Ramallah, MINA – Pada hari ini, 14 Oktober, di tahun 1953, dua unit militer Israel di bawah Ariel Sharon mengepung Desa Qibya, yang terletak 11 km barat laut Ramallah, dan mengisolasinya dari desa-desa tetangga lainnya.
Sekitar pukul 19:30, militer Israel mulai mengebom desa itu sampai pukul 4 pagi keesokan harinya, memaksa penduduk Palestina untuk tinggal di dalam rumah mereka. Saat itu, pasukan Israel menanam ranjau di berbagai jalan sehingga desa itu benar-benar terisolasi.
Beberapa jam kemudian, militer Israel menyerbu rumah-rumah di desa itu, di tengah penembakan berat senapan mesin dan bom sebelum meledakkan rumah-rumah di atas kepala penduduk. Mereka kemudian mulai membomnya dengan mortir sebelum tentara menyerbu dan menggerebek rumah-rumah.
Tentara Israel kemudian mulai menyerbu satu demi satu rumah. Para prajurit melemparkan bom ke dalam rumah, menembak secara acak melalui pintu dan jendela yang terbuka dan menembak siapa saja yang mencoba melarikan diri. Dalam pembantaian ini, 67 warga sipil Palestina tewas, puluhan luka-luka dan puluhan rumah dibom dan diledakkan.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Penduduk dan Garda Nasional Yordania, yang dipimpin oleh Mahmoud Abdel Aziz, menghadapi pasukan Israel meskipun jumlah mereka kecil dan senjata sederhana. Mereka menembak balik tentara Israel dan terus melawan sampai mereka kehabisan amunisi dan sebagian besar dari mereka tewas.
Komandan Garda Nasional berhasil mencapai desa tetangga Deir Qaddis di mana dia menghubungi pimpinan militer Yordania di Ramallah untuk meminta bantuan dan amunisi. Militer Yordania bergerak dari desa Budrus untuk menyelamatkan desa, tetapi dicegat oleh pasukan pendudukan Israel yang ditempatkan di jalan-jalan, dan tidak dapat mencapai Qibya.
Pasukan pendudukan Israel kemudian mulai meledakkan rumah-rumah dengan penghuninya masih di dalam. Jumlah penduduk desa sekitar 200 pada hari pembantaian dan jumlah rumah yang diledakkan diperkirakan 56, serta sebuah masjid, dua sekolah dan tangki air.
Peristiwa pembantaian ini terjadi setelah pihak berwenang Israel meningkatkan serangannya terhadap desa-desa Palestina di dekat perbatasan setelah perjanjian gencatan senjata Israel dengan negara-negara Arab pada tahun 1949.
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara
Seluruh keluarga benar-benar musnah dalam pembantaian ini termasuk keluarga Abu Zaid yang terdiri dari empat anggota, dan keluarga Mahmoud al-Masloul dengan enam anak. (T/R7/P1)
Sumber : WAFA News Agency
Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)