Oleh : Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan,MA.
Malam “Lailatul Qadar” adalah sebuah malam yang oleh Al-Quran disebutkan lebih baik dari seribu bulan. Malam ini hanya terjadi sekali dalam setahun yaitu pada bulan Ramadhan dan salah satu kemuliaan bulan Ramadhan adalah karena terdapatnya malam yang istimewa ini di dalamnya. Oleh karena itulah maka malam yang mulia ini adalah merupakan malam yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh ummat Islam di seantero dunia dengan penuh antusias, bagaikan menunggu kedatangan seorang Raja atau tamu istimewa.
Malam istimewa yang selalu ditunggu kedatangannya ini disebut malam Lailatul Qadar (Al-Qadar) adalah disebabkan beberapa hal, yaitu :
Pertama, Malam itu adalah merupakan malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup ummat manusia sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah : Pada malam itu, dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (Q.S. Ad-Dukhan : 4). Dalam memahami ayat ini ada pula ulama yang memahami penetapan itu dalam batas satu tahun.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Al-Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur dan menetapkan khiththah dan starategi bagi Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalan sejarah ummat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Kedua, Malam itu adalah malam kemuliaan, malam mulia yang tidak ada bandingnya. Ia mulia karena ia malam yang terpilih turunnya Al-Quran serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
Ketiga, Malam itu adalah malam yang sangat sempit karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran : Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (jIbril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Sebab Turunnya
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Di dalam kitab Sananiyah Ibnu Abbas r.a. berkata : Malaikat Jibril as. Di sisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,menuturkan seorang hamba yang bernama Syam’un Al-Qhaazi (seorang ahli perang). Dia memerangi orang-orang kafir selama 1000 (seribu) bulan. Senjata yang dipergunakannya hanyalah tulang rahang unta belaka, lain tidak. Bila tulang itu dipukulkan kepada musuhnya (orang-orang kafir), banyak sekalilah mereka yang mati. Memang tulang itu ajaib sekali. Apabila Syam’un dahaga, dari tempat gigi tulang itu keluar air tawar lalu diminumnya. Dan bila ia lapar, tulang itu keluar (tumbuh) dagingnya lalu dimakannya.
Syam’un berperang dan makan minum dengan daging dan air dari tulang itu lamanya hingga 1000 bulan atau 83 tahun lebih 4 bulan. Orang-orang kafir merasa tak mampu mengalahkannya, karenanya ada sebagian mereka yang menjumpai isterinya. Isteri Syam’un kebetulan termasuk orang kafir. Mereka berkata, “Hai Nyonya Syam’un, bila engkau dapat membunuh suamimu maka kamipun akan memberimu hadiah harta yang amat banyak”.
Isteri Syam’unpun tergiur dengan bujukan itu maka iapun mencoba mengikat suaminya, pertama dengan dengan tali namun tidak mempan, kemudian dengan rantai besi dan itupun tidak mempan, lalu diikat dengan rambutnya (Syam’un) sesuai dengan petunjuk Syam’un sendiri. Akhirnya Syam’unpun terikat dan disiksa oleh orang-orang kafir.
Tiada berapa lama kemudian datanglah firman Allah kepadanya : “Hai Syam’un, hal apa sajakah yang kau kehendaki terhadap orang-orang kafir itu, Aku akan melaksanakannya”. Syam’un berkata : “Ya Tuhan, hamba bermohon, berilah hamba kekuatan untuk menggerakkan tiang-tiang ini, biar rumah ini roboh dan reruntuhannya menimpa mereka hingga mati”. Permohonan Syam’un dikabulkan, sehingga ia dapat merobohkan gedung tempat ia diikat itu. Gedungpun roboh dan orang-orang kafir termasuk isterinyapun tertimpa reruntuhan bangunan dan akhirnya matilah semuanya. Sehabis itu, Syam’unpun beribadah kepada Allah selama 1000 bulan dengan siangnya berpuasa dan malamnya sholat, berzikir, beribadah dan lain sebagainya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Mendengar cerita itu para sahabatpun menangis, karena mereka rindu ingin beramal seperti itu, tapi kiranya tak akan mampu. Dan karena itu mereka bertanya kepada Nabi : “Ya Rasulullah, adakah Rasul tahu pahalanya?” Jawab Rasulullah : “Aku tak tahu”. Maka Malaikat Jibril, menyampaikan wahyu Allah tentang malam Lailatul Qadar dan keutamannya yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang dilakukan oleh Syam’un.
Waktu Datangnya
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan datangnya malam Lailatul Qadar. Ada yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar hanya datang sekali saja yaitu saat diturunkannya Al-Quran kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan perantaraan malaikat Jibril dan tidak akan pernah datang lagi.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang pakar Hadits yang bernama Ibnu Hajar, namun pendapat ini ditolak oleh kebanyakan ulama dengan berpegang pada ayat Al-Quran dan sekian banyak teks Al-Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Mayoritas Ulama berpendapat bahwa datangnya Lailatul Qadar adalah setiap tahun, sebab Nabi selalu menunggu kehadirannya dan menghimbau ummatnya untuk menanti kedatangannya pada malam-malam ganjil sepuluh yang terakhir daripada bulan Ramadhan.
Pendapat yang terakhir inipun berbeda-beda dalam hal tanggal kedatangannya. Ada yang berpendapat pada malam tanggal 27 Ramadhan, ada pula yang berpendapat malam tanggal 21, ada juga yang berpendapat tanggal 23, tanggal 25, dan tanggal 29. Ada juga yang berpendapat tanggal kedatangannya bergatian antara tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29, namun pendapat kebanyakan ulama adalah datangnya pada malam 27 Ramadhan.
Hal ini sebagaimana diceritakan bahwa Abu Yazid al-Bustami : Aku menyaksikan / melihat Lailatul Qadar hanya 2 kali sepanjang usiaku, yaitu tepatnya pada malam tanggal 27 Ramadhan. Penyusun kitab Haqaiqul Hanafi menjelaskan bahwa : Huruf Lailatul Qadar itu adalah 9 buah lafazd Lailatul Qadar itu dituturkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran sebanyak 3 kali, jadi kalau digabung 9 × 3 maka menjadi 27. Jadi jatuhnya pada malam 27 bulan Ramadhan.
Namun karena adanya perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang kehadiran malam Lailatul Qadar itu, maka penulis lebih cenderung untuk menyatakan bahwa jatuhnya pada malam-malam ganjil sepuluh yang terakhir daripada bulan Ramadhan, sebab Nabi selalu menanti kehadirannya pada malam-malam ganjil sepuluh yang terakhir daripada bulan Ramaadhan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Tanda-Tandanya
Untuk mengetahui secara pasti tentang datangnya Lailatul Qadar tidaklah ada yang bisa mengetahuinya kecuali Allah. Namun para ulama memberikan tanda-tanda kedatangannya sebagai berikut :
Pertama, Pada malam hari itu tak ada meteor yang meluncur, sebab pada malam itu syetan-syetan tak ada yang boleh berkeliaran.
Kedua, Udara tidak panas dan tidak pula dingin (sedang).
Ketiga, Angin tenang, tidak ada awan dan tidak pula hujan.
Keempat, Matahari terbitnya cerah, sinarnya tidak menyilaukan, karena banyaknya malaikat yang berulang balik pada masa itu.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya tentang tanda-tanda malam Lailatul Qadar. Beliau menjawab : “Ialah malam yang cerah, pada malam itu tiada panas, tiada hujan, tiada angin, tiada bintang (meteor) diluncurkan (dilemparkan) dan paginya matahari terbit tidak dengan sinar yang menyilaukan”.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Mengapa matahari sinarnya tidak menyilaukan atau sinarnya berkurang? Adakah ini terhalang oleh malaikat yang lalu lalang, padahal malaikat itu adalah makhluk halus yang terbuat dari cahaya (nur).
Syahrur Raudhl dalam kitabnya Fathul Wahhab menyatakan bahwa, bukannya terhalang, tetapi karena sinarnya kalah dengan nur-nur para malaikat itu. Atau karena itu memang diciptakan oleh Allah sebagai tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar.
Tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar ini sangat diperlukan bagi seseorang, sebab siang hari setelah datangnya malam Lailatul Qadar itupun masih disunnahkan beribadah dan sebagai bahan untuk tahun depan.
Bagi seseorang yang mengetahui datangnya malam lailatul Qadar hendaklah ia tetap diam, sehingga orang lain tetap khusuk beribadah menanti kedatangan malam Lailatul Qadar. Sebab apabila diberitahu pada orang lain bahwa malam lailatul Qadar telah datang, maka tidak menutup kemungkinan orang lain yang sedang khusuk beribadah menanti kesdatangannya, akan berhenti beribadah.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Semoga kita dapat bertemu dengan malam yang mulia ini, malam yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh setiap insan yang beriman kepada Allah, malam yang dapat diibaratkan sebagai seorang tamu besar yang sedang ditunggu-tunggu kedatanagannya, sehingga kita dapat memperoleh kemuliaannya yaitu, Lebih Baik Daripada Seribu Bulan. Sumber: Kemenag RI. (ASH/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat