Menjadi Generasi Muda Muslim Terbaik

Oleh : , Kabid Kaderisasi Perhimpunan Dewan Masjid Indonesia (PRIMA ) Jawa Barat

Kitab Suci Al-Quran menegaskan bahwa Umat Islam adalah umat terbaik (khoiro ummah). Umat terbaik karena umat Islam diperintahkan mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.

Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik’. (QS Ali Imran/3: 110).

Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum Mukminin agar tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi. Dalam hal ini, umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai tiga macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah.

Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum Muslimin sejak zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan telah mendarah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan selalu Allah menangkan.

Dalam waktu kurang lebih 53 tahun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat pada masa Khulafaur Rasyidin dapat menjadikan seluruh Jazirah Arab patuh di bawah cahaya Islam. Mereka hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan dan kemakmuran, lahir perdamaian dan persaudaraan antar sesama manusia dari berbagai suku dan kelompok. Padahal mereka sebelumnya adalah umat yang terpecah-belah dan selalu berada dalam suasana kacau, saling berperang dan bermusuh-musuhan.

Berkat keteguhan iman dan kepatuhan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat dalam menjalankan wahyu Allah, agama terbaik ini, dan berkat kesabaran dan kesungguhan tekad dalam menegakkan amar makruf nahi munkar. Iman yang mendalam di hati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, tanpa keraguan sedikitpun.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat/49: 15).

Selama kita sebagai umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki ketiga sifat Khoiro Ummah, umat ini akan jaya dan mulia.

Tidak Ikut-Ikutan

Untuk menjadi generasi Khoiro Ummah, ada satu hal yang harus diperhatikan, yaitu tidak ikut-ikutan pada sesuatu yang bertentangan dengan syariat Islam. Misalnya saja, masih ada di antara sebagian umat Islam yang ikut terlena dalam perayaan agama di luar Islam.

Dalam ritual, agama Nasrani menggunakan lonceng untuk memanggil jemaatnya untuk peribadatan. Agama Yahudi menggunakan terompet untuk memanggil umatnya untuk ritual. Agama Majusi menggunakan api untuk memanggil kaumnya ketika akan memuja Tuhannya.

Lalu, pada pergantian tahun Masehi misalnya, kita tidak habis pikir ketika pukul 00.00 WIB tengah malam, sebagian umat Islam menggunakan ketiganya dalam satu waktu. Lonceng berdentang, terompet berbunyi, dan kembang api dinyalakan.

Penulis dalam hal ini hanya sekadar mengingatkan, agar kita sebagai remaja dan generasi muda Muslim khususnya, tidak mudah ikut-ikutan terhadap kegiatan yang tidak ada sunnahnya. Di samping juga memubazirkan waktu, rentan pergaulan bebas dan cenderung foya-foya, jauh dari ibadah taqarrub ilallah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan sejak 14 abad yang lalu, dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata, Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

Artinya: “Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk (mengikuti) ke dalamnya. Mereka (para sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasrani.? Lalu beliau berkata, Siapa lagi (kalau bukan mereka)”. (HR Bukhari dan Muslim).

Pada hadits lain dikatakan, dari Ibnu ‘Umar, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”. (HR Ahmad dan Abu Daud).

Jangan sampai kita terutama sebagai remaja dan generasi muda Muslim dijebak atau terjebak masuk terperangkap ke dalam aktivitas yang hanya menjauhkan dari ibadah dan dapat menjadikan kita semakin terjebak lebih dalam dan semakin jauh dari Allah. Na’udzubillahi min dzalik.

Semoga kita semua menjadi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang dirindukan di akhirat nanti, karena berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah, wabil khusus menjadi generasi muda terbaik. Aamiin. (A/Gan/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)