Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadikan Kerja Sebagai Ibadah

Rudi Hendrik - Sabtu, 4 Maret 2017 - 10:18 WIB

Sabtu, 4 Maret 2017 - 10:18 WIB

4198 Views

Ilustrasi kerja keras. (Gambar: dok. Maxmanroe.com)

Ilustrasi kerja keras. (Gambar: dok. Maxmanroe.com)

 

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj islamic News Agency (MINA)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَنَّةِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Artinya, “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 82).

Banyak manusia memandang profesi atau pekerjaan seseorang hanyalah rutinitas formal untuk mendapatkan uang atau rezeki. Banyak pula Muslimin memandang perbuatan amal saleh itu hanya sebatas lingkup ibadah salat, sedekah, puasa, membantu orang lain, tanpa memasukkan bekerja sehari-hari sebagai pedagang, petani, buruh, sopir, dan lainnya dalam kategori amal saleh.

Para Nabi dan Rasul, hingga Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memandang bekerja sebagai hal yang penting. Selain pembawa risalah Islam yang menyampaikan wahyu, para Nabi dan Rasul pun bekerja dengan profesi yang beragam.

Islam sangat memuliakan para pria yang menafkahi dirinya dan anak istrinya dari hasil keringatnya sendiri, dalam arti hasil dari tenaga yang dikeluarkannya.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Hal ini dinyatakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits dari Miqdam radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud, Nasa’i dan perawi hadist lainnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامَا قَطٌ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلٍ بِيَدِهِ, وَاَنَّ النَّبِى الله دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَم كَانَ يَأْكَلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Artinya, “Tidaklah seseorang makan sesuap makanan lebih baik daripada ia makan dari hasil kerja tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud ‘Alaihissalam makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”

Seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja keras menggunakan tangannya sendiri, memeras keringat dan energi dari badannya, kemudian memakan hasilnya, sudah tentu lebih baik dibandingkan makanan hasil dari sumber peninggalan warisan, pemberian atas kemurahan seseorang atau sedekah yang diberikan kepadanya karena belas kasihan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Tidak hanya itu, karena sedemikian tingginya kedudukan bekerja sebagai suatu ibadah, tidurnya seorang pekerja keras pun berbuah ibadah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ اَمْسَى كَالًّا مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ اَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ

Artinya, “Barangsiapa yang di waktu sore merasa lelah lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani)

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Tidak jarang kita harus menaruh prihatin ketika melihat seorang Muslim yang bekerja keras membanting tulang dengan susah payah setiap hari, terlebih-lebih hanya mendapat penghasilan yang pas-pasan, tapi pekerjaan yang ia lakukan tidak termasuk dalam kategori ibadah.

Agar pekerjaan itu bisa bernilai ibadah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, ada syarat yang harus dipenuhi bagi seorang Muslim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا مَنَعَهُمۡ أَن تُقۡبَلَ مِنۡہُمۡ نَفَقَـٰتُهُمۡ إِلَّآ أَنَّهُمۡ ڪَفَرُواْ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمۡ ڪُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمۡ كَـٰرِهُونَ

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Artinya, “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan salat melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At-Taubah [9] ayat 54).

Dalam ayat ini, ada beberapa hal yang membuat seseorang tidak diterima nafkah-nafkahnya atau amal perbuatannya. Pertama karena orang tersebut kafir, kedua karena mereka tidak salat atau mereka salat dengan malas-malasan, ketiga karena tidak menafkahkan hartanya atau menafkahkan dengan enggan.

Karena bekerja adalah salah satu bagian ibadah yang penting dalam hidup seseorang, pada hakekatnya Allah telah memudahkan bagi setiap manusia untuk mencari pekerjaan dan bekerja di muka bumi ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ‌ۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ

Artinya, “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk [67] ayat 15).

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan bumi dengan kemudahan bagi manusia, agar manusia bisa mencari rezeki di atasnya dengan mudah dan dengan mudah pula beribadah kepada Allah. (RI-1/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Kolom
Kolom
Eropa
Tausiyah
Tausiyah