Oleh: Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation
Dalam memahami pahala Allah jangan pernah memakai cara hitungan matematis yang saklek. Ketika manusia menghitung secara maka hitungannya jadi: 5+5:10.
Masalahnya jumlah 10 itu tidak selalu harus 5+5. Tapi juga bisa 3+7, 6+4, 8+2 atau bahkan 1+9 dan seterusnya. Karenanya pahala Allah jangan dihitung dengan cara pandang matematika manusia.
Karenanya ketika anda merasa amalannya terbaik dari satu sisi, tidak perlu melihat orang lain kurang. Karena boleh jadi anda dan orang lain itu sama-sama dapat 10. Hanya saja hitungannya berbeda. Anda mungkin memakai hitungan 5+5. Sementara orang lain memakai hitungan 7+3.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Yang pasti Allah Maha adil dan jangan lupa keadilanNya itu terbangun di atas asas cinta dan kasihNya. Pada akhirnya lakukan “muhasabah” tanpa “menghisab” (orang lain).
Muhasabah itu introspeksi diri. Sementara “menghisab” itu artinya menghakimi orang lain.
Dan tak kalah pentingnya, surga itu tidak berpintu tunggal. Fokus saja pada diri dan jalan menuju Allah. Biarlah Allah yang mengkalkulasi dengan caraNya.
Do self introspection, rather than being judgmental…to others! (AK/RE1/P2)
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Mi’raj News Agency (MINA)