau menyangka kalimat yang keluar dari seorang muslim sebagai keburukan, sedangkan engkau mendapati kalimat tersebut memiliki kemungkinan (untuk dianggap sebagai) kebaikan.
Bahaya su’uzhan
Berikut ini adalah dampak buruk sangka yang bisa mendatangkan berbagai akibat, di antaranya; pertama, permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia. Kedua, terkadang akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan pihak lain. Ketiga, putus hubungan, pemboikotan dan kebencian.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Keempat, dapat mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala. Kelima, merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin. Keenam, merupakan salah satu perangai orang munafiq. Ketujuh, akan melahirkan permusuhan dan kebencian di antara manusia. Kedelapan, merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji. Kesembilan, mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah subhanahu wata’ala dan di hadapan manusia. Kesepuluh, salah satu petunjuk akan lemahnya iman.
Al-Imam Ibnu Hajar rahimahullah memandang, su’uzhan terhadap sesama muslim termasuk kabair (dosa besar) yang tersembunyi. Beliau menyebutkan su’uzhan dalam urutan dosa besar yang ke tiga puluh satu. Beliau mengatakan, “Dosa besar ini (su’uzhan) merupakan di antara hal yang wajib untuk diketahui oleh setiap mukallaf, supaya dapat mengobati ketergelincirannya. Karena siapa saja yang di dalamnya terdapat penyakit ini dia tidak akan dapat bertemu Allah subhanahu wata’ala dengan hati yang salim (selamat). Dosa besar ini celaannya lebih besar daripada celaan terhadap dosa zina, mencuri, minum khamr, dan semisal nya dari dosa-dosa yang dilakukan oleh badan. Ini disebabkan karena besarnya kerusakan yang ditimbulkan, serta akan memberikan dampak buruk yang berkesinambungan.”
Jadi, mari berbaik sangka kepada setiap muslim agar kita bisa menyintai mereka dan mereka pun menyintai kita. Jauhi setiap buruk sangka dan ragu terhadap orang lain karena itu akan menimbulkan sikap saling menjauh, saling membelakangi dan perpecahan.
Oleh karenanya wahai saudaraku! Hendaklah anda berbaik sangka kepada orang lain, jangan bersikap meragukan terhadap sesama muslim agar anda bisa mencintai mereka dan mereka mencintai anda. Dan jauhilah buruk sangka dan ragu terhadap orang lain, karena hal itu akan menimbulkan sikap saling menjauh, saling membelakangi, dan perpecahan. Silahkan diperdalam lagi hadis tentang hak seoranga muslim dengan muslim lainnya.[]
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Mi’raj News Agency (MINA)