Oleh: Zahra Ramadhany Hidayat,
Mahasiswi Gwangju Institute of Science and Technology (GIST) Korea Selatan*
Menjadi minoritas pemeluk agama Islam di tengah-tengah penduduk Korea yang sebagian besar tidak mempercayai keberadaan Tuhan adalah perjuangan hidup yang serba nano-nano. Salah satu yang harus dipertimbangkan dengan baik adalah makanan yang akan dikonsumsi.
Apakah makanan atau ingredient dalam makanan tersebut mengandung babi? Jika makanan tersebut mengandung daging yang termasuk daging jenis hewan yang tidak diharamkan untuk dimakan, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah daging tersebut telah disembelih melalui proses yang halal?
Produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syariat Islam. Produk itu tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi, serta tidak menggunakan alkohol sebagai ingredient yang sengaja ditambahkan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Sebagai seorang Muslim perlu diingat bahwa salah satu keutamaan yang perlu dilakukan adalah bersifat wara’, yaitu menjaga diri dan berhati-hati agar tidak terlibat dalam hal-hal yang diharamkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dalam urusan makanan, demi menjaga kehalalan ada saudara Muslim kita yang lebih memilih untuk memasak dan mengolah sendiri semua makanan yang akan dikonsumsi. Jika ingin berijtihad seperti demikian, maka kita dapat membeli bahan-bahan serta daging yang dijamin kehalalannya di masjid, asia market, atau melaui vendor.
Sebagai contoh, di Gwangju terdapat jadwal tertentu di mana vendor akan keliling tiga universitas terbesar untuk berjualan bahan-bahan, makanan dan minuman, daging dan sayuran yang terjamin kehalalannya.
Dalam memilih bahan-bahan atau makanan yang akan dibeli, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal ini mengingat daging babi merupakan sumber daging utama di Korea, dan mayoritas orang Korea memakan daging babi setiap hari, sehingga kemungkinan menemukan olahan dari daging babi dalam produk-produk makanan seperti biskuit, coklat, roti, dan lainnya menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu ditelusuri antara lain:
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Shortening yang tertera dalam ingredients
Dalam bahasa Korea, shortening tertulis “쇼트닝”. Jika melihat tulisan ini maka produk makanan tersebut harus dihindari karena merupakan minyak babi. Terkadang yang tertera “동물성유지” yang memiliki arti lemak hewani (kebanyakan berasal dari babi), sehingga perlu dihindari juga. Akan tetapi jika yang tertulis “쇼트닝 (대두)”, produk tersebut dapat dikonsumsi karena shorteningnya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contoh produk makanan yang perlu dhindari karena mengandung 쇼트닝 atau 동물성유지 antara lain ramen (Gin Ramen, Nongshim Ramen, d), beberapa produk Kellog’s, Denmark Yoghurt, beberapa snack dari Lotte, jelly, marshmallow, dan chocopie.
Lecithin yang tertera dalam ingredients
Lecithin adalah salah satu jenis pengemulsi yang dapat berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jika dalam komposisi makanan hanya tertulis lecithin (레시틴), maka lebih baik makanan tersebut dihindari karena kandungan pengemulsinya yang meragukan. Akan tetapi jika yang tertera soya lecithin (쏘야 레시틴), maka produk tersebut aman untuk dikonsumsi karena mengandung pengemulsi dari tumbuh-tumbuhan.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Keterangan lebih detil dapat dicari di google mengenai panduan memilih makanan halal di Korea atau di website organisasi-organisasi Islam yang berada di Korea.
Namun, jika ini dirasa susah karena kegiatan perkuliahan padat atau kesibukan lainnya yang tidak dapat dihindari, maka terdapat alternatif lain. Jika Anda memilih untuk makan di kantin kampus atau rumah makan di sekitar kampus, maka Anda harus tanyakan terlebih dahulu apakah dalam makanan tersebut terdapat daging babi atau daging lainnya selain seafood.
Anda dapat menggunakan kalimat tanya dalam bahasa korea, yaitu “gogi hago hem isoyo? (고기 하고 햄 있어요?)” atau “gogi hago hem derosoyo? (고기 하고 햄 들었어요?)” yang artinya “apakah terdapat/mengandung daging dan babi?”. Meskipun pada umumnya ham sudah tergolong daging, banyak orang Korea yang masih menempatkan ham dan daging lainnya pada kategori berbeda. Sehingga akan jauh lebih aman untuk menekankan pertanyaan pada daging dan ham.
Seringkali kesulitan yang dialami ketika memilih makan di luar adalah ketidakpastian ada atau tidaknya daging babi dan daging lainnya dalam menu seafood di rumah makan Korea. Oleh karena itu, meskipun Anda memesan makanan seafood, Anda harus tetap menanyakan apakah dalam menu tersebut mengandung daging atau babi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Jika memang ada, Anda dapat memesan khusus agar daging babi dan daging lainnya dapat dipisahkan atau dikeluarkan dari hidangan menu tersebut. Anda dapat berkata “gogi hago hem pego juseyo (고기 하고 햄 빼고 주세요)”.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keputusan untuk makan di rumah makan Korea banyak mengundang polemik.
Hal ini karena ada yang berpendapat bahwa tidak cukup hanya dengan menghindari daging babi dalam menu hidangan, tetapi kita juga perlu menelusuri hingga kehalalan peralatan memasak dan peralatan makanan yang digunakan di rumah makan tersebut.
Pihak yang berpendapat demikian menganggap peralatan makan dan masak di tempat yang menyajikan daging babi atau daging lainnya tidak halal dan kurang bersih untuk digunakan. Perbedaan pendapat sangatlah wajar dan hak berijtihad terletak pada masing-masing individu, yang penting adalah untuk saling menghargai keputusan yang diambil. Janganlah lupa bahwa agama Islam adalah agama yang mudah, ringan dan tidak merupakan beban bagi umatnya. Hal ini termasuk dalam masalah makanan. (T/R05/P3)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Sumber: halal-di-korea-kenapa-tidak/">Indonesian Muslim Students Society in South Korea (IMUSKA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya