Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA, Duta Al-Quds Internasional
Menjadi pembela dapat bermakna membela orang lain yang dianiaya, dirugikan, atau diperlakukan tidak adil.
Menjadi pembela juga dapat berupa individu yang secara aktif mendukung suatu tujuan atau keyakinan. Sehingga mereka dapat menyumbangkan waktu, uang, atau bakat mereka untuk mempromosikan tujuan tersebut dan meningkatkan kesadaran kepada khalayak tentang yang dibelanya.
Menjadi pembela dapat juga berupa individu yang melindungi sesuatu yang berharga bagi mereka, seperti lingkungan, budaya, atau tradisi. Mereka dapat mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan pada hal yang berharga itu, dan memastikan kelestariannya.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Apalagi ini menjadi pembela Baitul Maqdis, menandakan yang kita bela itu adalah tempat penuh berkah yang sedang dianiaya, dirugikan dan diperlakukan tidak adil.
Menjadi pembela Baitul Maqdis, menunjukkan keyakinan kuat kita terhadap tempat suci sehingga kita bersedia menyumbangkan waktu, tenaga, pemikiran, uang, dan apapun yang bisa kita lakukan demi tetap terjaganya tempat mulia itu.
Menjadi pembela Baitul Maqdis menunjukkan bahwa apa yang kita bela merupakan sesuau yang sangat berharga, bahkan paling berharga kita dimiliki umat Islam, yang sedang terzalimi.
Menjadi pembela Baitul Maqdis disebutkan di dalam sebuah hadits:
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
لاَ تَزَالُ طَاِئفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ لِعَدُوِّهِمْ قَاهِرِيْنَ.لاَيَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلاَّ مَا أَصَابَهُمْ مِنَ اْلأَوَاءِ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَالِكَ.قَالُوْا : ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَأَيْنَ هُمْ؟ قَالَ: بَيْتُ الْمُقَدَّسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمُقَدَّسِ
Artinya: ”Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang selalu menolong kebenaran atas musuh mereka . orang-orang yang yang menyelisihi mereka tidak akan membuat mereka goyah kecuali orang yang tertimpa cobaan sampai datang kepada mereka janji Allah. Mereka bertanya. Wahai Rasulullah di manakah mereka? Beliau menjawab: Baitul Maqdis dan sisi-sisi Baitul Maqdis” (HR Ahmad).
Walau sejengkal demi sejengkal tanah Palestina dirampas Zionis, sejak Deklarasi Balfour 2 November 1917, Hari Nakbah 15 Mei 1948, dan Hari Naksah 5 Juni 1967, serta Perjanjian Oslo 1993 dan 1995, hingga penyerangan Rafah 2024, seluruh warga Gaza dan para pejuang Palestina tak bergeming untuk meraih haknya kembali.
Pengusiran demi pengusiran silih berganti dari tahun ke tahun, saat kembali (haqqul ‘audah) tetap dicanangkan. Kunci-kunci rumah warga tetap disimpan untuk nanti dikeluarkan lagi saat tiba waktunya kembali ke kampung halaman, tanah airnya sendiri, Palestina.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Saat moncong-moncong senjata menghadang, kendaraan lapis baja merangsek, buldozer pun menghancurleburkan bangunan fisik. Toh Intifadhah sebiji batu-batu bagai Abaabiil itu pun tak juga pernah ragu untuk berhenti.
Guru kami, Imam Masjidil Aqsha terdahulu Syaikh Prof Dr Mahmoud Muhammad Shiyam dalam syairnya “Darah Nyalakan Palestina”, menyebut dengan nada menantang, “Darah Palestina memiliki pajak, meski kondisi mereka sangat melelahkan. Kubah Al-Aqsha telah merintih dan menjerit karena ditawan, akibat konspirasi menakutkan.”
Hanya Allah milikmu, wahai Palestina. Walau dengan kondisi yang begitu riskan, sementara kumpulan pasukan menebar kerusakan di sekumpulan warga di kamp pengungsian. Tak perlu khawatir sebab jihad di sisimu wahai Palestina. Akan terus berkobar agar kembali tempat-tempat suci yang terampas, anak-anakmu yang sabar, memasuki kancah pertempuran.
Jihad melawan kezaliman, meski kadang sehari padam. Namun mereka anak-anak pejuang akan terus menyelakan kembali api itu”. (Sumber: “Jihad Syi’bi Filistin”, Mu’assasah Al-Quds ad-Dauliyyah Yaman, 2009).
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Apalagi ini sudah sampai pada penghalangan, penodaan, penghadangan detektor, penembakan, dan upaya perobohan Masjid Al-Aqsa, tempat suci para Nabi dan Rasul shalat di dalamnya.
Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita tentang kewajiban berjihad dengan harta dan jiwa menjaga Masjid, apalagi Masjid Al-Aqsa yang masih dalam cengkeraman Zionis, di antaranya melalui beberapa ayat dan hadits :
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
Artinya : “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut [kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat“. (QS Al-Baqarah [2]: 114).
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Apalagi kita mendengar, melihat, dan mengetahui nasib kaum Muslimin, yang kehormatannya dilanggar. Maka kita wajib membela dan menolongnya, serta mengembalikannya ke kondisi semula, yakni dalam keadaan aman.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan di dalam hadits:
مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ. وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَه
Artinya : “Tidaklah seseorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat di mana kehormatannya dilanggar dan dilecehkan, kecuali Allah akan membiarkannya di tempat yang ia menginginkan pertolongan-Nya di sana. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim di tempat yang kehormatannya dilanggar kecuali Allah akan menolongnya di tempat yang menginginkan ditolong oleh-Nya,” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Pada hadits lain juga disebutkan:
فُكُّوا الْعَانِيَوَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ
Artinya : “Bebaskan orang yang sedang ditawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Bukhari).
Begitulah, menjadi pembela Baitul Maqdis, hendaknya disambut hangat oleh segenap umat Islam, yang berkomitmen menjaga kehormatan Islam dan Muslimin. Baitul Maqdis, Masjidil Aqsa, adalah lambang kehormatan Islam dan Muslimin yang wajib dipertahankan, dibela dan dimakmurkan.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Baitul Maqdis kini berada di tengah kepulan asap tebal yang mengelilingi seluruh kawasan Arab. Negeri yang menjadi pusat pergolakan dunia. Badai yang menerpa Palestina dan sekitarnya, yang diselimuti wajah mengerikan imperialisme penjajahan, taring-taring kesewenang-wenangan, tempat di mana aroma darah, api dan puing-puing reruntuhan bertebaran, sisa-sisa potongan tubuh yang berserakan, semua itu disebabkan oleh senjata penghancur Zionis yang melawan kebebasan bangsa dan negara.
Gugurnya para syuhada satu demi satu setiap saat, dari kalangan anak-anak, remaja, orang-orang tua, ibu-ibu hamil, hingga bayi-bayi mungil. Justru itu cara Allah memanggil mereka dengan gelar “Syuhada”.
Mereka justru hidup di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن يُقْتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتٌۢ ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS Al-Baqarah [2] : 154).
Begitu pula cara Allah menggerakkan jiwa-jiwa umat Muslim yang masih punya jiwa dan nyali sebagai Muslim, yang memiliki warisan ruhul jihad dan senjata kesatuan umat yang sangat dahsyat (bil jama’ah).
Ya, menjadi pembela Baitul Maqdis, kini pun dilakukan oleh aktivis pro-Palestina dan warga dunia dari Timur ke Barat, Utara ke Selatan. Bahkan di pusat-pusat kota negara pendukung penjajahan, seperti di Paris (Prancis), London (Inggris), hingga New York (Amerika Serikat).
Tepatlah apa yang dikatakan Presiden Turkiye, Reccep Tayyip Erdogan, “Tak perlu menjadi Muslim untuk membela Palestina. Cukup kau menjadi manusia!”
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Tentu jauh lebih tegas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya :
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِى هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
Artinya : “Janganlah mengencangkan melakukan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Padahal waktu itu pun Masjidil Aqsa dan Baitul Maqdis keseluruhan dalam kekuasaan Imperium Romawi Timur (Byzantium).
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Maka, kalau sudah bicara Al-Aqsa, harus segera merespon, tidak boleh ditunda-tunda lagi, harus mengencangkan aktvitas, untuk pembebasan Al-Aqsa, Baitul Maqdis dan Palestina keseluruhan.
Kini manusia-manusia di seantero dunia berdiri menjadi pembela Baitul Maqdis. Apatah lagi sebagai seorang Muslim ! []
Mi’raj News Agency (MINA)