Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Shana’a, Yaman
Yaman sesungguhnya menyimpan aneka wrisan budaya dan peradaban Islam klasik, mulai dari berbagai bangunan dan tempat ibadah bersejarah, hingga situs, barang antik dan naskah kuno.
Namun, sejak serangan bombardir pasukan koalisi yang dipimpin Saudi sejakMaret 2015 lalu, kampanye pengeboman terhadap pasukan anti-pemerintah, justru menyebabkan lebih dari 5.800 warga telah tewas. Para ahli sejarah setempat juga mengatakan bahwa akibat bombardir serangan udara, mengakibatkan kerusakan pada beberapa situs bersejarah, barang antik berharga, termasuk naskah kuno abad ke-10.
Para ulama setempat pun memperingatkan, jika serangan terus berlanjut tak berhenti, koleksi peradaban tinggi Yaman dalam terutama manuskrip-manuskrip, mungkin akan hancur secara permanen.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
“Dalam naskah-naskah kuno di beberapa tempat, termuat tradisi budaya terus-menerus dari abad ke-10 hingga saat kini. Setelah catatan sejarah itu hancur akibat bombardir yang menghancurkan bangunan tempat transkip disimpan, bab penting dari cerita tentang apa artinya menjadi manusia tidak dapat lagi dipulihkan,” kata David Hollenberg, Direktur Arab di Universitas Oregon, Amerika Serikat.
Diperkirakan terdapat sekitar 50.000 naskah dan buku tulisan tangan kuno, dan paling berharga adalah naskah-naskah berbahasa Arab yang belum diungkap dunia, menurut situs Yemeni Manuscript Digitization Initiative (YMDI).
Menurut Hollenberg, YMDI dibangun atas bantuan hibah, tahun 1990-an dalam upaya untuk melestarikan naskah Yaman dengan menggunakan teknologi digital.
“Manuskrip berisi ilmu-ilmu Islam. Ini perpustakaan manuskrip yang benar-benar berisi tradisi Islam klasik,” kata relawan manuskrip di Yaman.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Menghadapi aksi serangan koalisi Arab Saudi yang kemungkinan masih terus berlanjut, ia baru-baru ini meluncurkan organisasi nirlaba Yaman Heritage November 2015 lalu. Proyek yang dalam proses mendapatkan status hukum di Amerika Serikat, bekerja sama dengan sebuah LSM lokal di Yaman, bertujuan untuk memperbaiki stasiun digital yang sangat dibutuhkan dan dana untuk staf di ibukota negara, Shana’a.
“Mesin-mesin digital akan memungkinkan staf untuk melanjutkan pekerjaan digitalisasi mereka,” imbuhnya.
Menurutnya, beberapa naskah berharga mencakup berbagai tema mulai dari puisi, teologi, hukum Islam, sejarah, tata bahasa dan etika.
Hollenberg, yang tidak mengungkapkan nama LSM lokal untuk melindungi keselamatan rekan-rekannya, mengatakan timnya berpacu dengan waktu untuk melestarikan naskah-naskah, yang banyak hancur dalam serangan bombardir udara.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Hollenberg dan tim mengatakan bahwa rekan-rekannya di Yaman sangat membutuhkan barang-barang dasar penyelamatan naskah berupa hard drive, laptop dan generator cadangan.
Sementara itu, Kedutaan Arab Saudi di Washington, AS, belum menanggapi permintaan Al–Jazeera untuk berkomentar tentang hal itu.
Darurat Warisan Yaman
Dalam menanggapi kerusakan luas situs sejarah dan barang antik, badan khusus PBB bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sejak bulan Juli 2015 lalu telah meluncurkan sebuah rencana aksi darurat untuk melindungi warisan budaya Yaman.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Ketika rencana itu diumumkan, Duta Yaman untuk UNESCO, Ahmed Sayyad, mendesak masyarakat internasional untuk menggalang usaha ke arah itu.
“Shana’a, Aden, Taiz… semua adalah kota saya dan mereka semua kota Anda,” situs UNESCO mengatakan.
Status menambahkan, warisan Yaman adalah masa lalu dan sekarang untuk setiap pria dan wanita, apa pun agama mereka atau identitas mereka. Untuk alasan ini, pekerjaan untuk menghentikan penghancuran dan melestarikan adalah tugas dari setiap warga Yaman, setiap orang Arab, setiap Muslim, dan setiap pria dan wanita.
Tentu menjadi kewajiban kita semua atas nama kemanusiaan, kebudayaan dan peradaban untuk menyelamatkan warisan peradaban Yaman. Jangan sampai Yaman yang disebut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai ‘Negeri penuh iman, fiqih dan hikmah’, tinggal kenangan. Di sini hati nurani manusia sangat menentukan ke arah penghentian perang. Sumber: Al-Jazeera. (P4/P2)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)