Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa

Redaksi Editor : Bahron Ans. - 19 detik yang lalu

19 detik yang lalu

0 Views

Seorang pemuda membawa bendera Palestina (foto: ig)

Oleh Meilina Fitrianti, aktivis Muslimah untuk Palestina

 “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. ” Inilah sebuah kutipan Bung Karno yang begitu terkenal,  terus mendidih, menggodok semangat pemuda Indonesia. Dari ucapannya tersebut, ada pesan tersirat, makna yang dalam, mewarisi semangat juang&patriotisme bangsa Indonesia.

Kalimat di atas mengandung arti bahwa pemuda adalah tulang punggung bangsa, tumpuan dan harapan ibu pertiwi. Di pundaknya ada tanggung jawab besar karena dialah generasi penerus bangsa.

Jauh sebelum itu Rasulullah dalam sebuah hadist Ibnu Abbas Radhiallahu anhu pernah memberi nasihat kepada seseorang, untuk menggunakan secara maksimal dengan lima hal sebelum datang lima lainnya; “ yakni masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum masa sakit, masa kayamu (ketika berkecukupan) sebelum masa fakir (membutuhkan, tidak punya apa-apa), waktu luang, kesempatanmu sebelum masa sibuk, dan masa hidupmu sebelum datang kematian”.

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

Mengingat betapa besar sumber daya dan potensi yang dimiliki pemuda, maka sepantasnya lah kita sebagai pemuda Muslim terus mengupgrade diri menjadi pemuda yang dapat memberikan contoh baik, memberikan energi positif dan menjadi role mode bagi pemuda lainnya, tentunya dalam ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Peran pemuda sangat dibutuhkan pada semua aspek kehidupan, berbangsa dan bertanah air. Perannya memiliki posisi yang begitu krusial sebagai salah satu agen perubahan. Tak terkecuali kiprahnya dalam memperjuangkan Al-Aqsa dan Palestina. Apalagi kini kita hidup di zaman persimpangan peradaban. Kita dapat menyaksikan kembali aksi heroik dari para pejuang di tanah Palestina. Kita mengenalnya, bahkan bisa melihatnya di berbagai platform media.

Saat ini kita tidak sedang hidup di zaman Umar Bin Khatab saat membebaskan Baitul Maqdis pada tahun  637 M silam, tidak juga hidup di zaman Salahuddin Al-Ayyubi  ketika membebaskan Baitul Maqdis pada tahun 1187 M lalu.  Namun kita ditakdirkan hidup di  akhir zaman, menyaksikan Al-Aqsa kembali dinodai dan dinista oleh Zionis Yahudi.

Kita juga menyaksikan dengan mata kepala kita sendiri tentang para kesatria di sekeliling Baitul Maqdis. Mulai dari Abu Ubaidah, juru bicara brigade Izzuddin Al-Qassam, Ismail Haniyah, kepala biro politik pejuang Hamas, hingga puncaknya dunia melihat aksi heroik Sang Syahid Yahya Sinwar yang berjuang melawan penjajah sampai akhir hidupnya.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

Tidak ada kata tunduk, tak ada lambaian tangan tanda menyerah. Mereka benar-benar berjuang dengan harta dan jiwa hingga nafas terakhirnya. Dia hidup sebagai pejuang dan mati sebagai syuhada. Namanya tercatat dalam tinta sejarah baru abad ini.

Bagaimana kiprah kita para pemuda bangsa dalam memperjuangkan Al- Aqsa dan Palestina?

Untuk memulai langkah kita, kita perlu memahami bahwa cita-cita Zionisme bukan sekadar ingin menguasai Palestina, tapi juga ingin mencaplok Al-Quds yang mereka anggap bagian tak terpisahkan dari sejarah palsu mereka. Pada 8 November 1949 David Ben Gurion, perdana menteri ilegal Israel mengklaim Al-Aqsa adalah bagian dari Israel.

David Ben Gurion pernah berkata “ tidak ada artinya Israel jika tanpa Yerusalem, dan tidak ada artinya Yerusalem jika tanpa kuil Solomon “. Kata-kata ini menggambarkan dengan jelas bahwa cita-cita mereka adalah menguasai Al-Quds, merobohkan Al-Aqsa. Mereka ingin menggantikan Al-Aqsa dengan membangun kuil yang mereka sebut sebagai “Third Temple”.

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Gerakan Zionisme begitu teguh mengejar impian mereka. Mereka berani memperjuangkan klaim palsu dengan  semangat penuh.

Lalu bagaimana dengan kita umat Islam, khususnya di Indonesia? Bukankan kita harus memiliki tekad yang sama kuat dari Zionis, bahkan harus melebihi mereka untuk melindungi dan memperjuangkan Al-Aqsa dan Palestina?

Itulah alasan kita para pemuda bangsa untuk berkiprah dalam membesbaskan Al-Aqsa. Penting bagi generasi di era modern ini untuk tetap mempelajari sejarah di masa lalu, sebagai benteng untuk merebut kembali Al-Aqsa dan menjadi bara api agar senantiasa menyala semangat kita dalam memperjuangkannya.

Kemudian, bila kita berpikir bahwa yang bisa membebaskan Al-Aqsa dan Palestina hanyalah mereka yang berjuang di medan pertempuran atau harus dengan menjadi sosok yang bersinar maka kita salah. Justru para pejuang generasi pembebas Al-Aqsa, generasi Umar Bin Khatab, generasi Salahuddin  Al-Ayyubi adalah mereka dengan segala potensinya, dari berbagai elemen yang ikut bergerak, mengupayakan segala kemampuannya dalam memperjuangkan pembebasan Masjidil Aqsa dan Palestina.

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَۗ وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ ۝١٦٤

Artinya : “ Ada beberapa rasul yang telah Kami ceritakan (kisah) tentang mereka kepadamu sebelumnya dan ada (pula) beberapa rasul (lain) yang tidak Kami ceritakan (kisah) tentang mereka kepadamu. Allah telah benar-benar berbicara kepada Musa (secara langsung)” QS. An-Nisa: 164.

Ayat di atas memberikan pencerahan kepada kita semua bahwa di antara utusan Allah, ada yang disebutkan namanya dan yang tidak Allah sebutkan namanya dalam Al-Qur’an. Keduanya memiliki kebaikan masing-masing tanpa mengurangi kemuliaannya.

Semuanya memberikan kontribusinya masing-masing. Dikenal atau tidak, hal itu tidaklah mengurangi ganjaran mereka di mata Allah SWT.

Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat

Maka siapapun yang mampu berperan dalam membebaskan Al-Aqsa dan Palestina, terutama para pemuda yang sedang bertumbuh, mari gunakan segenap potensi yang ada untuk  memperjuangkan Palestina.

Seberapapun andil kita akan memiliki dampak positif dan bernilai mulia di hadapan Allah Ta’ala bila kita terus optimis, konsisten dan bersatu dalam visi dan misi yang sama untuk Al- Aqsa dan Palestina.

Seorang guru bisa mengajarkan dan twrus mengingatkan kepada anak didik mereka tentang pentingnya Al-Aqsa dan Palestina. Seorang penulis bisa menghidupkan literasi seputar Al-Aqsa. Seorang dokter dengan misi kemanusiaannya. Seorang konten kreator bisa membuat konten-konten yang kaya informasi dan mengedukasi. Reporter yang membuat narasi & pemberitaan tentang Palestina.

Seorang influencer yang dapat memberikan contoh serta mengajak ribuan bahkan jutaan followersnya dalam menyuarakan palestina dan mengumpulkan donasi untuk palestina. Seorang pengusaha hingga seorang seniman yang membicarakan Palestina lewat karya-karya seninya, dan masih banyak lagi potensi para pemuda. Semuanya bagian dari kiprah pemuda dalam memperjuangkan Al-Aqsa dan Palestina.

Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara

Bukan itu saja, kita dapat terus mengupayakan gerakan-gerakan yang selama ini sudah kita gaungkan bersama. Diantaranya aksi-aksi, berdonasi, boikot segala yang terafiliasi dengan zionis. Dan yang tak kalah penting seperti yang telah disebutkan, yaitu dengan mempelajari sejarah, memperkaya diri dengan literasi seputar Al-Aqsa dan hal-hal yang ada kaitannya.

Untuk itu marilah menjadi pemuda bangsa yang tetap fokus pada bidang kita dalam memperjuangkan Al- Aqsa dan Palestina. Jangan menjadi pribadi yang mudah menyerah, putus asa bahkan lelah dalam menyuarakan Palestina. Jangan menjadi pemuda yang mudah terdiktraksi, mudah dialihkan padahal baru satu tahun tapi kita dibuat lupa dengan keadaan Palestina.

Berkacalah dari sosok Khalid bin Walid yang pada tahun ke 8 Hijriyah belum bisa menang melawan Romawi pada perang Mu’tah. Tapi beliau terus bertumbuh hingga pada akhirnya 5 tahun kemudian beliau dapat mengalahkan Romawi pada perang Yarmuk.

Atau dari kisah Salahuddin Al-Ayyubi yang pernah kalah dari pasukan salib pada tahun 1177, tapi beliau tidak pernah menyerah terus bertumbuh hingga akhirnya bisa membebaskan Al-Aqsa sepuluh tahun kemudian.

Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri

Mari teruslah bertumbuh, teruslah lakukan yang bisa kita perbuat untuk membebaskan Al-Aqsa dan Palestina. Menjadi versi terbaik diri kita. Dan jangan sekali-kali kita berpikir untuk berhenti disini. Kapan Al-Aqsa dan Palestina akan bebas, sekarang atau nanti, biarlah itu menjadi kuasaNya dan ketetapanNya. Tugas kita terus bergerak, bergerak dan bergerak.

Hasbunallah wa nikmal wakil nikmal maula wa nikmannasir. Wallahu alam bisshowab

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah

Rekomendasi untuk Anda