Menjauhkan Umat dari Al-Quran, Cara Orang Kafir Kalahkan Muslimin

Ilustrasi: industri musik adalah salah satu cara orang kafir menjauhkan umat Islam dari Al-Quran.

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj News Agency (MINA)

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengungkapkan dalam firman-Nya,

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَسۡمَعُواْ لِهَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ وَٱلۡغَوۡاْ فِيهِ لَعَلَّكُمۡ تَغۡلِبُونَ

“Dan orang- berkata, ‘Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS. Fushilat [41] ayat 26)

Jauh-jauh masa, Allah telah mengunkapkan rahasia strategi orang-orang kafir dalam melawan umat Islam. Umat yang dibekali oleh pedoman dari langit, yakni Al-Quran.

Telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa antara Muslimin dan orang-orang kafir akan terus berperang. Tidak hanya di medan tempur beradu senjata dan nyawa, tetapi juga di segala lini bidang kehidupan.

Telah terbukti di masa lalu, yakni masa nubuwah (kenabian) dan khilafah, umat Islam tidak bisa ditaklukkan dengan senjata dan peperangan di medan jihad. Justru masa-masa keemasan yang belum pernah diraih oleh umat lain, dapat dilampaui oleh kaum Muslimin hingga membentuk satu peradaban keemasan.

Ayat di atas menyiratkan bahwa orang kafir tahu sumber kekuatan umat Islam, yaitu Al-Quran. Mereka tahu, selama umat Islam berpegang teguh kepada Al-Quran, selama itu pula Muslimin tidak akan bisa dikalahkan. Maka mereka pun tahu, satu-satunya cara mengalahkan umat Islam adalah menjauhkan Muslimin dari sumber kekuatannya, yaitu menjauhkannya dari Al-Quran.

Ibnu Jarir rahimahullah menjelaskan, tabiat orang-orang kafir adalah selalu melarang (menghalangi) manusia untuk mendengarkan Al-Quran ketika dibacakan.

Bayangkan, jika mendengar saja mereka larang, terlebih ketika seorang Mukmin ingin berinteraksi dengan semua bentuk yang Allah perintahkan di dalam Al-Quran.

Sekedar mendengar ayat-ayat Al-Quran saja akan memberi efek hidayah dari Allah. Orang-orang kafir sungguh menyadari hal ini.

Ibnu Jarir pun menjelaskan, agar manusia enggan mendengarkan Al-Quran, orang-orang kafir berupaya untuk menciptakan alternatif kegiatan lain yang dibuat dengan maksud menjauhkan perhatian manusia dari Al-Quran.

Dari sebuah riwayat diceritakan, saat Al-Quran dibacakan pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka para kafir Quraisy sengaja membuat kegaduhan dengan berdendang ria dan bertepuk-tepuk tangan. untuk mengalihkan pendengaran dan perhatian manusia yang ada pada saat itu, agar mereka tidak mendengarkan Al-Quran.

Pada zaman sekarang ini, kita bisa lihat dengan terang bagaimana umat terus-menerus disibukkan dengan sajian berbagai macam hiburan (food, film, fashion, sport, music, game, reality show, comedy, competition, finnance dan lainnya).

Upaya-upaya orang kafir untuk mengalihkan perhatian umat Islam dari jalan yang diperintahkan Allah selaras dengan firman-Nya,

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِى لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٍ۬ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ۬ مُّهِينٌ۬

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Lukman [31] ayat 6)

Tidak jarang, dalam sejumlah acara hiburan dimunculkan perbuatan dan perkataan yang sering melecehkan Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam.

Dengan jauhnya Muslimin dari Al-Quran, maka mereka akan menjadi kaum yang kehidupannya berakidah rapuh, tidak berbekal ilmu agama dan rendah akhlaknya.

Salah satu tokoh kafir yang sangat mengenal kekuatan dan kelemahan umat Islam adalah Perdana Menteri Inggris W.E. Gladstone (1809-1898).

Inilah kalimat seruan Gladstone kepada kaum kafir lainnya, “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Quran. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Quran dari hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkan ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”

Bisa kita lihat sekarang ini, industri minuman keras, musik, hiburan dan seks yang merupakan budaya orang-orang kafir, sudah menjadi bagian kehidupan bangsa Muslim di seluruh dunia, kecuali orang-orang yang benar-benar mendapat perlindungan dari Allah.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekali pun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 27: 286)

Syaikhul Islam menerangkan pula bahwa dalam shalat ketika membaca Al-Fatihah kita selalu meminta pada Allah agar diselamatkan dari jalan orang yang dimurkai dan sesat, yaitu jalannya Yahudi dan Nashrani. Dan sebagian umat Islam ada yang sudah terjerumus mengikuti jejak kedua golongan tersebut. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 1: 65)

Imam Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum Muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani, yaitu kaum Muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafirannya. (Syarh Muslim, 16: 219)

Semoga kita termasuk golongan yang terdepan dalam mengamalkan Al-Quran sebagai orang-orang yang mewarisi Al-Quran. Aamiin. (A/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)