Menjadi Manusia Kuat

Di dalam Al-Quran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut dengan beberapa terminologi. Ada kalanya disebut dengan Annas dan Bani Adam. Pada ayat lainnya disebut dengan menggunakan kata Al-Insan. Ada juga yang menggunakan kata Basyar. Masing-masing istilah itu memiliki makna sendiri-sendiri sesuai dengan konteks permasalahan yang hendak dibicarakan.

Dalam Al-Quran, kata Annas disebut sebanyak 240 kali, tersebar dalam 53 surah. Kata Annas menunjukkan manusia sebagai sebuah nama jenis keturunan Adam, yaitu satu spesies di alam semesta. Annas juga menunjukkan pada hakekat manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, baik yang beriman ataupun kafir kepada Allah.

Kata Insan disebutkan dalam Alquran sebanyak 73 kali, tersebar dalam 43 surat. Kata Insan merujuk kepada manusia megandung dua dimensi yaitu dimensi jasmani ( tubuh dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spiritual (ditiupkan roh-Nya kepada manusia). Kedua aspek tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk yang dinamis, istimewa, dan sempurna sehingga mampu menyandang predikat sebagai khalifah Allah di muka bumi. Jika kata Annas adalah bentuk umum, maka Insan ini lebih khusus. Artinya, ada juga manusia yang memiliki ketidaksempurnaan (cacat) dan tidak bisa berbuat dan bergerak secara dinamis karena keterbatasan dan gangguan fisik atau jiwa, terjajah oleh manusia lainnya atau karena faktor lainnya.

Kata Basyar merujuk kepada manusia dalam konteks biologis, mempunyai bentuk tubuh, makan dan minum, mengalami penuaan dan mati. Kata Basyar di dalam al-Quran terulang sebanyak 36 kali, termaktub dalam 26 surat. Jika basyar merujuk kepada keadaan fisik, maka insan merujuk kepada manusia yang memiliki kebudayaan, pendidikan, penalaran, kesadaran, dan sikap hidup.

Imaam Yakhsyallah Mansur, dalam sebuah kesempatan ceramahnya menjelaskan, jika dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 28 dikatakan, manusia (Al-Insan) diciptakan dalam keadaan lemah. Artinya tidak semua manusia itu lemah.  Ada pula manusia yang karena ia melakukan beberapa syarat dan perbuatan yang menjadikannya menjadi kuat.

Dari aspek fisik, jika manusia dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain, yaitu binatang, pastinya manusia akan kalah. Sebagai contoh, kemampuan lari manusia kalah dengan larinya kijang atau kuda. Daya tahan tubuh manusia kalah dengan daya tahan tubuh kerbau atau sapi. Sekuat-kuat gigi manusia, masih kalah dengan kuatnya gigi tikus, musang, dan lainnya.

Menurut para pakar kesehatan, organ tubuh manusia yang paling lemah adalah otak. Oleh karenanya ia dilindungi oleh tengkorak, dilapisi kulit, dan dibungkus rambut. Beberapa masih menambah perlindungan dengan caping, topi, helm dan lainnya. Itulah sederet kelemahan-kelemahan manusia. Maka tidak sepantasnya manusia menyombongkan diri karena kekuatan fisiknya.

Sementara itu, kuat dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti. Kuat bisa dalam hal tenaga, tahan lama, kokoh, tidak mudah terpengaruh, kencang, keras, berkuasa dan memiliki kelebihan atau keunggulan.

Lantas, apa saja hal-hal yang dapat membuat manusia itu menjadi kuat:

  1. Ilmu

Dengan ilmu manusia dapat terbang mengalahkan burung dengan membuat pesawat terbang. Dengan ilmu, manusia juga dapat berlari mengalahkan kuda atau kijang dengan membuat mobil dan motor. Bahkan bisa membuat kreasi apa saja untuk membantu mempermudah pekerjaannya.

Bagi ummat Islam, ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, manusia menyembah Allah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Jika kita ingin menyandang kehormatan luhur, kemuliaan yang tak terkikis oleh perjalanan malam dan siang, tak lekang oleh pergantian masa dan tahun, kewibawaan tanpa kekuasaan, kekayaan tanpa harta, kedigdayaan tanpa senjata, kebangsawanan tanpa keluarga besar, para pendukung tanpa upah, pasukan tanpa gaji, maka kita mesti berilmu.

  1. Berjamaah

Berjamaah (bersatu padu) dalam Islam menduduki posisi yang sangat penting. Persatuan kaum muslimin atas dasar perintah Allah dalam Al-Quran dan Hadits dan larangan berpecah-belah merupakan prinsip yang agung dalam agama Islam. Namun layak disesalkan, kenyataan yang nampak di kalangan kaum muslimin saat ini masih belum menunjukkan hal itu.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjamaah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)

Ibnu Jarir Ath Thabari berkata tentang tafsir ayat ini: Allah Ta’ala menghendaki dengan ayat ini, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama Allah yang telah Dia perintahkan, dan (berpeganglah kamu semuanya) kepada janjiNya yang Dia (Allah) telah mengadakan perjanjian atas  kamu di dalam kitabNya, yang berupa persatuan dan kesepakatan di atas kalimat yang haq dan berserah diri terhadap perintah Allah. [Jami’ul Bayan 4/30.]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,“Dia (Allah) memerintahkan mereka (umat Islam) untuk berjama’ah dan melarang perpecahan. Dan telah datang banyak hadits, yang (berisi) larangan perpecahan dan perintah persatuan. Mereka dijamin terjaga dari kesalahan manakala mereka bersepakat, sebagaimana tersebut banyak hadits tentang hal itu juga.

Al Qurthubi berkata tentang tafsir ayat ini,“Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan. Karena sesungguhnya perpecahan merupakan kebinasaan dan al jama’ah (persatuan) merupakan keselamatan.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Al Qurthubi juga mengatakan,“Maka Allah Ta’ala mewajibkan kita berpegang kepada kitabNya dan Sunnah NabiNya, serta ketika berselisih kembali kepada keduanya. Dan memerintahkan kita bersatu di atas landasan Al Kitab dan As Sunnah, baik dalam keyakinan dan perbuatan. Hal itu merupakan sebab persatuan kalimat dan tersusunnya perpecahan (menjadi persatuan), yang dengannya mashlahat-mashlahat dunia dan agama menjadi sempurna, dan selamat dari perselisihan. Dan Allah memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan yang telah terjadi pada kedua ahli kitab”. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/164)

Beliau juga mengatakan,“Boleh juga maknanya, janganlah kamu berpecah-belah karena mengikuti hawa nafsu dan tujuan-tujuan yang bermacam-macam. Jadilah kamu saudara-saudara di dalam agama Allah, sehingga hal itu menghalangi dari (sikap) saling memutuskan dan membelakangi.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Asy Syaukani berkata tentang tafsir ayat ini,“Allah memerintahkan mereka bersatu di atas landasan agama Islam, atau kepada Al Qur’an. Dan melarang mereka dari perpecahan yang muncul akibat perselisihan di dalam agama.” [Fahul Qadir 1/367.]

Dari penjelasan para ulama di atas, masalah persatuan merupakan urusan yang sangat penting sehingga hal itu harus disadari oleh ummat Islam jika ingin mendapatkan kekuatan, disegani lawan dan dihormati kawan.

  1. Berdoa

Ada kekuatan yang luar biasa yang membuat air laut bisa terbelah. Ada kekuatan yang sungguh luar biasa yang membuat kobaran api menjadi dingin. Ada kekuatan yang sangat dahsyat yang membuat bulan terbelah dua. Ada kekuatan luar biasa yang menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa yang tak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Kekuatan apakah itu? Itulah kekuatan doa.

Siapapun yang serius menggunakan kekuatan doa, inilah orang yang beruntung. Karena kekuatan doa itu dahsyat sekali. Karena yang dituju dan diandalkan dengan sebuah doa itu adalah Dzat Yang Maha Kuasa.

Ikhtiar jika tidak hati-hati, maka seseorang akan memiliki pola pikir mengandalkan dirinya sendiri. Keberhasilan akan membuatnya berbangga diri dan tinggi hati, dan kegagalan akan membuatnya mudah frustasi. Oleh sebab itu kita perlu selalu menyertai ikhtiar dengan doa, sejak sebelum, sedang dan setelah ikhtiar. Mengapa? Supaya yang kita andalkan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena tidak ada sesuatu apapun yang keluar dari kekuasaan Allah-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” lalu jadilah ia.” (QS. Al Baqoroh [2] : 117)

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak akan terjadi melainkan atas izin Allah Swt. Ikhtiar kita tidak akan mencapai hasil jika Allah tidak menghendaki. Pun demikian sebaliknya, kegagalan tidak akan kita temui jikalau Allah tidak mengkhendaki.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak hanya mengetahui masalah kita, tidak hanya mengetahui jalan keluar masalah kita, namun Allah Maha Mengetahui berbagai kebutuhan kita. Allah yang memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya dan Allah berjanji untuk memenuhi doa kita. Bahkan pada ayat yang disebutkan terakhir, Allah mengiringi perintah berdoa dengan petunjuk untuk mewaspadai kesombongan. Orang yang enggan berdoa adalah orang yang sombong. Sedangkan kesombongan adalah awal dari malapetaka yang besar.

Marilah kita menggiatkan diri untuk berdoa kepada Allah. Iringi setiap kesungguhan ikhtiar kita dengan doa yang sungguh-sungguh pula kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tiada kejadian apapun yang akan terjadi kecuali hanya atas kehendak-Nya. (A/P2/P1)

 

(Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.