DAKWAH adalah tugas mulia yang diwariskan para nabi kepada umat manusia. Dalam Islam, dakwah tidak hanya sebatas menyampaikan ilmu, tetapi juga mengajarkan kebijaksanaan dan keteladanan. Oleh karena itu, seorang da’i dituntut untuk tidak hanya memiliki ilmu yang luas, tetapi juga akhlak yang baik. Kualitas dakwah yang diberkahi Allah tidak hanya ditentukan oleh isi pesan yang disampaikan, tetapi juga oleh karakter pembawanya.
Seorang da’i harus memiliki keikhlasan dalam berdakwah. Ikhlas berarti menyerahkan segala amal hanya kepada Allah, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan duniawi. Keikhlasan ini menjadi dasar bagi diterimanya amal di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an, “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (Qs. Al-Bayyinah: 5). Dengan keikhlasan, dakwah yang disampaikan akan lebih mengena dan membawa manfaat bagi umat.
Selain ikhlas, seorang da’i juga harus membangun adab dalam berdakwah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau selalu menyampaikan dakwah dengan kelembutan, penuh kasih sayang, dan kesabaran. Allah bahkan menegaskan bahwa kelembutan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat bagi umat manusia, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka…” (Qs. Ali Imran: 159). Sikap lembut dalam berdakwah akan lebih efektif dalam menyentuh hati dan mengajak orang kepada kebaikan.
Di samping itu, seorang da’i harus memahami kondisi mad’u (objek dakwah). Menyesuaikan metode dakwah dengan keadaan dan tingkat pemahaman audiens sangat penting agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Rasulullah ﷺ memberikan contoh bagaimana beliau berdakwah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan umatnya, baik kepada anak-anak, orang tua, masyarakat awam, maupun para pemimpin.
Baca Juga: Mengapa Israel Ingin Kuasai Jenin?
Dalam berdakwah, seorang da’i juga harus mengutamakan hikmah dan nasihat yang baik. Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik…” (Qs. An-Nahl: 125). Hikmah dalam dakwah mencakup cara yang bijaksana dalam berbicara dan bertindak, sehingga tidak menimbulkan penolakan atau perpecahan di tengah umat.
Adab seorang da’i juga mencakup kesabaran dalam menghadapi berbagai rintangan. Tidak jarang, dakwah menghadapi penolakan, bahkan celaan dan permusuhan. Namun, para nabi dan ulama terdahulu menunjukkan keteguhan hati dalam menghadapi ujian ini. Kesabaran menjadi kunci utama dalam menjaga konsistensi dan keistiqamahan dalam berdakwah.
Keberkahan dakwah juga terwujud dalam kesederhanaan hidup seorang da’i. Tidak sepatutnya seorang pendakwah mengejar popularitas atau kekayaan dengan menjadikan dakwah sebagai alat untuk kepentingan pribadi. Kesederhanaan akan menjadikan seorang da’i lebih mudah diterima oleh masyarakat dan menumbuhkan ketulusan dalam menyampaikan risalah Islam.
Selain itu, penting bagi seorang da’i untuk menjaga akhlak dalam berinteraksi dengan sesama. Sikap rendah hati, tidak sombong, dan bersikap adil kepada semua golongan akan membuat dakwah lebih efektif. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa seorang Muslim yang baik adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain, baik dengan ilmunya maupun dengan akhlaknya.
Baca Juga: Erdogan, Palestina, dan Kesatuan Dunia Islam
Seorang da’i juga harus menjadi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat lebih mudah menerima ajaran yang disampaikan apabila mereka melihat konsistensi antara perkataan dan perbuatan da’i. Keteladanan merupakan metode dakwah paling ampuh, sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dikenal sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik).
Dakwah yang diberkahi juga menuntut seorang da’i untuk terus meningkatkan ilmu dan wawasan. Ilmu yang mendalam akan memperkuat argumentasi dakwah dan menghindarkan dari kesalahan dalam menyampaikan ajaran Islam. Selain itu, penguasaan ilmu juga mencakup pemahaman terhadap perkembangan zaman agar dakwah tetap relevan dan mampu menjawab tantangan modern.
Selain ilmu, seorang da’i harus memiliki semangat persatuan. Dakwah yang membawa keberkahan adalah yang mempersatukan umat, bukan yang menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, seorang da’i harus bijaksana dalam menyikapi perbedaan, serta mengutamakan ukhuwah Islamiyah di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Peran keluarga juga tidak boleh diabaikan dalam kehidupan seorang da’i. Keluarga yang harmonis dan beradab akan menjadi pendukung utama keberhasilan dakwah. Rasulullah ﷺ selalu menanamkan nilai-nilai Islam dalam keluarganya sebelum menyebarkannya ke masyarakat. Ini menunjukkan bahwa dakwah harus dimulai dari lingkungan terdekat sebelum meluas ke khalayak umum.
Baca Juga: Mehter, Gema Lagu Penyemangat Militer Tertua di Meja Diplomasi Indonesia
Akhirnya, keberkahan dakwah akan terwujud ketika seorang da’i senantiasa bertawakal kepada Allah. Setelah segala usaha dilakukan dengan ikhlas, penuh adab, dan keteladanan, maka hasil dakwah harus diserahkan kepada Allah. Dialah yang membuka hati manusia untuk menerima kebenaran. Dengan demikian, menjadi da’i yang beradab tidak hanya membangun dakwah yang sukses di dunia, tetapi juga meraih ridha Allah di akhirat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Manajemen Risiko dalam Bantuan Kemanusiaan