Oleh: Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Ternyata, mata yang Allah Ta’ala ciptakan ini harus kita dijaga. Mata harus kita kuasai, jangan sampai “kekuatan” mata justeru yang menguasai kita. Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Orang yang tidak menjaga matanya, hatinya tidak terjaga.” Seorang salaf pernah ditanya, bagaimana caranya menjaga pandangan? Ia menjawab, “Dengan pengetahuanmu bahwasanya Penglihatan Allah kepadamu lebih cepat daripada penglihatamu kepada objek yang engkau pandang.”
Saking pentingnya menguasai mata ini, Allah Ta’ala mengatakan dalam firmanNya yang artinya, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Qs. An-Nur: 30)
Ayat di atas memerintahkan kepada setiap lelaki beriman. Ya, hanya lelaki beriman yang Allah perintah untuk menjaga pandangan matanya agar tidak liar, dan penuh nafsu bila memandang lawan jenis yang bukan pasangan sahnya. Apa maksud dibalik pandangan mata seseorang tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya dan Allah semata. Hal ini seperti ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya yang artinya, “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (Qs. Ghafir: 19)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Ghaddul bashar (menundukkan pandangan) artinya pandangannya tertuju ke bawah (tanah), tidak diangkat ke atas. Maksudnya adalah menghindarkan pandangan dari memandang wanita yang bukan mahram beserta perhiasan-perhiasannya. Sehingga terhindarkan dari pandangan yang menjadi sumber godaan bagi seorang laki-laki (fitnah). Apakah menundukkan pandangan hanya diperintahkan kepada kaum lelaki beriman? Tidak. Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada kaum wanita (muslimah)
MENJAGA-PANDANGAN-BRO.jpg">MENJAGA-PANDANGAN-BRO-300x225.jpg" alt="MENJAGA PANDANGAN BRO" width="300" height="225" />Korelasi Ilmiah Perintah Menundukkan Pandangan
Aturan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. ini tentu didukung kebenaran secara ilmiah. Berikut temuan para ahli kedokteran yang mendukung kebenaran aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ini. Dalam perkembangannya, manusia melewati berbagai tahapan. Pertama, masa anak-anak usia dini (Pre- Emotional Sexuality Stage). Kedua, masa anak-anak akhir atau pubertas (Adolescent Intersexuality Period). Yaitu antara umur 7-9 sampai 15-17. Dalam masa ini, pertumbuhan otak belum memungkinkannya membedakan ketertarikan dengan lawan jenis. Sehingga dalam masa ini, sangat mungkin seorang anak menyukai sesama jenisnya jika memang ada hal-hal yang merangsang ketertarikan seksualnya.
Karena itu, Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka untuk melaksanakan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun. Kemudian pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Hal itu karena seorang anak baru akan mempunyai ketertarikan seksual saat mereka berusia sepuluh tahun. Sehingga ketika menginjak usia tersebut, tempat tidur mereka harus dipisah dari tempat tidur anak yang lain. Ketiga, masa kedewasaan seksual (Adult Sexuality Stage). Dalam masa ini, jaringan otak sudah bisa membedakan ketertarikan seksual berlainan jenis. Sehingga jika mendapat rangsangan, ketertarikan seksual seorang anak pada masa ini akan terarah kepada lawan jenis.
Antara Indera dan Perilaku Seksual
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Indera mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi perilaku seksual. Melalui sebuah penelitian, dapat diketahui bahwa peran masing-masing indera berbeda antara satu jenis makhluk hidup dengan yang lainnya. Perbedaan itu antara lain; pertama, indera penciuman lebih berperan pada tikus dalam menerima rangsangan. Kedua, indera pendengaran lebih dominan untuk rangsangan seksual pada burung. Ketiga, sedangkan manusia, rangsangan lebih besar diterima dengan indera penglihatan
Berbagai penelitian sepakat bahwa faktor-faktor eksternal yang melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman adalah yang berperan dalam membangkitkan rangsangan, lalu membuat perubahan-perubahan psikologis, dan mengeluarkan hormon-hormon yang memacu sebuah prilaku seksual.
Banyak juga penelitian menyebutkan bahwa laki-laki lebih kuat terangsang dengan pemandangan yang sensual daripada wanita. Demikian juga dengan kadar darah yang terpompa menuju otak, dan kerja jaringan otak yang berkaitan dengan masalah seksual. Berkaitan dengan masalah ini, laki-laki juga mempunyai jaringan yang tidak dimiliki oleh perempuan. Dari pemaparan ini, bisa dipahami mengapa Allah SWT mendahulukan laki-laki ketika memerintahkan ghaddul basher.
Kerja Jaringan Otak Saat Proses Rangsangan Terjadi
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Ada lima wilayah yang langsung bekerja saat seorang laki-laki melihat pemandangan yang sensual antara lain; pertama, Inferior Temporal Region. Wilayah ini adalah yang bertugas menerjemahkan dan memahami sebuah gambar yang baru ditangkapnya dan dialirkan ke otak. Wilayah bekerja pada tahap pertama sebuah rangsangan, yaitu begitu mata menangkap sebuah pemandangan sensual dan memahaminya, atau yang sering disebut dengan Perceptive-Cognitive Component of Sexual Phenomena
Kedua, Right Orbitofrontal Cortex. Wilayah ini bertanggung jawab melakukan reaksi dan dorongan, atau sering disebut dengan Emotional and Motivational Phenomena. Ketiga, Left Anterior Cingulate Cortex. Yaitu wilayah yang bertanggung jawab melakukan penerimaan pertama secara psikologis pada organ syaraf bawah sadar, dan juga penerimaan secara emosional terhadap rangsangan seksual.
Keempat, Right Insula. Yaitu yang berhubungan dengan persepsi terhadap perubahan-perubahan psikologis, yang berbarengan dengan rangsangan seksual, misalnya berupa degub jantung yang kencang dan ketegangan pada alat vital. Hal ini sering disebut dengan perception subjective. Kelima, The Right Caudate Nucleus. Inilah yang menentukan apakah rangsangan ini akan diikuti dengan tindakan seksual atau tidak.
Oleh karena itu, proses rangsangan seksual pada dasarnya ada empat tahapan, yaitu: pemahaman – motivasi – penerimaan fisik dan psikis – persiapan fisik dan psikis. Setelah empat tahapan ini dilewati, maka menunggu pelaksanaan, apakah rangsangan itu diikuti dengan tindakan seksual atau tidak. Tahapan kelima itu yang disebut dalam bahasa hadis dengan istilah:
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Artinya: “Dan kemaluan bisa melaksanakan hal itu atau pun tidak melaksanakannya.”
Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa setiap proses di atas memiliki wilayah tersendiri pada otak. Semuanya dimulai dari proses pertama dan bagian pertama. Bagian ini akan mengirimkan sinyal yang melemahkan kerja semua bagian lain di otak, selain bagian-bagian yang berkaitan dengan rangsangan seksual.
Dengan kata lain, begitu indera mata, atau pendengaran, atau penciuman menangkap rangsangan seksual, kerja semua bagian di otak melemah. Dengan melemahnya bagian tersebut, sangat memungkinkan bagian-bagian lain untuk menuntaskan prosesnya sampai terjadi sebuah tindakan seksual. Jika proses penerimaan indera-indera terhadap rangsangan diputus, maka akan terputus pula terjadinya rangsangan, sehingga pada akhirnya tidak terjadi aktifitas seksual. Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa jika memandang objek seksual haram dengan tidak sengaja, kita diperintahkan untuk mengalihkan pandangan ke arah lain.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Hormon kejantanan, Testosteran, sangat berperan dalam menimbulkan perilaku seksual. Bahkan jika kadarnya berlebih, bisa membuat seseorang berubah brutal, misalnya dengan cara memperkosa. Pemerkosaan terjadi jika tidak ditemukan penyaluran bagi libido yang ditimbulkan dari pemandangan yang merangsang. Karena saat memandang sesuatu yang merangsang kadar hormon ini meningkat dengan sangat drastis.
Aktifitas pusat-pusat kendali seksual dalam otak akan seimbang dengan kadar produksi hormon ini. Namun hormon Testosteron dan juga Estrogen akan berperan dalam terjadinya aktifitas seksual hanya jika ada rangsangan pemandangan porno. Semakin kuat rangsangan yang diterima, akan semakin besar juga produksi hormon ini, dan pada akhirnya akan semakin cepat juga dorongan untuk melakukan aktifitas seksual.
Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat-sifat mereka dalah menjaga pandangan. Abu Umamah berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
اُكْفُلُوا لِي بِسِتٍ أَكْفُلْ لَكُمْ بِالْجَنَّةِ, إِذَا حَدَّثَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَكْذِبْ, وَ إِذَا اؤْتُمِنَ فَلاَ يَخُنْ, وَ إِذَا وَعَدَ فَلاَ يُخْلِفْ, غُضُّوْا أَبْصَارَكُمْ, وَكُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ, وَاحْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.” (HR.Ath-Thabrani no:8018 dan Ibnu ‘Adi (Al-Kamil 6/2048)
Bahkan orang jahiliyahpun mengetahui bahwa menjaga pandangan adalah akhlak yang mulia. Berkata ‘Antarah bin Syaddad seorang penyair di zaman jahiliyah:
وَأَغُضُّ طَرْفِي مَا بَادَتْ لِي جَارَتِي حَتَّى يُوَارِيَ جَارَتِي مَأْوَاهَا
“Dan akupun terus menundukkan pandanganku tatkala tampak istri tetanggaku sampai masuklah dia ke rumahnya.” (Syair ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad Amin As-Syinqithi dalam tafsirnya surat An-Nuur ayat 31)
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin Al-‘Abbad berkata, “Inilah salah satu akhlak mulia yang dipraktekkan oleh orang pada zaman jahiliyah, namun yang sangat memprihatinkan justru kaum muslimin di zaman sekarang meninggalkannya.” Wallahua’lam. (R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika