Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Hamba yang Dermawan, Bagaimana Caranya?

Widi Kusnadi Editor : Bahron Ansori - 16 detik yang lalu

16 detik yang lalu

0 Views

Foto berbagi (foto: ig)

Menjadi seorang yang dermawan tentu menjadi impian bagi setiap Muslim, meskipun dirinya memiliki keterbatasan harta, apalagi yang diberi karunia berupa kekayaan melimpah. Mengapa demikian? Karena dermawan adalah sifat mulia, baik di hadapan sesama manusia, apalagi di sisi Allah Subhanahu wa  Ta’ala.

Allah Subhanahu wa  Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ (الحديد [٥٧]: ١٨)

“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS Al-Hadid [57]: 18).

Baca Juga: Refleksi Hari Santri 2024, Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan

Imam As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan ayat di atas, bahwa Allah Ta’ala menggunakan ungkapan “pinjaman” untuk menunjukkan kedekatan dan perhatian-Nya kepada hamba-Nya.

Karena Allah Ta’ala memiliki sifat As-Syakur, Al-Karim dan Ar-Rahim, maka Dia menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi setiap kebaikan yang dilakukan hamba-Nya.

Sementara Imam At-Thabari Rahimahullah menyatakan, “pinjaman yang baik” menggambarkan amal yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa ada rasa pamrih, tidak berharap pujian, tidak pula sakit hati karena cacian.

Maka,  jika seseorang mampu berderma semata-mata karena berharap kasih sayang Allah Ta’ala semata, maka baginya akan disediakan dengan pahala yang besar lagi lagung dari sisi Allah Ta’ala.

Baca Juga: Genosida terhadap Pendidikan dan Kebudayaan di Gaza

Imam Al-Ghazali Rahimahullah mendefinisikan dermawan sebagai sifat gemar memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Menurutnya, kedermawanan adalah salah satu cabang dari kebajikan yang mendorong manusia untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi kebaikan orang lain.

Sementara Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah menyatakan bahwa kedermawanan adalah kebiasaan untuk memberikan dari apa yang dimiliki, baik berupa harta, waktu, atau tenaga, dengan niat tulus karena Allah.

Sifat dermawan akan mampu menjauhkan manusia dari sifat kikir dan pelit. Jika pelit menjadi sebab seseorang jauh dari rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sifta dermawan akan mendekatkan pelakunya kepada rahmat dan mapunan Allah Ta’ala.

Sifat dermawan adalah pertengahan antara sifat boros dan pelit. Boros adalah kebiasaan menghabiskan harta (sumber daya) secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan masa depan.

Baca Juga: Mengapa Pengadilan Kriminal Internasional Belum Tangkap Netanyahu?

Orang boros bisa saja mengeluarkan uang untuk barang-barang yang tidak penting. Membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang sia-sia dan maksiat.

Sementara boros dalam hal waktu adalah menghabiskan waktu tanpa aktivitas yang bermanfaat, atau melakukan hal-hal yang tidak bernilai ibadah, bahwan menjauhkan dirinya dari rahmat Allah Ta’ala.

Termasuk bagian dari sifat pelit, atau kikir, adalah kebiasaan menahan sumber daya, baik itu berupa uang, barang atau bantuan lainnya, padahal sebenarnya ia mampu memberikan. Orang yang pelit biasanya enggan berbagi karena mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang lain.

Apakah Menjadi Dermawan Hanya bagi yang Berharta Saja?

Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Jangan Pernah Berhenti Menuntut Ilmu

Menjadi seorang dermawan bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang kaya lagi berharta saja, tetapi orang-orang terbatas finansialnya pun juga bisa mendapat predikat sebagai seorang dermawan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula sifat boros dan pelit tidak hanya menimpa kepada si kaya saja, tetapi si miskin pun juga bisa terjangkit penyakit tersebut.

Bagi seseorang yang tidak memiliki harta, namun diberi kelebihan berupa ilmu, wawasan, atau ketrampilan tertentu, maka ia bisa berbagi ilmunya kepada orang lain. Bisa jadi, ilmu, pengalaman dan ketrampilan menjadi lebih berharga daripada harta atau bantuan materi yang diberikan.

Jika harta yang diberi bisa habis, maka ilmu, wawasan dan pengalaman akan tetap diingat dijadikan sebagai pelajaran dalam menyelesaikan persoalan hidup dan memecahkan permasalahannya.

Baca Juga: Lima Kader Muhammadiyah Perkuat Kabinet Merah Putih

Bagi seseorang yang tidak berharta, tapi memiliki tenaga dan keluangan waktu, maka ia bisa berderma dengan tenaga dan waktu yang ia miliki. Tidak semua kebutuhan mampu diselessaikan dengan uang. Terkadang tenaga dan waktu lebih dibutuhkan daripada uang dan materi lainnya.

Terutama bagi kaum wanita, meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah dan urhatan rekannya juga merupakan bentuk sifat dermawan dengan waktu. Terkadang, kaum wanita hanya perlu didengarkan curhatannya, setelah itu ia merasa lega ketika ada yang bisa diajak berbagi cerita.

Mendoakan orang lain, apalagi tanpa sepengetahuan orang tersebut juga merupakan bentuk dari sifat dermawan. Apalagi saat ini di saat saudara-saudara kita di Palestina sedang berjuang melawan penjajah Zionis Israel, maka mendoakan mereka merukana perbuatan mulia yang menjadi bagian dari kedermawanan seseorang.

Jika kita bertemu dengan rekan, saudara atau anggota keluarga, atau tetangga, ucapkanlah salam, pasanglah wajah ceria, suka cita, murah senyum dan berikan perhatian yang tulus kepada mereka. Hal itu juga merupakan salah satu sifat kedermawanan tanpa harta.

Baca Juga: Di Manakah Jenazah Yahya Al-Sinwar?

Dalam sebuah hadits disebutkan:

وَعَنِ الْحَسَنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيِّ قَالَ: مِنَ الصَّدَقَةِ أَنْ تُسَلِّمَ عَلَى النَّاسِ، وَأَنْتَ طَلِيقُ الْوَجْهِ

Artinya: “Termasuk sedekah adalah engkau mengucapkan salam dengan wajah ceria (tersenyum) kepada orang-orang.” (HR. Ibnu Abi Dunya).

Wallahu a’lam bis shawab

Baca Juga: Pembunuhan Sinwar “Secara Tidak Sengaja”

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Sosok
MINA Preneur
Khadijah
Tausiyah
Tausiyah