Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menikah di Bulan Syawal: Tradisi, Sejarah dan Maknanya dalam Islam

Widi Kusnadi Editor : Rendi MS - Ahad, 20 April 2025 - 15:20 WIB

Ahad, 20 April 2025 - 15:20 WIB

18 Views

(Foto: fuh.my)

BULAN SYAWAL bukan hanya melambangkan kemenangan dan peningkatan setelah bulan Ramadhan, tetapi juga dikenal sebagai bulan yang banyak dipilih umat Islam untuk menikah di bulan Syawal.

Tradisi ini memiliki akar budaya dan agama yang menarik untuk ditelusuri, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang makna menikah di bulan Syawal.

Apakah ada sunnah menikah di bulan Syawal? Bagaimana sejarah, tradisi dan keistimewaannya dalam Islam, berikut penulis akan mengulasnya.

Keistimewaan Bulan Syawal

Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Palestina: Solusi dan Tantangan Global

Setelah bulan Ramadhan, umat Islam menyambut Syawal dengan perayaan Idul Fitri yang penuh sukacita. Pada bulan ini, suasana silaturahmi dan kekeluargaan sangat kental terasa, membuatnya menjadi waktu yang ideal untuk menyelenggarakan pernikahan.

Dalam perspektif Islam, Syawal bukan hanya bulan biasa. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh dengan menikahi Aisyah radhiyallahu ‘anha pada bulan Syawal.

Dalam sebuah hadits, Ibunda Aisyah berkata:

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟

Baca Juga: Bergabung dalam Perlawanan Palestina Melalui Hari Keffiyeh Sedunia 

“Rasulullah ﷺ menikahiku pada bulan Syawal, dan memulai kehidupan bersamaku (bermalam pertama) pada bulan Syawal. Maka, siapakah di antara istri-istrinya yang lebih beruntung dariku?” (HR Muslim, Kitab Nikah, Bab “Disunnahkannya Pernikahan di Bulan Syawal no: 1423)

Hal ini menunjukkan bahwa Syawal adalah waktu yang baik untuk memulai kehidupan baru, termasuk kehidupan rumah tangga, sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melakukannya.

Menikah di bulan Syawal termasuk sebagai upaya Menghapus Kepercayaan Jahiliyah. Pada masa Jahiliyah, ada kepercayaan bahwa menikah di bulan Syawal membawa kesialan. Rasulullah secara langsung mematahkan mitos ini dengan menikahi Aisyah pada bulan tersebut.

Dengan demikian, menikah di bulan Syawal juga menjadi simbol untuk meluruskan kepercayaan yang salah tentang bulan tersebut.

Baca Juga: Harapan Perdamaian di Palestina, Realita atau Mimpi?

Selain itu, bulan Syawal adalah momen silaturahmi. Setelah Idul Fitri, banyak keluarga besar yang masih berkumpul. Ini menjadi kesempatan yang baik untuk melangsungkan pernikahan tanpa harus menghadapi kendala kehadiran tamu undangan.

Tradisi Pernikahan di Syawal dalam Perspektif Sejarah

Selain pernikahan Nabi dengan Aisyah, beberapa ulama juga mencatat bahwa banyak keluarga Muslim pada masa awal Islam yang memilih Syawal sebagai waktu untuk menikah.

Hal ini bukan semata-mata karena mengikuti sunnah, tetapi juga karena suasana Syawal yang mendukung penyelenggaraan acara besar seperti pernikahan.

Baca Juga: Benteng Syam dan Janji Langit: Melawan Dajjal dan Membebaskan Al-Aqsa

Pada masa modern, tradisi ini tetap lestari di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, misalnya, Syawal menjadi salah satu bulan yang padat dengan undangan pernikahan.

Banyak pasangan yang merencanakan pernikahan mereka sejak jauh hari untuk memastikan momen ini berlangsung pada bulan yang penuh berkah ini.

Para ulama sepakat bahwa pernikahan dapat dilakukan kapan saja, selama tidak bertentangan dengan syariat. Namun, menikah di bulan Syawal memiliki nilai keutamaan tersendiri.

Imam An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan bahwa hadits tentang pernikahan Nabi di bulan Syawal menunjukkan kebolehan menikah kapan saja tanpa mempercayai mitos tertentu.

Baca Juga: Haji, Momentum Perbaikan Integritas Bangsa

Selain itu, ulama juga menekankan bahwa momen pernikahan sebaiknya disesuaikan dengan kemudahan dan kesepakatan kedua belah pihak. Jika Syawal dianggap waktu yang tepat, maka menikah di bulan tersebut adalah pilihan yang baik.

Hikmah Menikah di Bulan Syawal

Pernikahan adalah ibadah yang memiliki banyak hikmah. Jika dilangsungkan di bulan Syawal, hikmah tersebut semakin terasa:

Keberkahan Syawal: Sebagai bulan yang penuh kemenangan, Syawal membawa semangat optimisme dan keberkahan bagi pasangan yang memulai hidup baru.

Baca Juga: Jama’ah dan Izin, Adab yang Menjaga Kita Tetap dalam Naungan Ilahi

Memperkuat Silaturahmi: Momen Idul Fitri yang masih hangat memberikan kesempatan bagi keluarga besar untuk berkumpul dan merayakan bersama.

Meneladani Rasulullah: Menikah di bulan Syawal adalah bentuk pengamalan sunnah yang dapat mendekatkan kita pada teladan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Melawan Tahayul: Dengan menikah di bulan Syawal, umat Islam secara tidak langsung menghapus kepercayaan keliru yang masih ada di sebagian masyarakat.

Fenomena banyaknya pernikahan di bulan Syawal sebaiknya disikapi dengan positif. Sebagai bagian dari masyarakat, kita dapat mendukung pasangan yang menikah dengan memberikan doa dan bantuan yang dibutuhkan.

Baca Juga: Pekan ke-10 Berteriak di Depan Kedubes AS

Namun, kita juga perlu mengingat bahwa pernikahan adalah ibadah yang harus dilakukan dengan niat yang tulus dan persiapan yang matang, tidak semata-mata mengikuti tren atau tradisi.

Bagi pasangan yang memilih waktu selain Syawal, mereka juga tidak perlu merasa ragu atau berkecil hati. Semua bulan dalam Islam adalah baik untuk menikah, selama dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan syariat.

Penting untuk diperhatikan agar senantiasa menjaga niat suci dalam pernikahan dan menjadikannya sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga setiap pernikahan yang dilangsungkan, baik di bulan Syawal maupun bulan lainnya, menjadi ibadah yang diberkahi dan diridhai oleh Allah. Aamiin. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Gaza di Ambang Bencana Kelaparan

Rekomendasi untuk Anda