Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Manusia yang Penuh Kasih Sayang

Farah Salsabila Editor : Rudi Hendrik - 44 detik yang lalu

44 detik yang lalu

0 Views ㅤ

Ilustrasi

RASULULLAH ﷺ adalah teladan utama dalam hal kasih sayang. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut Nabi Muhammad ﷺ dengan sebutan “rahmah” dan menjadikannya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Pola hidupnya adalah rahmat, akhlaknya adalah rahmat, kata-katanya adalah rahmat, dan setiap metode yang digunakan dalam pengajaran, pendidikan, serta pelatihan penuh dengan rahmat.

Allah berfirman: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107).

Allah juga menggambarkan Rasulullah ﷺ sebagai manusia yang penuh kasih sayang dan perhatian terhadap umatnya:

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami. Dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 128).

Baca Juga: Doa Mustajab untuk Muslimah Agar Hidup Lebih Tenang di Bulan Ramadhan

Di era modern ini, kasih sayang semakin mengalami pergeseran makna. Banyak orang tampak dermawan, tetapi sering kali kedermawanan itu hanya bersifat transaksional, bukan lahir dari empati yang tulus. Bantuan diberikan, tetapi tanpa kepedulian terhadap perasaan dan kondisi penerima. Bahkan, dalam keluarga, kasih sayang sering kali tidak seimbang—orang tua memberikan kasih dalam bentuk materi, tetapi gagal menanamkan kelembutan, perhatian, dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan emosional anak.

Konsekuensi dari ketidakseimbangan ini terlihat dalam maraknya kasus kriminal yang terjadi bukan karena kebutuhan, tetapi akibat hilangnya nilai-nilai kasih sayang yang sesungguhnya. Seorang anak tega membunuh ibunya, suami menyiksa istrinya, perundungan di sekolah menjadi hal biasa, dan guru mengajar tanpa keteladanan moral. Semua ini adalah cerminan dari masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai kasih sayang yang utuh.

Rasulullah ﷺ tidak hanya mengajarkan kasih sayang dalam bentuk bantuan materi, tetapi juga melalui perhatian, penghormatan, dan kebaikan hati yang nyata. Kasih sayang yang beliau contohkan tidak bersifat dangkal atau sementara, melainkan hadir dalam setiap interaksi dan menjadi prinsip hidup, salah satu bentuk kasih sayang dalam interaksi adalah dengan memberikan keringanan. 

Rasulullah ﷺ bersabda, “siapa yang tidak menyayangi niscaya tidak akan disayangi,” (Muttafaq ‘alaih)

Baca Juga: 7 Tips Membuat Momen Ramadhan Lebih Spesial Bersama Pasangan

Sebagai seorang muslim, kita perlu meneladani kasih sayang Rasulullah ﷺ dalam berbagai aspek kehidupan, agar dapat mengembalikan esensi kasih sayang yang sejati di tengah masyarakat yang semakin individualistis dan kehilangan arah.

1. Rasulullah ﷺ Menyayangi Umatnya

Rasulullah ﷺ adalah sosok yang sangat menyayangi umatnya, beliau selalu memikirkan umatnya, bahkan hingga detik-detik terakhir kehidupannya. Beliau mendoakan orang yang bersikap lembut kepada manusia agar Allah subhanahu wa ta’ala berlemah lembut kepadanya. Beliau bersabda, 

“Ya Allah siapa yang memimpin urusan umatku dan dia bersikap kasar kepada mereka, maka kasarilah dia. Siapa yang memimpin urusan umatku dan dia bersikap lemah lembut kepada mereka, maka lembutilah dia,” (HR. Muslim)

Dalam berbagai riwayat, beliau sering menangis dan berdoa untuk keselamatan umatnya. Kasih sayang beliau tidak hanya untuk orang-orang yang hidup di zamannya, tetapi juga untuk generasi setelahnya.

Baca Juga: Musibah Banjir, Bagaimana Orang Beriman Menyikapinya?

Dalam salah satu hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Umatku, umatku…” (HR. Muslim)

Kalimat ini menunjukkan betapa besar kecintaan Rasulullah ﷺ kepada umat Islam hingga akhir hayatnya. Di era ini, umat Islam semakin terpecah belah karena perbedaan pandangan dan kepentingan duniawi. Meneladani Rasulullah berarti menjaga ukhuwah Islamiyah dengan saling mendukung dan mencintai sesama Muslim.

2. Rasulullah ﷺ Menyayangi Musuhnya

Meskipun banyak orang yang menentang dan memusuhi Rasulullah ﷺ, beliau tetap memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Salah satu contohnya adalah saat Fathu Makkah (Penaklukan Makkah), di mana beliau memberikan pengampunan kepada orang-orang Quraisy yang sebelumnya menyiksa dan mengusir beliau dari Makkah.

Baca Juga: Da’i Rabbani: Berbicara dengan Hati, Berdakwah dengan Adab

Beliau bersabda kepada penduduk Makkah:

“Pergilah kalian, kalian semua bebas.” (HR. Ibnu Ishaq)

Sering kali kita melihat bagaimana kebencian dan dendam begitu mudah menguasai hati manusia, bahkan hanya karena hal-hal sepele. Media sosial, yang seharusnya menjadi sarana komunikasi dan berbagi ilmu, justru sering berubah menjadi ajang perpecahan dan permusuhan. Perbedaan yang seharusnya menjadi kekayaan dan sumber keindahan malah dijadikan alasan untuk saling menyerang. Banyak orang dengan mudah menghakimi berdasarkan apa yang tampak di layar, tanpa memahami konteks yang sebenarnya.

Padahal, apa yang terlihat di media sosial seringkali berbeda dari realitas. Narasi yang dibangun bisa bias, opini bisa disalahartikan, dan emosi yang terbawa bisa memperkeruh keadaan. Meneladani Rasulullah ﷺ berarti belajar menahan diri, tidak mudah terprovokasi, serta memilih untuk memaafkan dan tetap menyebarkan kebaikan. Beliau mengajarkan bahwa kasih sayang tidak hanya diberikan kepada mereka yang berbuat baik kepada kita, tetapi juga kepada mereka yang pernah menyakiti kita. Terlebih lagi, sebagai sesama Muslim, kita seharusnya lebih mengutamakan persaudaraan dan menjaga ukhuwah daripada tenggelam dalam permusuhan yang hanya melemahkan umat.

Baca Juga: Ramadhan: Momentum Kepedulian Umat Islam terhadap Palestina

3. Rasulullah ﷺ Menyayangi Kaum Perempuan

Islam hadir dengan membawa kemuliaan bagi perempuan, mengangkat derajat mereka dari perlakuan yang tidak adil menuju penghormatan yang penuh kasih. Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam memperlakukan perempuan dengan cinta, penghormatan, dan kelembutan. Beliau bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR. At-Tirmidzi), menegaskan bahwa kebajikan seorang laki-laki dapat diukur dari bagaimana ia memperlakukan istrinya.

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang berusaha menanggung janda dan orang miskin, maka dia bagaikan mujahid di jalan Allah atau orang yang berpuasa pada siang hari dan mendirikan shalat pada malam hari.” (Muttafaq ‘alaih). Hadis ini menunjukkan betapa besar kedudukan orang yang menjaga dan melindungi perempuan yang membutuhkan, baik dalam aspek finansial, emosional, maupun sosial.

Namun, ironisnya, hingga hari ini banyak perempuan yang masih menjadi korban kekerasan fisik, verbal, dan psikologis dalam rumah tangga. Banyak suami yang justru menjadikan istri sebagai pelampiasan emosi, alih-alih menciptakan rumah tangga yang penuh ketenangan dan kasih sayang sebagaimana yang Rasulullah ﷺ ajarkan. Padahal, Rasulullah ﷺ tidak hanya mengajarkan kasih sayang dalam teori, tetapi juga dalam praktik nyata. Beliau tidak pernah mengucapkan kata kasar kepada istri-istrinya, bahkan ketika menghadapi situasi yang sulit. Beliau juga membantu pekerjaan rumah tangga dengan penuh ketulusan.

Meneladani Rasulullah ﷺ berarti membangun rumah tangga yang harmonis dengan dasar kasih sayang, penghormatan, dan kerja sama. Seorang laki-laki tidak hanya harus menjadi pemimpin, tetapi juga pelindung dan pengayom bagi istri dan keluarganya.

Baca Juga: Hidup Itu Seperti Game, Yuk Cek Level Kita!

4. Rasulullah ﷺ Menyayangi Anak-anak

Kasih sayang Rasulullah ﷺ terhadap anak-anak begitu nyata dan tulus. Beliau tidak hanya memberikan perhatian, tetapi juga melibatkan diri dalam kehidupan mereka dengan bermain, bercanda, dan bahkan mencium anak-anak sebagai bentuk kasih sayang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, di era modern ini, banyak anak tumbuh tanpa mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka. Kesibukan pekerjaan, tuntutan karier, dan gaya hidup modern sering kali menjauhkan orang tua dari anak-anaknya. Kehadiran fisik tidak selalu disertai dengan kehadiran emosional, sehingga anak-anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang yang seharusnya.

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kebutuhan anak tidak hanya sebatas makanan dan pakaian, tetapi juga kelembutan, perhatian, bimbingan moral, dan ilmu agama. Pola asuh yang penuh kasih sayang bukan hanya menciptakan kedekatan emosional, tetapi juga menjadi fondasi bagi pembentukan karakter yang kuat. Sebagai orang tua dan pendidik, kita perlu meneladani Rasulullah ﷺ dalam mendidik anak dengan kasih sayang yang seimbang—antara kelembutan dan ketegasan, antara cinta dan keteladanan, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia dan penuh empati.

Baca Juga: 6 Amalan Muslimah Penghuni Surga Firdaus

5. Rasulullah ﷺ Menyayangi Kaum Dhuafa

Rasulullah ﷺ menunjukkan perhatian besar terhadap orang-orang miskin, anak yatim, dan kaum yang membutuhkan. Beliau tidak hanya menganjurkan umatnya untuk membantu mereka, tetapi juga memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku dan orang yang mengurus anak yatim seperti ini di surga,” sambil menunjuk jari telunjuk dan jari tengah yang berdampingan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau juga menegaskan bahwa keberkahan dan kemenangan suatu kaum bergantung pada perhatian mereka terhadap golongan yang lemah, “Carikan aku kaum dhu’afa. Sesungguhnya kalian dilimpahi rezeki dan dimenangkan dengan keberadaan kaum dhu’afa kalian.” (HR. Abu Dawud)

Namun, di era modern, kemiskinan masih menjadi tantangan besar. Sayangnya, bantuan yang diberikan sering kali hanya sebatas materi, tanpa disertai kepedulian dan empati yang mendalam. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa memberi bukan sekadar transfer kekayaan, tetapi juga keterlibatan emosional dan sosial dalam kehidupan mereka yang membutuhkan. Menyayangi kaum dhuafa berarti memahami kesulitan mereka, memperlakukan mereka dengan hormat, dan berusaha membantu dengan tulus—bukan sekadar untuk formalitas atau pencitraan.

6. Rasulullah ﷺ Menyayangi Hewan dan Alam

Kasih sayang Rasulullah ﷺ tidak terbatas pada manusia, tetapi juga meluas kepada hewan dan lingkungan. Beliau mengajarkan bahwa semua makhluk memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik. Rasulullah ﷺ melarang menyakiti hewan, bahkan dalam proses penyembelihan, beliau menekankan agar dilakukan dengan cara yang paling baik dan tidak menyiksa. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang wanita diazab karena mengurung seekor kucing hingga mati. Maka, ia pun masuk neraka karena perbuatannya. Ia tidak memberinya makan dan minum saat mengurungnya, serta tidak pula melepaskannya agar bisa makan dari serangga tanah.” (HR. Bukhari No. 2365 & Muslim No. 2242)

Baca Juga: Semangat Ramadhan untuk Pembebasan Masjidil Aqsa

Sebaliknya, ada kisah tentang seorang laki-laki yang diampuni dosanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan, “Suatu ketika, ada seorang laki-laki yang sedang berjalan di suatu jalan. Dia merasa sangat kehausan, lalu menemukan sebuah sumur. Dia turun ke dalam sumur itu untuk minum, kemudian keluar. Tiba-tiba dia melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilat tanah karena kehausan. Dia berkata dalam hati, ‘Anjing ini merasakan kehausan seperti yang aku alami.’ Maka, dia mengisi sepatunya dengan air, lalu membawanya dengan mulutnya untuk naik ke atas, lalu memberi minum kepada anjing itu. Maka Allah pun berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya.” (HR. Bukhari No. 174 & Muslim No. 2244)

Di era modern ini, eksploitasi alam semakin merajalela, hutan-hutan ditebang tanpa kendali, pencemaran lingkungan meningkat, dan banyak hewan diperlakukan dengan kejam demi keuntungan. Meneladani Rasulullah ﷺ berarti mengambil langkah nyata untuk menjaga kelestarian alam, tidak membuang sampah sembarangan, tidak berlebihan dalam menggunakan sumber daya, serta memperlakukan hewan dengan kasih sayang. Dengan meneladani sikap Rasulullah ﷺ dalam mencintai lingkungan dan makhluk hidup, kita tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem tetapi juga mendapatkan keberkahan dalam kehidupan.

Beliau bersabda, “Barang siapa yang menyayangi makhluk di bumi, maka akan disayangi oleh yang di langit.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Menjadi Muslim yang penuh kasih sayang berarti meneladani sifat Rasulullah ﷺ dalam segala aspek kehidupan. Di zaman yang semakin individualistis ini, kita harus kembali kepada ajaran beliau yang mengajarkan keseimbangan antara memberi dan peduli, antara membantu dan memahami.

Baca Juga: 7 Ayat Al-Qur’an yang Menegaskan Kewajiban Membantu Palestina di Ramadhan

Dengan menebar kasih sayang, kita tidak hanya mengikuti jejak Rasulullah ﷺ, tetapi juga membawa keberkahan dalam hidup dan menjadi bagian dari rahmat bagi semesta alam. Kasih sayang bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang memahami, memaafkan, dan menghormati sesama, sebagaimana Rasulullah ﷺ telah mencontohkannya bagi kita semua.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: [POPULER MINA] Ramadhan di Palestina dan Trump Usir Zelenskyy

Rekomendasi untuk Anda