Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Suami Qawwam: Peran dan Tanggung Jawab Laki-Laki dalam Islam

Bahron Ansori Editor : Ali Farkhan Tsani - Jumat, 20 Desember 2024 - 09:05 WIB

Jumat, 20 Desember 2024 - 09:05 WIB

24 Views

Suami harus menjadi sholeh karena ia punya tanggung jawab besar dan berrat dihadapan Allah (foto: ig)

PERNIKAHAN adalah sebuah perjalanan panjang yang tidak hanya melibatkan cinta dan kebahagiaan, tetapi juga amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Sebagai suami, menjadi qawwam adalah tugas yang penuh tantangan, namun mulia. Ketika seorang laki-laki mengikrarkan janji untuk mendampingi istrinya, ia sekaligus berkomitmen untuk menjadi pemimpin yang adil, pelindung yang penyayang, dan pembimbing yang membawa keluarganya menuju ridha Allah.

Di tengah dinamika kehidupan, kehadiran seorang suami qawwam menjadi pondasi utama yang menentukan keharmonisan dan keberkahan dalam rumah tangga.

Dalam Islam, seorang suami memegang peran penting sebagai qawwam, yaitu pemimpin dan pelindung keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an,

الرِجَالُ قَوَامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Baca Juga: Ketika Mitra Jadi Musuh, Bisakah Netanyahu Pertahankan Kekuasaan Setelah Perang?

“Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (QS. An-Nisa: 34).

Qawwam berasal dari kata “qama” yang berarti berdiri atau menegakkan. Dalam konteks keluarga, qawwam merujuk pada tanggung jawab suami untuk memimpin, melindungi, dan memenuhi kebutuhan keluarga. Peran ini bukanlah simbol kekuasaan, melainkan amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.

Islam mewajibkan suami untuk menafkahi keluarganya. Allah berfirman,

وَعَلَى الْمَوْلِودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسوَتُهُنِّ بِالْمَعْرُوفِ

Baca Juga: Sejarah Perjuangan Palestina, Melawan Penjajahan yang Tak Pernah Usai

“Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik…” (QS. Al-Baqarah: 233).

Seorang suami yang menafkahi keluarganya dengan halal akan mendapatkan pahala besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيَّعَ مَنْ يَقُوتُ

“Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud).

Baca Juga: Ternyata, Ini 10 Ciri Suami Sholeh dalam Pandangan Islam yang Sering Terlewatkan!

Seorang suami juga harus menjalankan perannya sebagai pemimpin dengan adil dan bijaksana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan terbaik dalam hal ini. Beliau selalu memperlakukan istri-istrinya dengan penuh kasih sayang dan menghormati pendapat mereka.

Suami juga wajib bertanggung jawab atas pendidikan agama keluarganya. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوَا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

Baca Juga: 13 Kesengsaraan Orang Kafir di Akhirat

Seorang suami sebagai qawwam bertugas memastikan keluarganya hidup sesuai dengan syariat Islam. Hal ini meliputi pelaksanaan shalat, puasa, dan ibadah lainnya, serta menjauhkan keluarga dari perbuatan dosa.

Kasih Sayang dan Keadilan

Islam mengajarkan suami untuk memperlakukan istri dengan penuh kasih sayang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيِ

Baca Juga: Indonesia Bergabung di BRICS, Apa Untung Ruginya?

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).

Seorang suami juga harus memberikan keteladanan, sebab keteladanan adalah kunci kepemimpinan. Suami yang qawwam harus menjadi teladan dalam akhlak, ibadah, dan muamalah.

Karena tanggung jawab suami begitu besar, maka ia harus selalu menggantungkan diri sepenuh hati kepada Allah dalam mendidik istri dan keluarganya. Di antara tugas suami adalah melindungi keluarganya dari bahaya fisik dan spiritual, termasuk menjaga mereka dari pergaulan yang buruk dan pengaruh negatif.

Dalam setiap urusannya, seorang suami harus melakukan musyawarah dengan keluarga. Seorang qawwam tidak bertindak otoriter. Islam mengajarkan pentingnya musyawarah dalam keluarga. Firman Allah,

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-37] Berniat Baik dan Jelek, Namun Tak Terlaksana

وَأَمْرُهُمْ شُوْرَى بَيْنَهُمْ

“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…” (QS. Asy-Syura: 38).

Tugas lain yang juga penting harus dilakukan seorang suami adalah menghadirkan keharmonisan dalam keluarganya. Keharmonisan keluarga adalah tanggung jawab bersama, tetapi suami sebagai pemimpin harus memulai upaya ini dengan komunikasi yang baik dan sikap pengertian.

Di antara tugas suami yang lain

Baca Juga: Bulan Rajab, Persiapan Jelang Bulan Suci Ramadhan

Berikut ini adalah tugas-tugas suami yang tidak boleh disepelekan antara lain sebagai berikut.

Pertama, Menghargai Peran Istri

Qawwam bukan berarti merendahkan peran istri. Islam menempatkan istri sebagai mitra sejajar dalam membangun rumah tangga yang kokoh. Sebagai mitra sejajar, istri memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi keluarga, termasuk mendidik anak-anak, menjaga keharmonisan rumah tangga, dan memberikan dukungan emosional kepada suami. Islam memuliakan istri dengan menempatkannya sebagai pendamping yang memiliki hak dan tanggung jawab yang seimbang, sehingga keduanya saling melengkapi dalam memenuhi tujuan hidup berumah tangga, yaitu mencapai ridha Allah dan kebahagiaan dunia akhirat.

Kedua, Menjaga Amanah

Baca Juga: 10 Hikmah Hidup Berjama’ah dalam Menghadapi Tantangan Zaman

Keluarga adalah amanah besar. Seorang suami harus menjaga amanah ini dengan sebaik-baiknya, seperti yang disebutkan dalam hadits,

كُلُكُمْ رَاعٝ وَكُلُكُمْ مٞسْئُؤلٌ عَنْ رَعٝيِتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari).

Sebagai pemimpin keluarga, suami bertanggung jawab memastikan kebutuhan fisik, emosional, dan spiritual anggota keluarganya terpenuhi. Ini mencakup memberikan nafkah halal, membimbing keluarga dalam ketaatan kepada Allah, serta menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan saling menghormati. Dengan menjaga amanah ini, suami tidak hanya menjalankan kewajibannya di dunia tetapi juga mempersiapkan jawaban yang baik di hadapan Allah di akhirat kelak.

Baca Juga: 10 Kebiasaan Romantis agar Cinta Suami Istri Tetap Hangat

Ketiga, Bersabar dalam Ujian

Dalam membangun keluarga, seorang suami harus bersabar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, baik dalam aspek ekonomi, kesehatan, maupun hubungan sosial. Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi setiap ujian yang datang dalam kehidupan berkeluarga. Dengan bersabar, suami dapat berpikir jernih dan mencari solusi terbaik tanpa terbawa emosi.

Selain itu, kesabaran juga menjadi bentuk ikhtiar dalam mendekatkan diri kepada Allah, karena setiap ujian adalah bagian dari cara Allah menguatkan iman hamba-Nya. Suami yang sabar mampu menjadi teladan bagi keluarganya, menciptakan suasana harmonis, dan menjaga hubungan keluarga tetap kokoh di tengah berbagai tantangan.

Keempat, Memperbaiki Diri

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-36] Rajin Menolong

Seorang qawwam harus terus berusaha memperbaiki dirinya agar dapat menjalankan perannya dengan baik. Ini meliputi peningkatan ilmu agama dan keterampilan dalam memimpin keluarga.

Memperbaiki diri berarti berkomitmen untuk terus belajar dan berkembang, baik dalam aspek spiritual maupun praktis. Suami yang memahami ilmu agama akan lebih bijak dalam mengambil keputusan, sementara peningkatan keterampilan komunikasi dan manajemen akan membantu menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan produktif. Dengan memperbaiki diri, seorang qawwam dapat menjadi pemimpin yang adil, bijaksana, dan mampu membimbing keluarganya menuju kehidupan yang diridhai Allah.

Kelima, Mengutamakan Akhirat

Kehidupan keluarga harus diarahkan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Suami sebagai pemimpin bertugas mengingatkan keluarganya untuk selalu mengutamakan kehidupan akhirat. Mengutamakan akhirat berarti menjadikan tujuan hidup keluarga selaras dengan nilai-nilai Islam, seperti menjaga shalat, memperkuat akhlak, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang melalaikan.

Suami bertugas memotivasi keluarganya untuk beramal saleh, mendekatkan diri kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Dengan fokus pada akhirat, keluarga akan memiliki orientasi yang jelas, yaitu meraih keridhaan Allah dan berkumpul kembali di surga kelak.

Menjadi qawwam adalah tugas mulia yang membutuhkan ilmu, ketakwaan, dan kesungguhan. Dengan menjalankan peran ini sesuai dengan ajaran Islam, seorang suami tidak hanya membangun keluarga yang bahagia di dunia, tetapi juga meraih ridha Allah di akhirat. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada para suami untuk menjadi qawwam yang sejati, sebagaimana yang Dia perintahkan dalam Al-Qur’an dan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda