KETIKA malam melabuhkan tirainya dan keheningan menyelimuti bumi Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), suara azan lembut mengalun dari Masjid At-Taqwa, Pondok Pesantren Al-Fatah.
Panggilan suci itu menggema, menyusuri dinginnya udara, menggugah hati setiap insan yang mendengarnya. Pukul tiga dini hari adalah waktu yang istimewa, waktu di mana kesunyian menjadi saksi bisu perjumpaan para hamba dengan Rabb mereka.
Suara azan itu menggetarkan jiwa, membangunkan kesadaran bahwa malam masih menyimpan kesempatan untuk bersujud dan melantunkan bait-bait doa. Dalam hati yang penuh harap, aku bergegas menuju masjid, mengikuti jamaah shalat Qiyamul Lail yang telah menanti.
Masjid At-Taqwa berdiri kokoh di tengah kompleks pesantren, memancarkan aura keagungan dengan arsitekturnya yang didesain mirip Qubbatus Sakhra di kompleks Masjidil Aqsa, Palestina. Lampu-lampu temaram di sekelilingnya menciptakan suasana damai yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Baca Juga: Puasa Ramadhan dan Kesederhanaan
Para jamaah mulai berdatangan, langkah kaki mereka terdengar sayup-sayup di jalan-jalan menuju masjid. Sebagian besar dari mereka adalah santri senior dan jamaah setempat yang telah terbiasa merasakan nikmatnya shalat malam.
Dengan wajah-wajah teduh dan hati penuh ketundukan, mereka memasuki masjid, siap untuk menunaikan ibadah shalat yang menjadi media penghubung langsung antara mereka dengan Sang Pencipta alam semesta.
Di dalam masjid, suasana semakin syahdu. Barisan shaf tertata rapi, sajadah terbentang dan masing-masing jamaah tenggelam dalam doa dan dzikir. Udara dingin malam terasa hangat oleh kehadiran hati-hati yang dipenuhi rasa cinta kepada Allah Ta’ala.
Ketika sang imam, Ustaz Iman Sulaiman mulai mengumandangkan takbir, suasana menjadi semakin khidmat. Suaranya yang khas, serupa dengan lantunan Syaikh Mishary Rasyid, menyusup ke dalam setiap relung hati.
Baca Juga: Tradisi Unik Ramadhan di Nusantara: Pacu Jalur, Semangat Kebersamaan di Atas Sungai Riau
Setiap ayat yang ia lantunkan mengandung kekuatan yang mampu menggugah jiwa, seolah membawa jamaah terbang menuju keindahan surga yang dijanjikan.
Qiyamul Lail di Masjid At-Taqwa dilakukan dua kali. Yang pertama dilaksanakan setelah shalat Isya, diperuntukkan bagi anak-anak dan remaja. Suasana pada waktu ini penuh semangat dan antusiasme.
Anak-anak dengan suara lirih mencoba mengikuti bacaan imam, sementara remaja berusaha khusyuk dalam setiap gerakan shalat mereka. Meski masih muda, semangat mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah menjadi pemandangan yang menginspirasi.
Namun, suasana Qiyamul Lail kedua yang berlangsung pukul tiga dini hari memiliki keistimewaan tersendiri. Jamaah yang hadir adalah mereka yang telah terbiasa dengan shalat tahajud, orang-orang yang rindu akan kehadiran Allah dalam kesunyian malam.
Baca Juga: Ramadhan: Saat Empati dan Kebersamaan Menyatu dalam Ibadah
Suasana menjadi lebih tenang, lebih mendalam, seolah waktu itu dikhususkan hanya untuk mereka yang benar-benar ingin menyatu dengan Rabb-Nya. Lantunan ayat suci oleh Ustadz Iman Sulaiman membawa jamaah merasakan kehadiran Allah begitu dekat. Setiap ayat yang dilantunkan seakan menjadi jembatan antara langit dan bumi.
Shalat berlangsung dengan khusyuk, 11 rakaat yang dilaksanakan terasa begitu singkat karena irama bacaan sang imam yang memukau. Suaranya yang merdu mampu menghidupkan makna setiap kata dalam Al-Qur’an, membuat hati tergetar dan mata basah oleh air mata.
Bacaan surah panjang yang dipilihnya mengisahkan kebesaran Allah, kasih sayang-Nya, serta janji-janji indah bagi hamba-Nya yang bertakwa. Setiap sujud terasa begitu nikmat, seolah para jamaah enggan bangkit karena ingin terus berada dalam kehangatan rahmat Allah.
Tak hanya bacaan shalat, doa yang dipanjatkan sang imam setelah shalat juga menjadi momen yang sangat dinantikan. Dengan suara yang lembut penuh penghayatan, ia memohon ampunan, rahmat, dan keberkahan dari Allah.
Baca Juga: Puluhan Pemuda Korea Selatan Mualaf di Awal Ramadhan
Doa itu merasuk ke dalam hati para jamaah, membuat mereka mengamini dengan sungguh-sungguh. Isak tangis terdengar dari sudut masjid, tangis keharuan, tangis pengakuan dosa, tangis permohonan yang tulus kepada Allah Yang Maha Pengampun.
Ketika shalat berakhir, jamaah tak langsung beranjak pergi. Mereka duduk sejenak, meresapi kedamaian yang menyelimuti hati. Sebagian melanjutkan dzikir, yang lain membaca Al-Qur’an, sementara beberapa orang terdiam, merenungi kebesaran Allah yang baru saja mereka rasakan.
Waktu subuh semakin mendekat, dan fajar mulai memancarkan sinarnya yang lembut di ufuk timur. Namun, suasana di Masjid At-Taqwa tetap dipenuhi dengan kesyahduan, seolah malam itu enggan berakhir.
Masjid At-Taqwa bukan sekadar tempat untuk menjalankan ibadah, tetapi juga tempat di mana hati-hati yang merindukan Allah menemukan ketenangan. Suasana Qiyamul Lail di sana adalah pengalaman spiritual yang sulit dilupakan, sebuah momen di mana dunia terasa begitu kecil dan Allah begitu dekat.
Baca Juga: Bukber di Restoran Budaya Tren di Kashmir
Dalam keheningan malam itu, aku merasakan betapa hidup ini hanya sejenak, dan hanya dengan mendekat kepada-Nya, kita dapat menemukan arti sejati dari kehidupan.
Saat melangkah keluar dari masjid, hati terasa ringan, dipenuhi rasa syukur yang mendalam. Dingin udara pagi tak lagi terasa, tergantikan oleh hangatnya cahaya iman yang menerangi jiwa.
Aku menyadari bahwa Qiyamul Lail bukan sekadar ritual, melainkan sebuah perjalanan menuju kedekatan dengan Allah. Dan di Masjid At-Taqwa, perjalanan itu terasa begitu indah, begitu syahdu, hingga aku berharap dapat mengulanginya setiap malam.
Malam itu, aku pulang dengan hati yang lebih tenang, membawa semangat baru untuk menjalani hari. Masjid At-Taqwa telah menjadi saksi perjumpaan antara hamba dan Tuhannya, tempat keheningan malam berubah menjadi ladang amal dan doa.
Baca Juga: Seharkhwans, Penjaga Tradisi Ramadhan Kuno di Kashmir
Dan aku, seperti jamaah lainnya, hanya berharap bahwa malam-malam berikutnya akan selalu membawa kesyahduan serupa, hingga akhirnya kita semua dipertemukan kembali dengan-Nya di surga-Nya yang abadi. []
Mi’raj News Agency (MINA)