Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Muslimah yang Amanah

Farah Salsabila Editor : Widi Kusnadi - 53 detik yang lalu

53 detik yang lalu

0 Views ㅤ

Ilustrasi Muslimah

Yuk, coba kita merenung sebentar dan lihat kenyataan yang ada di lingkungan dan Masyarakat kita. Sadar nggak sih kalau di zaman sekarang, jujur dan amanah itu ibarat barang langka. Bohong sudah jadi hal biasa, janji diingkari tanpa rasa bersalah, dan kepercayaan gampang banget dikhianati demi kepentingan sendiri.

Dari bisnis yang penuh tipu-tipu, pergaulan yang suka bocorin rahasia, keluarga yang kadang lupa sama tanggung jawabnya, para pemangku kepentingan yang membuat aturan tidak merata, sampai pemimpin yang tidak peduli dengan rakyatnya. Jadi, masih adakah orang yang benar-benar amanah?

Yang bikin miris, kadang kita sendiri nggak sadar ikut kebawa arus ini. Misalnya, ibu yang bohong ke anaknya biar nurut, istri yang nyembunyiin sesuatu dari suami dengan alasan demi kebaikan, di tongkrongan bikin candaan bohongan supaya teman ketawa, atau pekerja yang leha-leha tapi tetap mau gaji penuh. Kelihatannya sepele, tapi kalau dibiarkan, amanah dalam hidup kita bisa makin terkikis.

Islam sangat menekankan pentingnya amanah sebagai salah satu pilar utama keimanan. Amanah menjadi satu karakter terpenting dari semua akhlak mulia dan sifat terpuji. Rasulullah ﷺ menjadi panutan dalam hal amanah. Beliau mendapat julukan Al-Amin (yang terpercaya) karena sifatnya yang teguh dalam menjaga amanah.

Baca Juga: Menjaga Kualitas Ibadah Ramadhan Sambil Urusi Kerjaan dan Rumah Tangga, Emang Bisa?

Kejujurannya tidak hanya terlihat dalam ucapan dan perilakunya, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupannya—baik sebagai pedagang, pemimpin, suami, maupun sahabat. 

Dari Rasulullah ﷺ, kita belajar bahwa setiap peran yang kita jalani adalah amanah. Peran bukan sekadar label atau tempelan yang melekat pada diri kita, tapi ada tanggung jawab besar yang harus kita penuhi.

Coba kita renungkan, apa saja peran yang telah Allah berikan kepada kita? Sejak lahir, kita sudah memegang peran sebagai seorang anak. Pertanyaannya, apakah kita sudah menjalankan amanah itu dengan baik sesuai yang Allah perintahkan?

Seiring bertambahnya usia, peran kita pun semakin banyak. Kita menjadi siswa di sekolah, lalu mungkin menjadi suami atau istri, orang tua, pemimpin untuk sebuah kelompok, anggota masyarakat, dan masih banyak lagi. Setiap peran erat kaitannya dengan tanggung jawab yang harus ditunaikan, karena pada akhirnya, semua amanah itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. 

Baca Juga: Panduan Shalat Tarawih di Rumah untuk Muslimah

Nabi ﷺ mengajarkan untuk mengemban amanah kerja dan tanggungjawab apapun. Baik tanggungjawab yang bersifat umum atau bersifat khusus. Beliau menjadikan semua urusan kehidupan sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat. Beliau bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Amir (kepala negara) adalah pemimpin manusia secara umum, maka dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan dia akan diminta pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Mari kita bahas beberapa peran yang kita jalani dan bagaimana kita bisa menjadi Muslimah yang amanah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam seri ini, kita akan belajar dari teladan Rasulullah ﷺ dalam menjaga amanah.

Amanah bukan hanya soal kepercayaan besar, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalankan tanggung jawab dalam peran-peran yang kita emban—sebagai anak, istri, ibu, pekerja, sahabat, dan anggota masyarakat. Dengan memahami dan menerapkan amanah dalam setiap aspek kehidupan, kita bisa lebih dekat dengan akhlak yang dicontohkan Rasulullah ﷺ. 

Pertama, jika kamu seorang karyawan atau bekerja, jalankan tugasmu sesuai dengan job description yang telah diberikan oleh atasan dengan sebaik mungkin. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh, Allah menyukai seseorang yang ketika bekerja, ia melakukannya dengan sebaik-baiknya.” (HR. Al-Baihaqi). Bekerja dengan profesional dan penuh tanggung jawab bukan hanya bentuk kepatuhan terhadap atasan, tapi juga bagian dari amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Baca Juga: Tips Aman Puasa Ramadhan Bagi Ibu Menyusui 

Kedua, selalu jaga amanah dalam jual beli saat berdagang. Seorang mukmin sejati tidak berbuat curang atau berkhianat. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah ﷺ pernah melewati tumpukan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan itu dan mendapati jari beliau basah. Beliau pun bertanya, “Apa ini, wahai penjual makanan?” Penjual itu menjawab, “Itu terkena air hujan, wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Kenapa makanan yang basah tidak diletakkan di bagian atas supaya orang-orang bisa melihatnya? Siapa yang berbuat curang, dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Muslim).

Dari hadis ini, kita belajar bahwa dalam berdagang tidak boleh ada kecurangan atau trik licik untuk menarik pembeli, seperti yang sering terjadi di zaman sekarang. Kejujuran dalam bisnis bukan hanya soal etika, tapi juga bagian dari amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. 

Ketiga, jaga rahasia dan aib orang lain dengan baik. Ini termasuk amanah dalam kata-kata. Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika seseorang menyampaikan perkataan kepada orang lain, lalu dia menoleh (ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada orang lain yang mendengar), maka perkataan tersebut adalah amanah (rahasia yang harus dijaga).” (HR. Abu Dawud).

Selain menjaga rahasia, amanah dalam kata-kata juga mencakup tidak membuat sumpah palsu, tidak menyebarkan rahasia rumah tangga, serta menjaga urusan pribadi antara suami dan istri. Apa yang dipercayakan kepada kita, baik dalam bentuk ucapan maupun informasi, harus dijaga dengan baik agar tidak merusak kepercayaan dan menimbulkan fitnah. 

Baca Juga: Di Tengah Kehancuran Gaza, Para Janda Berjuang Menghidupi Anak-anaknya

Keempat, menjaga titipan orang lain. Ini sering dianggap sepele, padahal termasuk amanah yang harus dijaga. Misalnya, ada teman yang menitipkan sepeda, tapi tanpa izin kita pakai untuk keperluan pribadi. Meskipun tampak sepele, ini sudah termasuk mengkhianati amanah. Keteladanan dalam menjaga amanah ini terlihat jelas dalam peristiwa hijrah. Rasulullah ﷺ merencanakan perjalanan secara rahasia untuk menghindari kejaran kaum Quraisy.

Namun, sebelum pergi, beliau mengamanahkan Ali bin Abi Thalib r.a. untuk tetap tinggal di Makkah. Tugasnya adalah mengembalikan barang-barang titipan orang-orang Quraisy yang selama ini disimpan di rumah Rasulullah ﷺ. Dari kisah ini, kita belajar bahwa menjaga titipan, sekecil apa pun, adalah bagian dari amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Amanah bukan hanya soal janji besar, tapi juga tentang bagaimana kita menghargai kepercayaan yang diberikan orang lain.

Masih banyak lagi peran-peran lain yang bisa kita teladani dari Rasulullah ﷺ. Apa yang sudah kita bahas di atas hanyalah sebagian kecil dari contoh yang mungkin paling sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terus belajar dan meneladani Rasulullah ﷺ, kita bisa menjadi Muslimah yang lebih amanah dalam setiap peran yang kita emban. Karena sejatinya, menjaga amanah bukan hanya tentang memenuhi kewajiban, tetapi juga tentang bagaimana kita menumbuhkan kepercayaan, kejujuran, dan tanggung jawab dalam kehidupan.  

Kok menjaga amanah seperti berat sekali yah? Memang menjaga amanah adalah hal yang sangat sulit dan berat. Maka dari itu, hadiah yang diberikan Allah pun nggak kaleng-kaleng, Allah janjikan surga firdaus, surga tertinggi untuk orang-orang yang amanah.

Baca Juga: 10 Rahasia Sukses Muslimah Mengatur Keuangan di Era Digital

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “(sungguh beruntung pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka. Orang-orang yang memelihara shalat mereka. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. Yaitu orang-orang yang akan mewarisi surga firdaus mereka kekal di dalamnya,“ (Q.S. Al-Mu’minun: 8 – 11).

Sobat muslimah, amanah adalah bagian dari hidup kita, kita tidak bisa menolaknya karena sejatinya setiap urusan kita di dunia adalah amanah. Kewajiban sebagai seorang hamba Allah, serang musim, seorang anak, orang tua, pemimpin, sebagai masyarakat sosial, dan peran lainnya, tentu memiliki aktivitas amanah di dalamnya.

Namun, perlu diingat , Allah yang Maha Pemurah, memberikan keringanan kepada hambanya berupa menjalankan setiap perintah sesuai dengan kemampuan hamba-Nya, namun kita harus maksimal dan bersungguh-sungguh dalam menunaikannya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Presiden Prabowo Soroti Isu Lingkungan, Kemiskinan, dan Kesehatan di Kongres XVIII Muslimat NU 

Rekomendasi untuk Anda