Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Dai yang Dirindukan: Merajut Dakwah dengan Akhlak dan Kasih Sayang

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 19 detik yang lalu

19 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DAKWAH adalah amanah besar yang diemban oleh setiap Muslim untuk menyampaikan kebenaran Islam kepada sesama. Namun, keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak ilmu yang disampaikan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Seorang dai yang dirindukan adalah mereka yang berdakwah dengan akhlak mulia dan penuh kasih sayang, sehingga dakwahnya diterima dengan hati yang terbuka.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menegaskan pentingnya kelembutan dalam berdakwah. Firman-Nya dalam Surah An-Nahl ayat 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.” Ayat ini mengajarkan bahwa dakwah harus dilakukan dengan hikmah, bukan dengan kekerasan atau pemaksaan.

Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam berdakwah. Beliau tidak hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga menunjukkan Islam melalui akhlak yang luhur. Sikap lemah lembut dan kasih sayang Rasulullah bahkan mampu melunakkan hati musuh-musuhnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana beliau memaafkan penduduk Thaif yang telah menyakiti beliau, meskipun malaikat siap untuk menghancurkan mereka.

Dakwah yang dilakukan dengan akhlak mulia akan lebih efektif dalam menyentuh hati manusia. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, “Lisanul hal afshahu min lisanil maqâl”, yang berarti bahwa perbuatan lebih fasih dibandingkan perkataan. Seorang da’i yang menunjukkan akhlak baik dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah diterima dibandingkan mereka yang hanya pandai berbicara tetapi tidak mencerminkan Islam dalam perbuatannya.

Baca Juga: Kewajiban Berbakti kepada Orangtua

Salah satu aspek penting dalam dakwah adalah kasih sayang. Kasih sayang dalam dakwah mencerminkan ketulusan dai dalam membimbing umat, bukan karena kepentingan pribadi, tetapi demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasulullah SAW yang senantiasa mendoakan umatnya, bahkan mereka yang menentang beliau.

Banyak dai yang hanya fokus pada menyampaikan dalil, tetapi lupa bahwa manusia lebih mudah menerima kebenaran dengan pendekatan emosional dan empati. Oleh karena itu, seorang dai harus memahami kondisi psikologis mad’u (objek dakwah) dan menyampaikan Islam dengan bahasa yang mudah dipahami serta pendekatan yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.

Dalam konteks kehidupan modern, dakwah yang penuh kasih sayang dan hikmah menjadi semakin penting. Banyak orang yang salah paham terhadap Islam karena propaganda negatif atau pengalaman buruk dengan Muslim yang tidak mencerminkan ajaran Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, tugas seorang dai bukan hanya menyampaikan Islam, tetapi juga memperbaiki citra Islam dengan menunjukkan akhlak yang baik.

Menjadi dai yang dirindukan berarti menjadi sosok yang dicintai oleh masyarakat karena kebaikannya, bukan ditakuti karena sikapnya yang kasar. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad). Seorang dai harus menjadi sosok yang bermanfaat bagi lingkungannya, baik melalui ilmu, akhlak, maupun perbuatan nyata.

Baca Juga: 7 Rahasia Hidup Bertetangga dalam Islam

Keikhlasan juga menjadi kunci keberhasilan dakwah. Seorang dai yang ikhlas tidak akan mudah tersinggung jika dakwahnya ditolak, karena ia menyadari bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah. Ia akan terus berdakwah dengan penuh kesabaran, sebagaimana Nabi Nuh AS yang berdakwah selama 950 tahun tanpa mengenal lelah meskipun hanya sedikit yang mengikuti ajarannya.

Dakwah yang dilakukan dengan akhlak dan kasih sayang juga menciptakan ikatan yang kuat antara dai dan mad’u. Dengan demikian, mad’u tidak hanya mendengarkan ceramah, tetapi juga merasakan kehangatan dan perhatian yang tulus dari dai. Hal ini akan membuat mereka lebih mudah menerima Islam sebagai jalan hidup yang penuh kedamaian dan kebahagiaan.

Selain itu, seorang dai yang baik harus memiliki kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan dalam dakwah. Tidak semua orang akan menerima dakwah dengan mudah, bahkan sebagian akan menentangnya. Namun, jika seorang dai tetap istiqamah dengan akhlak yang baik, maka suatu saat hati yang keras pun bisa luluh dan menerima kebenaran Islam.

Penting juga bagi seorang dai untuk selalu meningkatkan ilmu dan memperbaiki dirinya. Dakwah bukan hanya tentang berbicara di atas mimbar, tetapi juga tentang menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Seorang dai yang terus belajar dan memperbaiki diri akan lebih mudah menyampaikan kebaikan kepada orang lain dengan penuh keikhlasan dan keyakinan.

Baca Juga: Doa Berlindung dari Empat Perkara

Pada akhirnya, menjadi dai yang dirindukan adalah tentang bagaimana menyampaikan Islam dengan kelembutan, hikmah, dan kasih sayang, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan pendekatan yang penuh cinta dan kesabaran, dakwah akan menjadi lebih efektif dan membawa perubahan positif dalam kehidupan umat manusia. Semoga kita semua bisa menjadi bagian dari mereka yang menyeru kepada kebaikan dengan akhlak mulia dan hati yang tulus. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kutamaan Lailatul Qadar, Tadabbur Surat Al-Qadar

Rekomendasi untuk Anda